Monday, June 09, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 51)

Unearth

Dalam merenungkan keterhubungan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta, pikiran manusia kerap mengembara tidak hanya pada keniscayaan esensi penciptaan, tetapi juga pada bagaimana segala sesuatu dapat tumbuh dan berkembang dalam ikatan ruang dan waktu. Ruang dan waktu secara terus-menerus melahirkan berbagai persilangan dan pertemuan yang menjadikan kehidupan manusia sangat kompleks, meskipun tampak begitu singkat. Menelaah kembali makna penciptaan, kelahiran, dan pertumbuhan manusia dalam koeksistensi dengan alam telah menjadi tema mendasar dalam praktik artistik Jessica Soekidi selama beberapa tahun terakhir. Prinsip-prinsip keberlanjutan yang ia tekuni melalui latar belakang akademisnya di bidang arsitektur jelas memengaruhi perspektifnya dalam memahami asal-usul dan tujuan siklus kehidupan demi mencapai harmoni antara manusia dan alam.

Pameran tunggal Jessica Soekidi dalam gagasan utama Unearth menawarkan kilasan atas refleksi, perenungan, dan spekulasinya mengenai kefanaan material organik dan kehidupan manusia. Dalam Unearth, Jessica berupaya mengungkap berbagai perkembangan dalam praktik artistiknya melalui siklus kehidupan tanah—sebuah elemen yang secara fisik merepresentasikan alam dan secara simbolik berkaitan dengan penciptaan manusia. Bagi Jessica, mengeksplorasi gagasan-gagasan yang berkaitan dengan tanah adalah seperti menelusuri kembali perjalanan kreatifnya dari sudut pandang yang sangat manusiawi.

Dasar dari karya yang dipresentasikan dalam Unearth berakar pada simbol-simbol yang merepresentasikan lapisan-lapisan pemikiran dan perkembangan manusia. Lapisan terbawah, yang digambarkan sebagai bentuk persegi, merujuk pada kehidupan yang berpijak pada adat, kepercayaan, dan tradisi. Bentuk lingkaran pada lapisan tengah melambangkan siklus dan dinamika perubahan. Sementara itu, lapisan teratas dipenuhi dengan bentuk segitiga yang menyimbolkan hubungan antara manusia, alam, dan entitas tertinggi dari Penciptaan. Ketiga bentuk utama ini dalam komposisi Unearth dihadirkan oleh Jessica Soekidi sebagai upaya untuk mengeksplorasi gagasan tentang kemanusiaan. Apa sesungguhnya arti menjadi manusia? Dan bagaimana seharusnya manusia menjalani keberadaannya? 

Sekumpulan figur tiga dimensi berukuran kecil berbentuk manusia juga hadir dalam berbagai pose yang melambangkan sindiran terhadap kehidupan sehari-hari dan kesederhanaan—secara ironis, di tengah kompleksitas keberadaan manusia saat ini. Sang seniman seolah ingin menekankan bagaimana manusia berpijak pada tanah, yakni materi dasar dari mana mereka diciptakan. Hal ini mencerminkan pendekatan artistik Jessica Soekidi yang konsisten dan selalu dibangun di atas fondasi karya-karya sebelumnya.

Kehadiran figur manusia yang utuh dan penggunaan tanah sebagai material simbolik penciptaan manusia—menurut ajaran agama-agama Abrahamik—menjadi titik awal eksplorasi Jessica Soekidi terhadap keberagaman umat manusia. Figur-figur manusia yang berdiri di atas gundukan tanah tampak merepresentasikan pandangan umum terhadap kompleksitas manusia. Penggunaan tanah yang berasal dari berbagai lokasi menjadi metafora atas keberagaman karakter dan latar belakang manusia. Tanah tidak lagi sekadar simbol penciptaan manusia, tetapi juga simbol keberagaman. Demikian pula, material organik yang tumbuh dari tanah merefleksikan keterbatasan ruang fisik dan kefanaan waktu, sekaligus menjadi renungan atas singkatnya kehidupan manusia.

Unearth merupakan karya terbaru Jessica Soekidi, yang memosisikan tanah sebagai material inti dalam praktik kreatifnya. Tanah tidak hanya diproses secara fisik—melalui teknik pembakaran keramik yang dikombinasikan dengan elemen organik dan perkembangan teknologi pencetakan 3D terkini—tetapi juga dikaji secara simbolik, dengan merujuk pada berbagai gagasan konseptual tentang penciptaan manusia dan alam semesta. Pameran ini berlangsung pada tanggal 24 Mei 2025 - 30 Juni 2025 di Sal Project Artspace, Ranuza, JI. H. Agus Salim, RT.9/RW.4, Gondangdia, Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus lbukota Jakarta 10350.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 03 Juni 2025.

Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Sunday, June 08, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 50)

Subliminal Maya : In Flux and Forms of Being

Secara harfiah, kata subliminal berarti pesan yang disampaikan di bawah kesadaran seseorang. Sudjud Dartanto sebagai kurator cerita subliminal jadi ruang bagi mereka melalukan sublimasi lewat simbol atau tanda dalam karya masing-masing.

Pameran “Subliminal Maya: In Flux and Forms of Being” adalah sebuah bentuk seni yang mengeksplorasi kedalaman psikologis, sosial, dan spiritual yang terus berubah. Di tengah pusaran globalisasi, multipolaritas dan disrupsi digital, pemahaman kita tentang realitas bergeser, membuka ruang untuk pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang siapa kita. Makna spiritualitas di era ini, dan bagaimana kita memposisikan diri era ini, dan bagaimana kita memposisikan diri kita di tengah arus perubahan dan transformasi yang tak terelakkan.

Menurut Sudjud judul “Subliminal Maya” sendiri adalah referensi implisit pada realitas berlapis, di mana permukaan yang terlihat—karya seni fisik—memberi petunjuk pada kebenaran atau ilusi yang lebih dalam yang sering tersembunyi, seperti bisikan dari bawah sadar. Setiap karya seni dalam pameran yang diadakan di Ruci Art Space dari tanggal 28 Mei – 29 Juni 2025 ini bagaikan sebuah cermin, merefleksikan diri kita sendiri dalam perubahan ini, mengungkap ketegangan transformasi, dan menguji potensi seni sebagai ruang dialog dan pendalaman yang lebih dalam. Pameran ini menampilkan tiga seniman muda – Khadir Supartini, Kuncir Sathya Viku, dan M.S. Alwi – tidak hanya memperkaya wacana seni rupa kontemporer dan global. Lebih dari itu, mengungkap makna yang mengalir dari pengalaman individu dan kolektif. Judul “Subliminal Maya” sendiri merupakan referensi implisit terhadap realitas berlapis, di mana permukaan yang terlihat-fisik karya seni mengisyaratkan kebenaran yang lebih dalam. Karya seni yang terlihat mengisyaratkan kebenaran yang lebih dalam atau ilusi yang sering kali tersembunyi, seperti bisikan dari alam bawah sadar.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 02 Juni 2025.

Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Saturday, June 07, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 49)

Das Genesis -- Room 404

Alih-alih menetapkan pendekatan mereka secara jelas sejak awal, Ayudhia Virga dan Yura Kenn Kusnar—dua sahabat yang berbagi ketertarikan terhadap subkultur bawah tanah—menemukan jalan mereka ke dunia seni secara organik. Sebagai respons terhadap lingkungan seni yang sering kali terasa steril dan tersanitasi, sejak 2017 hingga 2022, mereka bereksperimen dengan ruang-ruang kota yang jarang dimanfaatkan, dari gedung kosong hingga tempat cuci mobil, sebagai ruang sementara yang menolak struktur kontrol formal. Kasar, mendesak, dan belum terdefinisi, mereka terus berada di pinggiran. Alternatif, luar arus utama, dan eksis di sela-sela.

