Monday, September 01, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 61)

Light Ignition

Pada Sabtu, 9 Agustus 2025, Yong Rae “Yong R.” Kwon, seniman asal Seoul, Korea, secara resmi menggelar pameran tunggalnya bertajuk “Light Ignition” di Kendys Gallery, Jakarta. Yong R. Kwon yang dikenal atas eksplorasinya terhadap cahaya sebagai elemen utama dalam karya seninya merupakan lulusan jurusan seni rupa di Universitas Nasional Seoul. Sampai saat ini, ia telah menggelar lebih dari 19 pameran tunggal sejak tahun 1989. Pameran tunggal Yong R. Kwon di Jakarta menjadi kolaborasi kedua antara Kendys Gallery Jakarta dan B-tree Gallery dari Seoul dan Busan dalam menghadirkan seniman Korea ke panggung seni Indonesia.

Direktur Kendys Gallery, Denny Yustana, menjelaskan bahwa Light Ignition tidak hanya merujuk pada ledakan cahaya secara harfiah, tetapi juga menyiratkan kelembutan dan permulaan. “Walaupun karya-karya ini punya kontras yang kuat, refleksi cahayanya bergradasi dan lembut di atas kanvas putih. Jadi ada perpaduan antara keberanian dan kehati-hatian. Setiap elemen ditempatkan dengan penuh kesabaran, satu per satu,” ungkapnya. Karya-karya Yong R. Kwon menampilkan ribuan keping stainless steel yang disusun di atas kanvas setelah melalui proses pemolesan, pemipihan, dan pewarnaan. Dengan pencahayaan sederhana, karya-karya tersebut memantulkan cahaya yang tampak seperti api yang tidak pernah padam. Cahaya dalam karya-karya ini bukan sekadar alat bantu visual, melainkan menjadi inti dari ekspresi artistik itu sendiri.

Dalam wawancaranya, Yong R. Kwon berbagi kisah awal mula tercetusnya ide untuk menggunakan stainless steel sebagai medium utama. Sekitar 15 tahun lalu, Kwon tengah merenungkan arah karyanya. Di tengah kebingungan itu, ia menikmati chimaek, akronim untuk hidangan ayam goreng dan bir khas Korea, lalu membuang bungkus aluminium ke tempat sampah. Di ruangan studionya yang gelap, pantulan cahaya yang tampak dari aluminium itu memantik inspirasi. Dari momen sederhana itulah, lahir gagasan untuk menciptakan karya berbasis cahaya.

Melalui pameran ini, Yong R. Kwon ingin menyampaikan bahwa setiap orang memiliki percikan cahaya di dalam diri mereka. Cahaya tersebut adalah bentuk harapan, yang muncul bahkan di saat-saat paling rapuh. Seperti lilin kecil yang menyala dalam gelap, ia membawa kekuatan dan ketenangan. Lewat pameran ini, Kwon ingin mengingatkan bahwa cahaya adalah harapan yang bisa menyala dalam diri siapa pun. Karya Yong R. Kwon yang tampak sederhana namun sarat detail dan makna, mampu membuat pengunjung belajar cara memaknai cahaya, baik sebagai objek seni maupun sebagai metafora dalam kehidupan. Pameran ini berlangsung pada tanggal 09 Agustus - 06 September 2025 di Kendys Gallery.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 26 Agustus 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Sunday, August 31, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 60)

Another World

Another World menyatukan dunia imajinatif dua seniman berbeda dalam sebuah pameran duo (Fauzan dan Joko Nastain) yang mengajak pengunjung untuk melangkah melampaui batas-batas yang familiar. Melalui bahasa visual yang kontras namun saling melengkapi, masing-masing seniman menawarkan visi personal tentang realitas alternatif—dunia yang dibentuk bukan oleh logika atau konvensi, melainkan oleh emosi, ingatan, dan kemungkinan. Dalam ruang bersama ini, imajinasi menjadi bentuk perlawanan dan keajaiban—alat untuk membayangkan kembali eksistensi di luar batasan keseharian. Dari lanskap surealis hingga interpretasi abstrak mimpi batin, karya-karya ini menantang pengunjung untuk menangguhkan ketidakpercayaan dan mengeksplorasi apa yang mungkin terjadi, alih-alih apa yang nyata.

Another World bukanlah tempat tunggal, melainkan pertemuan berbagai perspektif—titik temu dimana dua pikiran artistik mengungkap semesta paralel, mengundang kita untuk mempertimbangkan cara-cara baru dalam melihat, merasakan, dan menjadi. Pameran ini berlangsung di Vice & Virtue Gallery pada tanggal 9 - 31 Agustus 2025.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 26 Agustus 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Saturday, August 30, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 59)

Are We Ok ?