Meski sempat berhenti sejenak, keheningan itu tak pernah benar-benar bertahan lama. Pada 2025, mereka membentuk DAS GENESIS, sebuah kolektif yang cair dan lintas disiplin, menggabungkan seni, teknologi, dan suara. Perjalanan kreatif mereka yang terbaru melahirkan ROOM 404, pameran perdana di Sewu Satu pada tanggal 17 Mei 2025 - 15 Juni 2025. Sekali lagi ‘membajak ruang’, karya-karya ini mendisrupsi galeri baik secara fisik maupun filosofis, mempertanyakan sistem kepercayaan, kebenaran dan kebohongan, serta nilai-nilai seni. Di sini, karya dan objek tidak dilihat sebagai komoditas, melainkan fragmen dari dunia lain yang terdistorsi—hilang, dicari, dan direbut kembali.

Angka "404" merujuk pada kode kesalahan internet "404 Not Found"; sebuah pesan yang menunjukkan bahwa sesuatu yang seharusnya ada, justru tidak ditemukan. Ini mencerminkan logika dari pameran ini: penolakan terhadap kejelasan. Seperti kolektifnya, ROOM 404 adalah ruang yang licin dan sukar didefinisikan. Ia hadir, tetapi sulit ditemukan.

Setiap karya dalam pameran ini merupakan kontradiksi terhadap keindahan dalam makna konvensionalnya. Sebuah kritik terhadap kriteria dan norma yang mengatur produksi dan konsumsi seni. Karya-karya ini memainkan hubungan antara material fisik dan ranah metafisik, banyak di antaranya menggunakan teknik cetak 3D sebagai pendekatan pembuatan yang canggih dan kontemporer, sambil menghadapkan penonton pada pertanyaan-pertanyaan mendasar yang mengguncang, namun perlu:

Bisakah kepercayaan ada tanpa pemahaman penuh?
Bagaimana kita mendefinisikan kekuatan ketika menolak kategorisasi?
Apa yang terjadi ketika ambisi manusia berhadapan dengan yang tidak dikenal?

Disertai dengan teks-teks pendamping, karya-karya ini menantang asumsi kita tentang kepercayaan, kekuasaan, penciptaan, dan batas pemahaman manusia—menarik kita ke dalam ruang yang mencerminkan ketegangan di antara semuanya. Di tengah kondisi hari ini, yang ditandai oleh disinformasi politik yang mengaburkan fakta dan fiksi, ROOM 404 menantang kita untuk menghadapi ketidakstabilan realitas kita. Pameran ini menghadirkan ruang yang terpecah untuk merefleksikan secara kritis sistem-sistem yang membentuk pemahaman kita tentang kebenaran. Sebagai ruang sementara, ROOM 404 adalah tempat untuk berdiam dalam ketidaknyamanan karena tidak tahu; untuk berada bersama hal-hal yang menolak ditemukan; dan untuk berpikir tanpa janji akan jawaban.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 04 Juni 2025.

Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Friday, June 06, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 48)

Beyond Imagination

Indonesian Artists menggelar pameran Contemporary Art Exhibition bertajuk Beyond Imagination di Gedung Jakarta Design Center (JDC) Lantai 5. Indonesian Artists adalah Wadah Pengembangan Seni Rupa indonesia, yang merupakan gerakan sosial seni rupa Indonesia dalam rangka turut andil memberikan kontribusi positif dalam kemajuan seni rupa Indonesia, menciptakan dan meningkatkan mutu karya serta mencetak kader perupa yang handal,” ungkap Tato Kastareja, Ketua Indonesian Artist, kepada awak media. Indonesian Artist adalah komunitas perupa yang aktif berkarya dan jumlahnya lebih dari 500 anggota. Karya yang dipamerkan saat ini ada beberapa jenis seperi lukisan, patung, seni instalasi dan karya mix media lainnya.

Sebanyak 56 seniman yang tergabung dalam Indonesian Artists berpartisipasi dalam pameran seni rupa kontemporer tersebut. Beyond Imagination memiliki makna tentang sebuah karya yang melampaui sebuah imajinasi dan dapat di ekspresikan di dalam berbagai konsep, gaya dan teknik seni rupa. Berangkat dari rasa kegelisahan atas kepedulian kami terhadap perkembangan seni rupa Indonesia bagi generasinya, dimana Indonesia memiliki beragam keunikan dari seni budaya dan alam nusantara yang indah molek serta kearifan lokal lainnya yang unik, hal ini dapat kita angkat sebagai tema-tema seni rupa untuk pemperkenalkan kepada dunia melalui medium seni rupa yang dikonversi kembali melalui pandangan seni rupa modern, kontemporer menarasikan kembali sebagai manifestasi kehidupan yang lebih bermakna bagi masyarakat dan bangsanya,” ungkap Heri Kris, Kurator Kegiatan. Melalui karya-karya seni inilah merupakan cermin dari bangsa yang memiliki kecerdasan berbudaya dan berbudi luhur,” lanjutnya.

Harapan dari pameran ini adalah agar apresiasi seni rupa dapat tumbuh berkembang diwilayah dimana tempat para perupa berasai di seluruh Indonesia. Pameran karya seni rupa bertajuk Beyond Imagination dapat dikunjungi secara gratis yang berlangsung mulai 3 Mei hingga 31 Mei 2025 mendatang.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 28 Mei 2025.

Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Sunday, June 01, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 47)

Once Was

Pameran "Once Was" di Ara Contemporary berlangsung dari tanggal 17 Mei 2025 hingga 21 Juni 2025 menampilkan karya Iwan Effendi berupa gambar bergerak, lukisan, dan ilustrasi di atas kertas. Iwan Effendi yang punya background di Papermoon Puppet Theater sebagai dalang berhasil memadukan resonansi emosional dari dunia boneka. Iwan Effendi, dikenal dengan latar belakangnya sebagai seniman wayang, kembali mengangkat dunia pewayangan dalam bahasa visual yang segar. Ia membawa semangat dan filosofi pertunjukan boneka ke dalam karya-karyanya yang penuh makna.

Namun, Once Was tidak hanya menampilkan boneka sebagai objek. Kali ini, Iwan mengarahkan perhatian pada hal yang lebih halus—sosok sang dalang yang justru menghilang agar boneka bisa hidup. Dalam beberapa karya di atas kertas, jejak gerakan dan kehadiran tokoh-tokoh ditelusuri, kemudian dihapus, dan digambar ulang. Proses ini menciptakan dinamika antara yang terlihat dan yang lenyap, antara diam dan gerak. Pergeseran fokus ini menjadi bagian penting dari pencarian artistik Iwan. Ia mengajak kita merenungkan bahwa sesuatu yang tak terlihat justru punya peran besar dalam menciptakan kehidupan dan makna.

Melalui Once Was, Iwan menghadirkan pengalaman visual yang lembut namun dalam. Ia menyentuh tema tentang ingatan dan keberadaan—tentang hal-hal yang pernah ada, mungkin telah berubah, tapi tak benar-benar hilang. Melalui “Once Was”, Iwan Effendi mengukir narasi tentang memori yang tak pernah benar-benar hilang—ia hanya berubah wujud. Isi pameran ini bukan tentang apa yang pernah ada, tetapi tentang proses tak kasatmata di balik perubahan itu sendiri: bagaimana sang dalang merelakan dirinya larut dalam boneka, lalu menghilang agar kisahnya tetap hidup. Di ruang antara yang tampak dan yang tersembunyi, Iwan seperti mengajak kita merenungi keindahan paradoks: bahwa seni paling mengharukan justru lahir dari ketiadaan.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 30 Mei 2025.

Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Wednesday, May 21, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 46)

Semesta Arkiv

Seniman kontemporer asal Bandung Arkiv Vilmansa menggelar pameran tunggal bertajuk "Semesta Arkiv" di Galeri Nasional Indonesia, menghadirkan eksplorasi seni, teknologi, dan kemanusiaan. Pameran ini merupakan hasil kolaborasi antara Galeri Nasional Indonesia, Studio Arkiv, dan Galeri Zen1. Dalam pameran ini, Arkiv menampilkan kolaborasi dengan sejumlah seniman, seperti Sunaryo, Darbotz, Erwin Windu Pranata, dan Mulyana (Mangmoel). Menampilkan lebih dari 100 karya, termasuk lukisan, patung, instalasi, dan art toys, pameran ini mengajak pengunjung menjelajahi perjalanan kreatif Arkiv yang dikenal dengan eksplorasi warna dan karakter imajinatifnya. Dibungkus tajuk Semesta Arkiv, pameran ini menyoroti jejak baru perupa kontemporer asal Bandung itu dalam mengeksplorasi tema biota laut di Indonesia. "Tema biota laut ini sebenarnya berangkat dari trauma. Saat kecil saya pernah berenang di laut Ancol dan disengat ubur-ubur. Tapi orang tua saya mengatakan mereka juga makhluk hidup. Dari sinilah saya lalu mengeksplorasinya," katanya.

Laut Semua Warna yang terletak di Gedung A menampilkan karya-karya Arkiv yang terinspirasi oleh kehidupan laut, menandai fase perubahan dan pembaruan dalam karyanya. Bagian ini juga terkait dengan proyek seni "Widya Segara" dan kolaborasi dengan seniman lain. Sintesa yang berada di Gedung B menampilkan hasil kolaborasi kreatif Arkiv dengan seniman seperti Sunaryo, Darbotz, Erwin Windu Pranata, dan Mulyana (Mangmoel). Bagian ini mencerminkan perkembangan karier Arkiv dan wacana seni rupa Indonesia. Metaphor of Memory di Gedung D menyajikan karya-karya yang menggambarkan perjalanan Arkiv sebagai seniman dan desainer serta menjadi penanda dalam penciptaan karakter khas Mickiv. Bagian ini juga menampilkan "Monument of Sense", hasil kolaborasi Arkiv dengan Sunaryo.

Menurut Arkiv, pameran ini merupakan penghormatannya pada laut, warna, dan kolaborasi. “Saya ingin mengajak penikmat seni untuk tidak hanya melihat, tetapi ‘merasakan’ bagaimana seni bisa menjadi medium yang membebaskan, bahkan di tengah kompleksitas zaman,” imbuhnya. Pameran ini berlangsung pada tanggal 22 Februari 2025 - 22 Mei 2025.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 20 Mei 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Monday, May 12, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 45)

Unboxed : Rethink Asian Art

Pameran ini berawal dari sebuah pertanyaan : Apa artinya berkarya sebagai seniman Asia hari ini—ketika identitas kita berakar, namun terus bergerak? UNBOXED lahir dari berbagai dialog, kunjungan studio, dan niat tulus untuk memandang seni Asia bukan sebagai sebuah kategori yang sempit, melainkan sebagai ruang yang senantiasa berkembang dan terbuka untuk ditafsir ulang.

Judul pameran ini mencerminkan sebuah pernyataan penolakan—terhadap pelabelan, penyederhanaan, dan pembatasan. Kami ingin menciptakan ruang bagi para seniman yang berani bertanya, berpikir kritis, dan mencipta dengan ciri khas mereka sendiri.

Setiap seniman dalam UNBOXED berasal dari latar geografis dan budaya yang beragam—Surabaya, Yogyakarta, Batu, Malang, Bali, dan Singapura. Kota-kota ini bukan sekadar titik di peta ; mereka adalah ruang hidup yang berdenyut, penuh sejarah, warisan, memori, dan proses pencarian. Kami tidak memilih seniman hanya untuk mewakili kotanya, tetapi karena karya mereka menggugah cara kita memandang ruang hidup, identitas, dan rasa kebersamaan.

Pameran ini tidak dikurasi melalui lensa tunggal. Ia tumbuh secara perlahan dan penuh kehati-hatian—melalui dialog, kepercayaan, dan semangat kolaborasi. Kami mengundang seniman yang tidak hanya menghadirkan karya yang kuat, tetapi juga membawa pembaruan cara berpikir tentang makna ‘Asia’ dan ‘kontemporer’—tanpa harus membuktikan atau membela nilai dirinya di hadapan siapa pun.

UNBOXED bukanlah sebuah jawaban—melainkan sebuah proses. Sebuah percakapan yang hidup dan terus bergulir. Dan kami merasa terhormat bahwa Anda bersedia berbagi momen dari perjalanan ini bersama kami. Pameran berlangsung pada tanggal 18 April 2025 - 18 Juli 2025 di Kotak : Art Collective 12A Jalan Gunung Sahari II, Level 4 Jakarta 10610.

(Dikutip dari Kotak Unboxed Booklet : Joel Harumal, Founder & Director Kotak : Art Collective)

Saya menghadiri pameran pada tanggal 09 Mei 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Sunday, May 11, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 44)

Happy to Connect

ROH Jakarta kembali menyapa para pencinta seni kontemporer dengan pameran terbarunya “Happy to Connect”, yang menampilkan kolaborasi dua seniman berbakat, Dusadee Huntrakul dan Faisal Habibi. Melalui karya-karya mereka, pengunjung diajak melihat bagaimana berbagai material dan cerita bisa saling terhubung lewat karya seni. 

Dusadee Huntrakul adalah seniman asal Bangkok yang telah berpartisipasi dalam banyak pameran internasional, termasuk Bangkok Art Biennale 2024 dan Singapore Biennale 2019. Ia menempuh pendidikan seni di University of California, Los Angeles (BFA) dan University of California, Berkeley (MFA). Karyanya banyak mengeksplorasi hubungan manusia dengan benda, budaya, dan sejarah. Sedangkan, Faisal Habibi, seniman asal Jakarta, menempuh pendidikan seni patung di Institut Teknologi Bandung. Ia dikenal lewat karyanya yang menantang bentuk dan fungsi benda sehari-hari. Beberapa karya Faisal pernah dipamerkan di pameran bergengsi seperti Art Basel Hong Kong, dan ia juga pernah mengikuti program residensi di ZK/U Berlin. Karya-karyanya banyak mengangkat tema konsumerisme, perubahan material, dan kehidupan urban. 

Dalam pameran “Happy to Connect”, Faisal Habibi banyak menggunakan material sisa dari Bali, seperti potongan plastik, logam, dan limbah lainnya. Bahan-bahan tersebut dipanaskan, dilelehkan, lalu dibentuk ulang menjadi karya baru. Dengan cara ini, Faisal ingin menunjukkan bahwa benda-benda bekas pun masih punya kemungkinan untuk berubah dan membentuk hubungan baru satu sama lain. Sementara itu, Dusadee Huntrakul membawa karya patung berbahan kuningan yang sarat makna. Ia membuat tokek berkepala dua sebagai simbol sahabat perjalanan, telur yang dijaga dengan jari sebagai lambang harapan, dan kaki ayam yang dirangkai menjadi kalung untuk menghormati leluhur. Lewat karya-karya ini, Dusadee mengajak pengunjung merenungkan hubungan antarmanusia, tradisi, dan kenangan yang diwariskan dari generasi ke generasi. 

Pameran ini semakin istimewa dengan kehadiran gambar-gambar karya Prinn Seeumpornroj Huntrakul, anak Dusadee. Gambar-gambar ini tidak hanya melengkapi karya ayahnya, tapi juga menjadi semacam pengingat tentang pentingnya ikatan keluarga dalam perjalanan hidup dan berkarya. Selain karya visual, pengunjung juga bisa menikmati puisi berjudul “Mud Garden” karya Samuel Lee. Puisi ini memperkuat tema utama tentang bagaimana material bekas, kenangan, dan hubungan manusia tidak pernah benar-benar statis. Seperti lumpur yang basah dan terus berubah bentuk, benda-benda di sekitar kita – termasuk hubungan dan pengalaman hidup – terus bergerak, saling bertemu, berpisah, dan menciptakan sesuatu yang baru. 

Pameran “Happy to Connect” berlangsung pada tanggal 26 April 2025 - 25 Mei 2025. ROH berlokasi di Jalan Surabaya 66, Jakarta, dan buka setiap Rabu hingga Jumat pukul 13.00-19.00, serta Sabtu dan Minggu pukul 11.00-19.00. 

Saya menghadiri pameran pada tanggal 08 Mei 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Sunday, May 04, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 43)

Mumool

Choi Sang-chul adalah seniman kontemporer Korea yang terus-menerus mempertanyakan hakikat seni melalui metode kerja, tantangan, dan eksperimennya yang unik. Dalam aliran seni abstrak Korea yang terus berkembang sejak tahun 1970-an, Choi telah membangun dunia seninya sendiri yang unik. Selama 50 tahun terakhir berkarya dengan penuh pengabdian, pertanyaan mendasar tetap menjadi inti karyanya, yakni hakikat seni itu sendiri. 

"Apa hakikat melukis? Saya ingin menyaksikan momen ketika sebuah lukisan pertama kali lahir ke dunia ini." Pertanyaan ini mencerminkan kerinduan untuk mengalami momen yang tepat saat sebuah lukisan pertama kali muncul. Sebuah lukisan berasal dari kekacauan—suatu keadaan di mana segala sesuatunya terjerat, tak terbentuk, dan terkompresi dengan energi yang sangat besar. Kemudian, menerobos kekacauan itu seperti sebuah ledakan, sebuah lukisan menampakkan dirinya sendiri. Choi telah menamai penyelidikan ontologis ini ke dalam makna eksistensial seni "Mumool" (Ketiadaan dan Objektivitas). Ia melanjutkan karyanya dalam kesabaran yang hening, menunggu apa yang belum terjadi (Moo) untuk mewujud (Mul). 

Choi menemukan semacam kebebasan dalam ruang kosong yang tidak tersentuh oleh kuas. Kesadaran ini mendorongnya untuk menciptakan dan bereksperimen dengan berbagai alat, dan menolak alat yang dirancang untuk memudahkan melukis. Ia tidak lagi menggunakan kuas, tetapi memperkenalkan alat yang tidak dikenal, tidak terduga, dan tidak dapat dikontrol, sehingga kanvas menjadi ruang untuk kejadian yang tidak disengaja. Dengan mengabaikan keinginan untuk melukis dengan cermat, dengan melepaskan kebutuhan untuk berekspresi, Choi akhirnya menyerahkan peran seniman kepada objek itu sendiri. Dalam tindakan penyerahan diri inilah dunia baru terlihat. 

Untuk seri terbarunya "Mumool", Choi meletakkan kerikil kecil di atas kanvas kosong. Kerikil yang bentuknya tidak beraturan itu menggelinding bebas di atas permukaan yang miring, meninggalkan jejak saat bergerak. Ia mendengarkan getaran batu saat menggelinding di atas kanvas yang kencang dan suara tajam namun berirama saat batu menghantam bingkai kayu di tepinya. Ia mendengarkan bunyi tanda-tanda yang memekakkan telinga ini dalam lintasannya, merasakan munculnya lukisan yang "diciptakan tanpa melukis." 

Karya Choi dipenuhi dengan energi yang mencerminkan tatanan inheren di mana semua hal ada dengan caranya sendiri. Untuk menghadapi dunia yang teratur ini melalui tindakan mengosongkan diri, dibutuhkan perjuangan yang sulit dengan diri sendiri. Dunia tempat kita hidup terus-menerus menuntut lebih banyak hal untuk diisi, dikumpulkan, diciptakan tanpa henti, demi kenyamanan. Namun, Choi dengan keras kepala bergerak ke arah yang berlawanan. Dia secara aktif memilih ketidaknyamanan, merangkul pengurangan, pembuangan, dan pengosongan. Dia bahkan tidak membiarkan dirinya berambisi untuk melukis dengan baik. 

Berdiri di hadapan kemungkinan tak terbatas dari hal yang tidak diketahui, Choi melanjutkan praktiknya dalam keheningan—bukan menginginkan, tetapi menanggapi. Melalui karyanya, orang akan menjumpai dunia seni abstrak kontemporer Korea—dunia yang tidak muncul melalui penegasan, tetapi melalui penyerahan diri kepada apa yang belum terungkap. Pameran karya Choi Sang-chul "Mumool" ini berlangsung pada tanggal 24 April 2025 - 24 Mei 2025 di Baik Art.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 02 Mei 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Sunday, April 27, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 42)

We Begin with Everything

Galeri seni terbaru di Jakarta, Ara Contemporary, hadirkan pameran perdananya bertajuk “We Begin with Everything” pada tanggal 12 April hingga 4 Mei 2025. Ara Contemporary sendiri merupakan galeri seni yang baru diresmikan pada tanggal 12 April 2025. Berlokasi di Jalan Tulodong Bawah 1 Nomor 163, Senayan, Jakarta Pusat, galeri ini berfokus untuk mengenalkan seni rupa di Asia Tenggara ke kancah global. Pameran seni ini menampilkan karya-karya dari 17 seniman terkemuka dari Asia Tenggara. Pameran ini dimeriahkan oleh Agan Harahap, Albert Yonathan Setyawan, Alisa Chunchue, Carmen Ceniga Prado, Condro Priyoaji, Dawn Ng, Enggar Rhomadioni, Irfan Hendrian, Ipeh Nur, Iwan Effendi, Kelly Jin Mei, Mar Kristoff, Marcos Kueh, Natalie Sasi Organ, S Urubingwaru, Wedhar Riyadi, dan Xiuching Tsay.

Megan Arlin, salah satu founder Ara Contemporary mengatakan, visi utama mereka membuka galeri ini adalah untuk mendukung seniman di kawasan Asia Tenggara dan mengadvokasi praktik mereka baik secara lokal maupun internasional agar semakin dikenal publik. Pemilihan Ara Contemporary juga bukan tanpa alasan. Nama tersebut merupakan kombinasi nama belakang dari para pendirinya, yakni Megan Arlin, Fiesta Ramadanti, dan Fredy Chandra. Frasa Ara juga berasal dari bahasa Sanskerta, yang berarti tempat berlindung. “Ini merupakan pameran perdana kami dan menjadi perayaan atas karya-karya para seniman dari Asia Tenggara. Pameran ini juga sebagai bentuk hajatan untuk melihat proses kreatif dari para seniman tersebut,” ujar Danti begitu sapaan akrab Fiesta di Jakarta.

We Begin with Everything mengambil inspirasi dari The Creative Act: A Way of Being karya Rick Rubin yang kemudian dituangkan dalam sebuah pameran seni. Judul pameran mencerminkan prinsip utama filosofi Rubin: bahwa tindakan menciptakan adalah sumber yang tak ada habisnya dan selalu ada. Tak hanya itu, We Begin with Everything merayakan sebuah konsep yang berubah menjadi manifestasi nyata dan proses berkelanjutan untuk menjadi sesuatu tercermin. Tidak hanya pada awal galeri tetapi juga nilai dari proses yang dilakukan seniman.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 24 April 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Saturday, April 26, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 41)

DreamScape

Ultra Milk membuat Exhibition bertema #JustMove in DreamScape yang berkolaborasi dengan Indah Oei. Terinspirasi oleh mimpi Indah Oei, konsep ini mengeksplorasi perpaduan antara kesadaran dan imajinasi, mengaburkan batas antara kesadaran dan alam kreativitas yang tak terbatas. Setiap karya seni berfungsi sebagai portal menuju lanskap surealis, tempat elemen-elemen yang familiar terjalin dengan distorsi seperti mimpi, mengundang penonton untuk menjelajahi ruang tempat realitas dan fantasi hidup berdampingan. Melalui detail yang rumit, warna-warna cerah, dan komposisi yang cair, karya-karya ini mengungkap hubungan mendalam antara dunia luar dan kemungkinan pikiran yang tak terbatas. Dengan membenamkan diri dalam perjalanan visual ini, penonton didorong untuk melakukan introspeksi, mempertanyakan persepsi, dan membuka potensi kreatif mereka sendiri. Pameran Just Move in DreamScape ini berlangsung mulai tanggal 19 April 2025 - 18 Mei 2025 di C'Project by MoT, Wisma Geha 2nd Floor, Jl. Timor No. 25, Menteng, Jakarta Pusat. 