Perkembangan teknologi telah mengubah pola hidup manusia. Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian kita. Hubungan antarmanusia, yang dulu berpusat pada pertemuan langsung dan interaksi tatap muka, telah bergeser ke ranah virtual—cepat dan tanpa batas.

Konsep sosialisasi telah berubah. Melalui media, hubungan sosial mungkin menjadi dangkal; identitas dapat disembunyikan, dan ini pada akhirnya memengaruhi kesehatan mental. Situasi semakin memburuk selama pandemi Covid-19, ketika manusia sebagai makhluk sosial menjadi semakin individualistis, terisolasi, dan menarik diri.

Oleh karena itu, kesehatan mental menjadi tema Pameran OPC (One Piece Club) 2025: "ARE WE OK?". Pertanyaan ini tercermin dalam karya-karya yang dikurasi, di mana para seniman dan kolektor terhubung melalui karya-karya yang mengungkap kesepian, kebingungan, dan pencarian identitas. Diri yang tersembunyi digambarkan melalui imajinasi tanpa batas, di mana "perasaan" dan "empati" seringkali terabaikan. Ruang-ruang kosong, tatapan yang jauh, dan objek-objek yang dipenuhi ketakutan dan ketidakpastian muncul dengan jelas.

Lebih jauh lagi, komunitas terpinggirkan yang lahan produktif dan hak perumahannya terancam oleh tekanan kapitalisme, yang memaksa mereka bermigrasi ke kota-kota besar dan bertahan hidup di daerah kumuh—juga mengalami perjuangan kesehatan mental. Perjuangan kemerdekaan dan gejolak politik—mulai dari pembakaran, perusakan, pengkhianatan, hingga negosiasi tanpa akhir lintas generasi—telah meninggalkan rasa cemas yang diwariskan kepada setiap generasi.

Namun keindahan alam, persahabatan, kebersamaan, dan penyerahan diri terus memberikan dampak positif pada kesehatan mental. Beberapa karya dalam pameran ini mencerminkan kondisi tersebut. Pergeseran praktik seni kontemporer melalui media dan teknologi—dari seni video dan animasi hingga NFT—juga menjadi bagian tak terpisahkan dari pameran ini. Pameran OPC Indonesia 2025 menampilkan 56 karya individu dan 1 karya kolektif dari 51 anggota, yang mencerminkan antusiasme para pencinta seni Indonesia. Pameran ini berlangsung pada tanggal 23 - 31 Agustus 2025 di RUCI Art Space.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 27 Agustus 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Saturday, August 23, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 58)

In Between Stillness

Wedhar Riyadi menggelar pameran tunggal bertajuk In Between Stillness di Ara Contemporary, Jakarta, pada tanggal 16 Agustus hingga 14 September 2025. Pameran ini menampilkan seri terbarunya, Tabletop Diaries. Dengan semangat merayakan sisi-sisi kehidupan manusia yang terabaikan dan biasa saja, yang muncul dari pengamatannya yang tenang selama isolasi pandemi, Riyadi melukis susunan benda-benda mati, menggemakan tradisi lukisan still life, tetapi benda-benda yang ia gambarkan merupakan replika tanah liat. 

“Ini merupakan pameran pertama saya di Jakarta setelah yang terakhir 14 tahun yang lalu. Karya seni ini merupakan hasil observasi saya selama masa pandemi yang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Karena itu karya patung instalasi dan lukisan saya ini berhubungan dengan apa yang saya lihat sehari-hari, benda-benda rumahan,” tutur Wedhar, mengawali penjelasannya kepada media, Jumat (15/8/2025). 

Reproduksi ini tidak dimaksudkan untuk direplikasi; melainkan direduksi menjadi monokrom tanpa label atau karakteristik apa pun, yang memungkinkan benda-benda tersebut mengungkapkan maknanya melalui penikmatnya dengan mencerminkan prinsip spiritual bahwa makna muncul dalam keheningan dan kekosongan. Tabletop Diaries melanjutkan eksplorasi Riyadi yang berkelanjutan terhadap konteks-konteks yang saling bertentangan dalam satu komposisi tunggal, yakni alam dan buatan, di mana, dalam karya-karya sebelumnya, ia melukis potret-potret yang dihiasi unsur-unsur karakter lucu. Secara tradisional, lukisan still life mengungkap kefanaan eksistensi manusia melalui kefanaan objek-objek seperti buah yang digigit, bunga yang layu, dan rangkaian bunga buatan manusia. Demikian pula, dalam karya-karya Riyadi, jejak kehadiran manusia terasa pada permukaan-permukaan tanah liat yang terjepit. 