Saya menghadiri pameran pada tanggal 23 April 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Sunday, March 30, 2025

BERBAGAI TULISAN (ACAK) : AKHIRNYA KE HOKKAIDO

Akhirnya harapan saya terwujud untuk pergi ke Hokkaido saat musim dingin tahun 2025 ini sesuai tulisan sebelumnya pada tanggal 12 April 2024 yaitu Berbagi Tulisan (Acak) : Destinasi Impian Hokkaido.

16-17 Februari 2025

Pada tanggal 16 Februari 2025, saya berangkat dari rumah di Bekasi menuju ke Bandara Soekarno Hatta. Saya berangkat pada pukul 15.30 dan sampai di bandara sekitar pukul 17:00. Peserta tour kali ini berjumlah 22 orang dan kami diminta untuk tiba di bandara pada pukul 18:30. Singkat cerita, penerbangan kami menggunakan maskapai All Nippon Airways (ANA) sebagai berikut :

NH856 16FEB CGK - HND 21:45 - 06:50

NH055 17FEB HND - CTS 09:05 - 10:40

Penerbangan berjalan dengan ontime dari Bandara Soekarno Hatta (CGK) ke Haneda Airport (HND) dan juga sampai ke New Chitose Airport (CTS). Sekitar pukul 11:00, kami sudah tiba di Hokkaido dan langsung berganti pakaian yang tebal karena udaranya sangatlah dingin. Lalu, dilanjutkan dengan makan siang bersama. Seluruh perjalanan di Hokkaido adalah menggunakan fasilitas bus.

Pada hari pertama, kami diantar menuju Noboribetsu Date Jidai Village. Tempat ini merupakan taman tematik yang menggambarkan kondisi Jepang di zaman Edo (1603 - 1867), baik dari pakaian hingga budayanya. Saat memasuki kawasan ini, pengunjung langsung disambut orang-orang berpakaian ninja dan samurai. Taman ini menyajikan sejumlah pertunjukan yang mengasyikan dan dramatis termasuk tari tradisional serta peragaan ninja dan samurai yang menarik. Kami menghabiskan waktu disini sampai dengan pukul 15:00 waktu setempat.

Lalu, kami melanjutkan perjalanan menuju Noboribetsu Jigokudani Hell Valley. Wilayah ini termasuk ke dalam Taman Nasional Danau Shikotsu dan Danau Toya. Dikenal sebagai "Lembah Kematian" atau "Lembah Neraka", wilayah ini merupakan kaldera yang muncul setelah letusan dahsyat Gunung Kuttara 20.000 tahun lalu. Uap vulkanik yang mengepul dari dalam kawah dan bau belerang membuat warga kerap menyebut Jigokudani sebagai "Pintu Gerbang Menuju Neraka". Masyarakat sekitar juga mempercayai bahwa kawah tersebut merupakan tempat sekelompok iblis yang dapat hidup dalam suhu teramat panas. 

Setelah itu, dilanjutkan menuju ke Seicomart untuk berbelanja cemilan dan makanan-makanan lainnya. Seicomart adalah minimarket (convenience store) yang lahir di Hokkaido pada tahun 1971. Bisa dikenali dari papan reklame berwarna oranye dan gambar burung Phoenix. Setelah berbelanja, kami menuju ke Hotel Toya Sun Palace Resort & Spa untuk makan malam dan beristirahat. Sebelum tidur, saya mencoba pengalaman berendam di onsen untuk pertama kalinya. Kata onsen (温泉) dalam bahasa Jepang berarti sumber air panas atau mata air panas. "On" (温) berarti panas, dan "sen" (泉) berarti sumber air atau mata air. Kemudian, onsen digunakan untuk istilah pemandian yang airnya berasal dari sumber air panas alami. Rasanya badan terasa rileks kembali dan membuat pikiran menjadi tenang. Selesai berendam, saya langsung beristirahat di kamar.


18 Februari 2025

Pada hari kedua, saya sengaja bangun pagi sekali, kemudian mandi, lalu mulai mengeksplor hotel dan sekitarnya. Hari ini, mulai turun salju dengan intensitas ringan - sedang. Ini adalah harapan saya karena memang momen bersalju inilah yang saya cari. Kemudian, saya sarapan pagi sekitar pukul 07:00. Pukul 08:30, kami check out hotel dan kemudian menuju destinasi selanjutnya.

Destinasi yang dikunjungi hari ini adalah Lake Toya. Lake Toya adalah danau di Jepang yang berasal dari kaldera gunung berapi dan terletak di kawasan Taman Nasional Shikotsu, Distrik Abuta, Hokkaido, Jepang. Menariknya, danau ini tidak pernah membeku karena di bawah danau ini masih merupakan sisa dari gunung berapi yang aktif. Danau ini memiliki karakteristik yang sama dengan salah satu danau di Indonesia bernama Danau Toba, walaupun Danau Toya tidak seluas Danau Toba.

Kemudian, dilanjutkan mengunjungi Showa Shinzan Bear Ranch. Tempat ini memiliki lebih dari 100 beruang coklat Hokkaido. Disini, pengunjung dapat membeli beberapa kantong buah apel dan kue untuk memberi mereka makan. Tidak lupa saya juga membeli souvenir berupa boneka beruang sebagai kenang-kenangan. Sekitar pukul 10:30, kami pergi ke destinasi selanjutnya.

Pukul 11:00 kami sampai di Snow World Toya. Hari ini, saya akan merasakan pengalaman bermain snow mobile disini. Tiket bermain snow mobile seharga 10.000 Yen, bagi saya tergolong cukup mahal. Namun terbayarkan karena ini merupakan petualangan seru dengan menjelajahi pemandangan musim dingin yang menakjubkan selama kurang lebih 1 jam. 

Sekitar pukul 13:00, kami melanjutkan perjalanan menuju ke Hokkaido Government Office, Sapporo TV Tower, dan juga Sapporo Clock Tower. Lokasi ketiga destinasi ini tergolong berdekatan saja. Selesai mengeksplor seluruh lokasi ini, kami melanjutkan dengan makan malam bersama. Hari ini kami pindah penginapan ke Apa Hotel & Resort Sapporo. Sama dengan hari sebelumnya, malam ini saya juga merasakan kembali pengalaman berendam di onsen. Kemudian, dilanjutkan dengan beristirahat.


19 Februari 2025

Pada hari ketiga, saya juga sengaja bangun lebih awal untuk mengeksplor hotel dan sekitarnya terlebih dahulu. Kemudian dilanjutkan dengan sarapan pagi. Pada pukul 09:00, kami baru melanjutkan perjalanan menggunakan bus. Lokasi pertama yang kami tuju adalah Hokkaido Jingu dimana kami tiba disana sekitar pukul 09:30. Hokkaido Jingu merupakan kuil tradisional Shinto yang terletak di tengah Taman Maruyama. Hokkaido Jingu mengabadikan empat dewa yaitu Okunitama, Onamuchi, Sukunahikona, dan tempat pengabdian arwah Kaisar Meiji. Di tempat ini, tidak lupa saya berdoa agar permohonan atau harapan saya dapat dikabulkan. Salah satu doa saya adalah saya berharap bisa kembali ke Hokkaido lagi suatu hari nanti. Kami berada di lokasi ini sampai dengan pukul 11:00.