Jejak sentuhan, keausan, noda, goresan, dan patina menjadi lapisan sejarah, penanda bahwa benda-benda ini pernah hidup. Tanah liat, atau dalam hal ini tanah, telah lama melambangkan penciptaan sekaligus akhir kehidupan. Kecemerlangan latar belakang dan pencahayaan yang menyilaukan menghadirkan kesan artifisial. Ketegangan antara alam dan sintetis, yang hidup berdampingan dalam satu komposisi, mengajak kita untuk mempertimbangkan apakah kita secara naluriah lebih mengutamakan alam daripada buatan manusia, atau mungkin sebaliknya. 

“Mengapa saya mereplikasikan benda-benda yang ada di rumah dengan tanah liat, karena merupakan medium yang mewakili manusia. Medium yang sifatnya sensitif, juga merekam lingkungan sekitar kita, ada bekasnya, ada keausannya, dia juga lunak seperti tubuh manusia, sekaligus rentan. Selain itu, cara melukis saya pakai metode still life jadi antara seniman dengan objeknya saling berhadapan, sehiingga ada koneksi,” jelasnya. Seri terbarunya, Tabletop Diaries, menggambarkan susunan benda-benda rumah tangga yang terbuat dari tanah liat, merujuk pada lukisan still-life abad ke-16, yang sering kali mengeksplorasi tema-tema kehidupan dan perjalanan waktu, serta kaitan tanah liat atau tanah dengan asal-usul dan akhir kehidupan manusia.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 19 Agustus 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Sunday, August 17, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 57)

Whoever Stays Until The End Will Tell The Story

ROH merasa terhormat mempersembahkan "Whoever Stays Until The End Will Tell The Story", pameran tunggal pertama Agung Kurniawan (lahir 1968, Jember, Indonesia) di galeri ini. Pameran ini menampilkan proyek-proyek jangka panjang yang telah digarapnya selama lebih dari satu dekade, berdialog dengan sejumlah seniman baru untuk pameran tersebut, termasuk relief dinding teralis, gambar di atas kertas, instalasi kinetik, performans, dan lukisan. Pameran ini menekankan berbagai aspek praktik Kurniawan—inovasi berkelanjutannya dalam interaksi antara gambar dan performans sebagai bentuk latihan memori, kembalinya yang sering ke alegori sakral sebagai skema untuk menguraikan ambiguitas moral yang membentuk kehidupan kolektif—dan bekerja bersama sebagai perangkat untuk memandu hafalan akan relevansi abadi dari kisah-kisah tentang iman, pengkhianatan, harapan, dan pengorbanan ini.

Agung Kurniawan mengubah ingatan menjadi tarian rekonsiliasi melawan kelupaan, di mana gambar di atas kertas, pertunjukan, relief dinding teralis, dan lukisan berperan sebagai saluran pelestarian. Karya-karya Kurniawan berfungsi seperti manuskrip beriluminasi—sebagai alat untuk mendorong diskusi dan memengaruhi kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan struktur yang jauh lebih besar. "Dalam perjalanan menuju perjuangan yang gagal, Anda membutuhkan lamunan," ujarnya. Kehidupan sehari-hari terjalin dengan simbolisme sakral, memantulkan ke luar ke dalam segudang harapan, keputusasaan, dan pertanyaan eksistensial yang berkelanjutan. Membingkai lukisan-lukisannya—yang terbenam dalam nuansa merah—sebagai penyeimbang puitis terhadap praksis, ini adalah ruang untuk empati dan kekerabatan universal yang dilatarbelakangi oleh keterikatan sejarah pribadi kita dan hubungannya dengan konteks global yang lebih luas. Pameran Whoever Stays Until The End Will Tell The Story berlangsung pada tanggal 6 Agustus - 7 September 2025 di ROH, Jalan Surabaya 66, Jakarta 10310.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 15 Agustus 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Saturday, August 16, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 56)

Fragmentasi Popular-Unpopular

Awal Agustus 2025, sebuah berita yang cukup konyol menyeruak di laman-laman media sosial Indonesia di tengah ramainya berita soal logo perayaan kemerdekaan yang jelek, pemberian abolisi dan amnesti, jurusan filsafat mesti dihapus, dan berita- berita romansa hidup selebritas. Berita tersebut berpusat pada maraknya seruan mengibarkan bendera Jolly Roger, atau bendera bajak laut Topi Jerami dari anime One Piece. Seruan dan juga tindakan pengibaran dirumah-rumah dan kendaraan menjelang Hari Kemerdekaan Indonesia. Banyak warga yang menafsirkan bendera tersebut sebagai protes simbolis-pencarian kebebasan dan keadilan terhadap korupsi yang dirasakan,yang mencerminkan tema salah satu manga dan anime terpopuler didunia tersebut.