Kemudian dilanjutkan menuju Shiroi Koibito Park. Shiroi Koibito Park merupakan sebuah taman yang dioperasikan oleh produsen penganan manis lokal, Ishiya. Taman ini dibuka pada tahun 1995 oleh perusahaan coklat Ishiya. Shiroi koibito artinya "cinta putih" atau "kekasih putih" berbentuk kotak, terbuat dari kue lidah kucing yang ditangkupkan, dengan coklat putih di dalamnya. Kue lidah kucing yang dibuat di Hokkaido ini menggunakan adonan dari mentega dan gula yang dilembutkan sebelum dicampur tepung, putih telur, dan vanila. Taman ini juga menawarkan pengunjung untuk melihat proses pembuatan kue melalui tur pabrik. Tempat ini merupakan destinasi impian bagi para pecinta coklat. Kami menghabiskan waktu disini sampai dengan pukul 12:30.

Lalu, dilanjutkan dengan makan siang. Hari ini saya menikmati makan siang di Ganso Sapporo Ramen Yokocho - Gang Ramen terkenal di Hokkaido. Gang ramen ini merupakan lorong terkenal dan menawarkan pilihan sekitar 17 restoran ramen. Hari ini saya menikmati makan ramen di Ichikura Ramen Yokocho. Rasanya sangatlah lezat. Kami selesai makan siang hingga pukul 14:00. Setelah makan siang, kami menghabiskan waktu dengan berbelanja di Tanukikoji Shopping Street dan Susukino. Tanukikoji Shopping Street merupakan salah satu jalan perbelanjaan tertua di Hokkaido yang membentang diantara Minami Nijo dan Minami Sanjo. Sedangkan, Susukino adalah kawasan hiburan terbesar di Sapporo dimana bisa ditemukan toko/pusat pembelanjaan, kafe dan bar, restoran, tempat karaoke, pachinko, dan juga bioskop. Pada hari ini, saya berbelanja Starbucks Tumbler Hokkaido, berbagai macam coklat, dan juga snack. Selesai berbelanja, kami kembali menuju hotel Apa Hotel & Resort Sapporo. Setelah itu dilanjutkan dengan makan malam di sekitaran hotel. Malam harinya, saya kembali berendam di onsen dan kemudian langsung istirahat.


20 Februari 2025

Hari ini saya tidak bangun sepagi hari sebelum-belumnya. Setelah sarapan di hotel, kami kembali melanjutkan perjalanan ke destinasi berikutnya. Pada hari keempat, destinasi pertama yang dikunjungi adalah Maruyama Zoo. Kami tiba disana sekitar pukul 09:30 bertepatan dengan waktu kebun binatang dibuka. Kebun binatang ini dibangun pada tahun 1951 dan merupakan kebun binatang tertua di Hokkaido. Kebun binatang ini memiliki luas + 22,5 Ha. Disini terdapat lebih dari 700 ekor hewan dari 168 spesies.

Sekitar pukul 11:00 kami melanjutkan perjalanan menuju Kota Otaru. Kami menikmati makan siang di Otaru pada pukul 12:00. Lalu, pada pukul 13:30 menuju ke Otaru Canal. Kanal Otaru ini dibangun pada tahun 1923. Berdasarkan situs resmi Otaru Tourism Association, zaman dulu kapal-kapal memakai tongkang untuk menurunkan barang-barang dari luar pantai. Kanal Otaru ini dibuat untuk memudahkan proses penurunan barang dari kapal tersebut. Panjang Kanal Otaru adalah sekitar 1.140 m. Sekarang, Kanal Otaru memiliki lebih banyak jalanan dan taman untuk para pengunjung. 

Kemudian, dilanjutkan menuju ke Sakaimachi Shopping Street. Disini terdapat banyak kedai cendramata, restoran, hotel, butik, dan sebagainya. Kota Otaru terkenal dengan pabrik kaca sehingga barang pecah belah adalah salah satu tempat wisata utama kota ini. Disini terdapat Kitaichi Glass Otaru yang memiliki 3 toko kaca dengan gaya jepang, gaya pedesaan, dan gaya barat. Selain itu, juga terdapat Otaru Music Box Museum yang dibangun pada zaman Meiji. Museum ini tersebar di sejumlah bangunan di kawasan Ironai-dori, yang semuanya berisi lebih dari 25.000 kotak musik. Disini terdapat berbagai koleksi kotak musik serta kita dapat mendengar beragam suara dan melodi yang indah. 

Sekitar pukul 16:30, kami kembali menuju hotel. Sebelum menuju hotel, kami makan malam bersama terlebih dahulu. Kami tiba di hotel sekitar pukul 19:00. Lalu, saya memutuskan untuk mengunjungi 2nd Street dan Book Off Plus dekat hotel. Saya berbelanja beberapa pakaian dan mainan disana. Pukul 20:30, saya kembali ke penginapan. Kemudian, saya pun berendam di onsen dan dilanjutkan istirahat. 


21-22 Februari 2025

Hari ini adalah hari terakhir kami menginap disini karena malam ini kami akan pulang ke Indonesia. Selesai sarapan pagi, lalu kami check out hotel. Hari ini, kami berangkat pukul 08:30 menggunakan bus. Pada hari kelima, destinasi yang dikunjungi hari ini adalah Sapporo Olympic Museum. Sapporo Olympic Museum berlokasi di Okurayama Ski Jump Stadium merupakan tempat penyelenggaraan Olimpiade Musim Dingin dengan pemandangan kota Sapporo. Disini, kita dapat menaiki ski lift (kereta gantung) ke Observatorium Okurayama. Ini merupakan pertama kalinya saya menaiki ski lift. Tempat ini menawarkan pemandangan kota di bawahnya seperti Sapporo Dome, dataran Ishikari, dan Pelabuhan Ishikari. Kami berada disini hingga pukul 11:00.

Selanjutnya, kami melanjutkan perjalanan menuju Nijo Market. Pasar Nijo terletak di ujung timur pusat belanja Tanukikoji. Pasar ini merupakan pasar tradisional paling terkenal di Sapporo. Produk utama yang dijual disini adalah makanan laut seperti berbagai jenis ikan, kepiting, tiram, cumi-cumi, teripang, dan lainnya. Disini kami hanya sebentar saja, yaitu sampai pukul 12:00.

Perjalanan selanjutnya adalah menuju Mitsui Outlet Park (MOP) - Sapporo Kitahiroshima. Merupakan salah satu mall terbesar di Hokkaido yang memiliki hampir 130 toko dan food court besar dengan 650 kursi. Tempat ini merupakan surga belanja yang menawarkan deretan merk Internasional dan Jepang yang mengesankan. MOP dioperasikan oleh perusahaan real estate Mitsui. Kami menghabiskan waktu disini sampai pukul 16:30.

Pada akhirnya, kami melanjutkan perjalanan menuju Bandara New Chitose Airport (CTS). Kami tiba di bandara sekitar pukul 17:30. Di bandara saya berbelanja boneka Pokemon di Pokemon Store. Singkat cerita, penerbangan kami menggunakan maskapai All Nippon Airways (ANA) sebagai berikut :

NH082 21FEB CTS - HND 20:30 - 22:10

NH871 22FEB HND - CGK 00:05 - 06:00

Seluruh perjalanan berjalan dengan ontime dan akhirnya saya sampai di Indonesia. Sebelum pulang ke rumah, saya dan beberapa peserta tour menikmati secangkir kopi dan mengobrol-obrol terlebih dahulu. Akhirnya, saya tiba di rumah sekitar pukul 10:15. Perjalanan trip selama beberapa hari di Hokkaido ini sangatlah mengesankan. Saya sangat bersyukur karena bisa menikmati musim dingin ataupun salju untuk pertama kalinya di Hokkaido. Impian saya benar-benar terwujud di tahun 2025 ini yaitu dapat mengunjungi Hokkaido. Saya berharap suatu hari nanti bisa kembali menikmati musim dingin di Hokkaido karena masih banyak lokasi yang belum bisa dijelajahi seperti Furano, Biei, Asahiyama Zoo, dan sebagainya.

Tuesday, February 25, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 40)

Sh!ttin' in the Head

Sh!ttin' in the Head adalah tentang kekuatan pesan yang kuat dalam seni kontemporer. Dalam dunia seni yang serba cepat saat ini, yang penting bukan hanya tentang bagaimana sesuatu terlihat tetapi apa yang dikatakannya dan bagaimana perasaan Anda. Pameran ini merupakan keseimbangan yang baik antara konsep di balik karya dan dampak visualnya.

Seniman yang ditampilkan di sini sebagian besar masih muda, tetapi mereka sudah menjadi pusat perhatian. Mereka telah menarik perhatian juri senior, memenangkan penghargaan utama seperti UOB Painting of the Year dan Basoeki Abdullah Art Award. Mengapa? Karena mereka tidak takut untuk melampaui batas; mereka tidak bermain aman.

Beberapa seniman ini baru mulai melihat hasil kerja keras mereka selama bertahun-tahun. Mereka telah diakui sebagai finalis atas perkembangan pesat dan evolusi karya mereka. Pameran ini bukan sekadar pajangan. Pameran ini merupakan batu loncatan bagi para seniman ini saat mereka menaiki tangga untuk menjadi tokoh utama dalam kancah seni kontemporer.

Pameran ini merupakan undangan untuk memamerkan beberapa karya yang secara visual memukau sekaligus memiliki kekuatan konseptual. Pameran ini tentang melibatkan diri dengan seni yang menantang dan memprovokasi, mendorong kita untuk berpikir dan merasakan dengan cara baru. Pameran ini berlangsung pada tanggal 25 Januari 2025 - 09 Februari 2025 di Unicorn Gallery, Wisma Geha Lantai 4, Jakarta Pusat. 

Saya menghadiri pameran pada tanggal 07 Februari 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Monday, February 24, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 39)

Vibes Don't Lie

Adi Dharma, yang biasa dikenal dengan nama Stereoflow, merupakan seniman yang memulai eksplorasi dari seni budaya street art dan hip-hop. Kedua hal tersebut menjadi landasan dalam pendekatannya terhadap lukisannya. Pada pameran tunggalnya sepuluh tahun lalu - Beatscape, ia memperkenalkan pendekatannya dalam menggabungkan prinsip penciptaan musik ke dalam bentuk visual. Melalui warna neon yang berani dengan komposisi yang dinamis, karya dalam Beatscape mencerminkan energi yang sesuai dengan tempo dan ritme yang disusun dalam musik.

Kini dalam pameran tunggal berjudul "Vibes Don't Lie", Stereoflow menampilkan sebuah evolusi artistik. Perubahan yang terjadi karena adanya pertumbuhan usia dan bertambahnya pengalaman. Penggunaan warna yang sebelumnya berani dan mencolok berubah menjadi palet warna yang lebih tenang. Bentuk refleksi atas pendewasaan. 

Dalam pameran ini, Stereoflow mengangkat kota sebagai subjek dalam karyanya. Jakarta sebagai kota tempat ia hidup dan berkarya, menjadi pusat dari eksplorasinya. Kota adalah ruang yang penuh paradoks - melalui struktur fisiknya yang menampilkan keteraturan dalam satu sisi, dan penuh kekacauan di sisi lainnya. Melalui komposisi yang terkesan tidak teratur, Stereoflow justru menemukan pola dan harmoni yang tidak terduga. Kedua elemen itu tidak hanya berdampingan tetapi juga saling menguatkan, menciptakan sebuah narasi visual. 

Stereoflow menggunakan bentuk dan warna yang acak sebagai hasil dari interpretasi atas tata ruang. Penggunaan warna yang berbenturan, mencerminkan keanekaragaman visual yang ditemuinya dalam keseharian hidup di Jakarta. Tidak hanya dari segi warna, bentuk dalam karya Stereoflow juga mencerminkan dualitas ini. Garis-garis tegas yang diciptakan dengan teknik hard edge menunjukkan keteraturan yang khas dari kehidupan urban, sementara semprotan spray paint mencerminkan kebebasan dan spontanitas yang menggambarkan energi liar kota. Komponen bentuk dan warna yang saling tumpang tindih ini pada akhirnya melahirkan sebuah keserasian. There is chaos in order and order in chaos. 

Pameran ini hadir sebagai interpretasi Stereoflow sebagai seniman sekaligus individu dalam sebuah ekosistem. Pola dan warna yang dituangkan di atas kanvas dan tembok digambarkan berdasar pada pengalaman individu dan struktur sosial tempatnya berada. Dalam setiap karya, Stereoflow menangkap esensi kota sebagai ruang yang hidup dan terus bergerak. Tidak ada pesan eksplisit atau narasi tunggal dalam karya-karyanya - hanya interpretasi jujur dari apa yang ia lihat dan rasakan. 

Melalui "Vibes Don't Lie", Stereoflow ingin mengajak audiens untuk terlibat dalam pengalaman sensoris, dimana karya tidak sekedar hanya dilihat, melainkan juga dirasa. Stereoflow ingin memberikan ruang untuk kita mengeksplorasi perasaan atas keragaman dari kota, entah dalam bentuk fisik maupun perasaan. Pameran ini adalah sebuah ajakan untuk menemukan sinestesia dari sebuah karya seni yang ekspresif. Pameran ini berlangsung pada tanggal 25 Januari 2025 - 16 Februari 2025 di Rachel Gallery.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 07 Februari 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Sunday, February 23, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 38)

Souls of Protopia

Ruang-ruang geografis (topos) sering dianggap sebagai medan faktual yang memberi jeda intelektual untuk dibaca. Informasi diterima sebagai hasil, an sich, yang sifatnya tidak mungkin keliru. Wilayah-wilayah geografis bahkan lebih dianggap lebih nyata dari kenyataannya sendiri. Peta (chart) menjadi sebuah kendaraan nominal dari sebuah struktur peradaban teknologis. Apa yang dipetakan (charted) adalah hasil pemetaan (charting) yang tinggal diterima begitu saja. 

Budayawan Kevin Kelly keberatan dengan dikotomi topos dalam u topos (utopia) dan dys topos (distopia). Ruang-ruang geografis adalah ruang yang sedang dibentuk - pro topos. Protopia adalah sebuah ruang yang dipetakan dengan memetakan. Sejalan dengan ide Yuval Noah Harari dalam Nexus, informasi adalah in-formation; informasi bukan tentang kebenaran. Informasi membentuk realitas karena bertalian kuat dengan jejaring. Informasi adalah bahan baku pembentuk jejaring yang akhirnya merajut lembaran-lembaran sejarah. 

Apa yang dihadirkan Sandy Tisa dalam pameran tunggal "Souls of Protopia" kali ini adalah peta yang sejalan dengan geliat yang ditukaskan Simonetta Moro; sebagai oleh-oleh dari dunia mitik yang mengisi kepala manusia, sebagai hasil dokumentasi (yang bersifat sangat personal), dan sebagai bentuk realitas relasional yang bersifat intersubjektif. Dengan memetakan batinnya, Sandy berusaha untuk tidak terjebak dalam pseudo-faktualitas yang mengabsolutkan keroposnya realitas artifisial. Karya-karya Sandy adalah catatan perjalanan dari protopia yang ia bangun dari kegigihan dan ketekunan ekspresiensialnya. 

Lewat pameran tunggalnya, Sandy Tisa mengajak kita melihat peta bukan sebagai sesuatu yang statis, tapi bagian dari proses yang terus bergerak. Ini bukan soal benar atau salah, tapi bagaimana realitas dibentuk dari cara kita membaca dan memaknainya. Pameran ini berlangsung pada tanggal 25 Januari 2025 - 16 Februari 2025 di Lantai 1, Wisma Geha Lantai, Jakarta Pusat. 

Saya menghadiri pameran pada tanggal 07 Februari 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Sunday, January 26, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 37)

Jejak Perlawanan Sang Presiden 2001

Raden Soehardi Adimaryono atau yang akrab disapa Hardi, memiliki kontribusi besar dalam perkembangan arah seni rupa Indonesia. Meski telah tiada, karya-karya seniman yang meninggal pada 2023 lalu, tetap dikenang lewat pameran Jejak Perlawanan "Sang Presiden 2001" Tribut untuk Hardi (1951-2023). Pameran ini menampilkan total 78 karya yang terdiri dari 69 koleksi lukisan dan sketsa, lima jangker, empat keris, dan arsip-arsip pribadi yang menceritakan proses kreatif dan perjalanan hidup Hardi.

Hardi adalah salah satu pendiri Gerakan Seni Rupa Baru (GSRB), Hardi dikenal dengan semangat juangnya dalam menyuarakan kritik sosial dan politik melalui seni. Hardi dikenal sebagai perupa yang menjadikan seni sebagai alat perlawanan, ruang dialog, dan refleksi atas realitas sosial-politik Indonesia. Dia kerap menggabungkan tradisi dengan inovasi, dan dinamika perjalanan bangsa. Kurator pameran, Dio Pamola C, mengatakan setiap karya seni Hardi adalah saksi bisu perjuangan. "Pameran ini adalah ruang dialog antara seni, sejarah, dan semangat perlawanan yang diwariskannya," ungkap Dio. 

Melalui karya-karya yang dipamerkan, publik diajak untuk memahami bagaimana Hardi menciptakan narasi alternatif yang mengungkap wajah kekuasaan pada masanya. Dialog yang dibangun melalui karyanya tetap relevan hingga saat ini. Pameran Jejak Perlawanan "Sang Presiden 2001" Tribut untuk Hardi (1951-2023) tengah dibuka untuk publik pada 10 Januari sampai 26 Januari 2025 di Gedung A, Galeri Nasional Indonesia,  Jakarta Pusat, pukul 09.00 WIB-19.00 WIB.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 20 Januari 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Sunday, January 19, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 36)

Liminal Realities

Pameran Seni Rupa Murni "Liminal Realities" adalah sebuah pameran yang memadukan karya seni lukis, grafis, dan patung hasil eksplorasi kreatif para dosen Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Istilah "liminal" berasal dari kata Latin limen yang berarti "ambang" atau "batas". Dalam konteks seni rupa, Liminal Realities digunakan untuk menggambarkan pengalaman estetika, emosional, atau simbolis yang ada di wilayah ambang, tidak sepenuhnya berada di satu sisi atau sisi lainnya.

Liminitas, sebuah konsep yang berasal dari filsafat dan antropologi, merujuk pada keadaan transisi di mana batas-batas tradisional menjadi kabur. Dalam seni, liminitas menawarkan kesempatan bagi seniman untuk mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan tentang identitas, perubahan, dan hubungan. Pameran ini memperlihatkan bagaimana seniman—melalui permainan bentuk, tekstur, dan narasi—mampu membingkai ulang pengalaman sehari-hari menjadi sesuatu yang bermakna. Seni lukis menyajikan lanskap emosional yang kaya, seni grafis menggambarkan detail dan struktur yang mengundang interpretasi, sementara seni patung menawarkan perspektif fisik hubungan manusia dengan alam, menciptakan dialog yang saling melengkapi.

Pameran ini dihadirkan sebagai wadah untuk menelaah ambang batas ruang, waktu, dan kesadaran dimensi-dimensi yang terus berinteraksi dan melahirkan narasi baru. Dalam menggali batasan antara dunia nyata dan ruang liminal—dimensi yang terletak diantara yang nyata dan tidak pasti serta hadir untuk menggambarkan keadaan transisi, perubahan, dan ambiguitas yang seringkali menjadi refleksi dari kehidupan modern. Melalui karya-karya yang dipamerkan sebagai media komunikasi yang menghubungkan seniman dengan para penikmat seni, pemirsa diajak untuk merenungkan berbagai makna keberadaan, pergerakan, dan batasan yang seringkali tidak terlihat, tetapi dapat dirasakan. 

Seniman yang berpartisipasi dalam pameran ini adalah Agoes Salim, Budi Panca Mulia Tobing, Deny Rusanto, Dolorosa Sinaga, Fachriza Jayadimansyah, Firman Lie, Guntur Wibowo, Jimmy Ivan Suhendro, Munadinanur, Supriyanto, Walid Syarthowi Basmalah, dan Wina Luthfiya Ipnayati. Pameran berlangsung pada tanggal 11 - 25 Januari 2025 di D'Gallerie Jakarta. 

Saya menghadiri pameran pada tanggal 13 Januari 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Saturday, January 18, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 35)

Figure A

RUCI Art Space kembali menghadirkan pameran yang menarik, kali ini dengan karya-karya dari Adine Halim, yang lebih dikenal dengan nama Aharimu. Berlangsung mulai 7 Desember 2024 hingga 20 Januari 2025, pameran bertajuk ‘Figure A’ ini merupakan eksplorasi mendalam tentang tubuh manusia, yang dihadirkan bukan hanya sebagai subjek visual, tetapi juga sebagai medium tekstur, komposisi, dan warna yang dinamis, melampaui batasan seni figuratif tradisional.

Dalam karyanya, Aharimu menafsirkan ulang tubuh manusia sebagai bentuk yang terus berubah dan beralih antara keakraban dan ambiguitas. Melalui pendekatan ini, ia mengundang audiens untuk terlibat secara mendalam dengan elemen-elemen seperti warna, tekstur, dan bentuk. Baginya, tubuh manusia adalah ruang transformasi tanpa batas, yang dapat membawa pengalaman visual dan emosional yang lebih mendalam. Kurator Zarani Risjad mengatakan, seteleng ini memang menghadirkan evolusi artistik Aharimu, termasuk pendalamannya terhadap eksplorasi tentang potensi metaforis tubuh. Dalam fase ini, sang seniman berusaha menerjemahkan bentuk-bentuk manusia ke dalam objek-objek fungsional, tapi tetap memberikan emosi di dalamnya.

Pameran ini menghadirkan 25 karya yang mencakup lukisan, gambar, dan patung. Lukisan-lukisan Aharimu didominasi oleh penggunaan cat minyak yang dipadukan dengan teknik eksperimental. Melalui ‘Figure A’ Aharimu menunjukkan bahwa dasar-dasar seni lukis klasik, seperti gambar figur dan lukisan alam benda, tidak harus kaku atau terjebak dalam tradisi. Sebaliknya, ia membebaskan prinsip-prinsip ini untuk menciptakan bentuk-bentuk baru yang lebih fleksibel dan imajinatif. 

Sebagai seniman yang memiliki latar belakang pendidikan seni rupa formal, Aharimu telah menempuh perjalanan kreatif yang panjang. Ia menyelesaikan studinya di Nanyang Academy of Fine Arts Singapura, School of the Art Institute of Chicago, dan Visual Effects di Vancouver Film School. Pengalaman ini memberikan dasar teknis yang kuat sekaligus memperluas wawasannya dalam menciptakan karya seni. Seni, baginya, adalah medium yang mampu menghubungkan orang dari berbagai latar belakang, menciptakan ruang dialog yang terbuka dan inklusif. ‘Figure A’ bukan hanya sekadar pameran seni, tetapi sebuah undangan untuk menyelami tubuh manusia dari perspektif yang segar dan berani. 

Saya menghadiri pameran pada tanggal 13 Januari 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.