Yang konyol di luar soal One Piece sendiri juga adalah sedemikian cepatnya berita tersebut merebak dan menjadi populer--mungkin membuat kita sendiri lupa dengan banyak berita lain yang bisa berdampak lebih serius terhadap kehidupan bernegara. Soal ini memang tidak hanya sekadar tingkah laku iseng warga +62, tetapi juga menjadi pengingat bahwa sebagian besar opini dan perhatian kita masih dikendalikan oleh tangan-tangan tak terlihat melalui algoritma berita di media sosial. Fenomena ini mungkin bisa menjadi mikrokosmos yang sempurna bagi kondisi kontemporer kita dan merupakan pintu masuk yang penting ke dalam pameran 'Fragmentasi Popular - Unpopular' yang menjadi tema Pameran Gorta 2025 kali ini.

Dalam payung kuratorial, pameran ini memang menawarkan pembacaan yang luas atas tanggapan perupa terhadap situasi masyarakat di tengah luber informasi serta pemahaman akan kebenaran yang hakiki. Tim kurator berupaya untuk menafsir situasi sosial di era paskainternet untuk mengungkapkan bagaimana batas antara hiburan dan pidato politik telah kabur, dan bagaimana simbol fiksi dapat membawa lebih banyak kebenaran yang dirasakan daripada narasi resmi negara, lewat tangan-tangan kreatif seniman Jakarta. Bendera bajak laut menunjukkan sebuah dunia di mana 'kebenaran pribadi', yang ditempa dari kecintaan bersama terhadap sebuah gagasan fiksi-sebuah bentuk kreatif, dapat secara langsung menantang otoritas pemerintah.

Soal bajak laut fiksi di atas dapat membeberkan pertanyaan-pertanyaan penting dalam pameran ini. Bagaimana realitas kita dibangun, dan apa yang terjadi ketika alat yang dimaksudkan untuk menghubungkan kita juga digunakan untuk mengendalikan kita? Merebaknya berita populer secara cepat dan masif tersebut memperlihatkan persoalan kompleks dalam peta kekuasaan yang lebih besar, yang dimulai dari gawai pribadi kita. Saat ini kita semua hidup di dalam apa yang disebut El Pariser sebagai "gelembung filter", sebuah alam semesta informasi yang tak terlihat yang terasa bebas namun sebenarnya dikurasi dengan cermat oleh algoritrma komputer untuk membuat kita tetap terhubung.

Akan tetapi, gelembung pribadi ini bukan hanya fitur netral dari teknologi. Meminjam pemikiran Ulises A, Mejias dan Nick Couldry, situasi ini adalah titik akhir dari sebuah sistem "kolonialisme data"-ekstraksi perhatian dan pengalaman manusia yang sangat besar dan tidak merata untuk mendapatkan keuntungan dan kontrol sosial. Di titk inilah fragmentasi hidup berdasarkan parameter-parameter tertentu dibuat untuk mengendalikan kita. Sebuah sistem di mana realitas hidup kita secara diam-diam dibentuk oleh otoritas yang kuat dan tak terlihat.

Di tengah lanskap realitas yang terfragmentasi dan arus informasi yang terkontrol ini, di manakah posisi seorang perupa? Mungkin sama seperti warga yang mengibarkan bendera bajak laut perupa dapat menjadi bajak laut, menavigasi dunia dimana setiap simbol bisa punya makna yang sangat kuat dan setiap gambar dapat dibaca secara politis. Di titik ini, perupa dihadapkan pada sebuah pilihan mendasar: mengikuti arus populer dan menciptakan karya yang memperkuat sistem algoritma yang mulus dan dapat diprediksi, atau memilih jalur non-populer, menjadi sebuah glitch-sebuah gangguan yang mungkin dapat menggoyang otoritas yang berjalan secara tersembunyi.

Strategi pertama adalah strategi penyelarasan, perupa yang mengikuti arus populer akan menciptakan karya yang berkembang dalam parameter platform digital, ataupun memilih medium dan subyek yang populer. Karya tersebut seringkali langsung terlihat, mudah dipahami, dan terstruktur untuk didistribusikan di sosial media secara maksimal. Strategi kedua- strategi melawan arus. Melawan di sini dapat diartikan sebagai pilihan artistik yang menjauhi teknik, medium, atau subjek yang populer. Tentu ada risiko ketika memilih pendekatan semacam ini, sebab karyanya mungkin tidak dapat dipahami secara mudah. Kendati demikian, kedua strategi pembacaan ini tidak serta-merta memberikan jawaban kepada kita. Alih-alih, kedua strategi ini mendorong kita untuk merenung sejenak, mengundang untuk mempertimbangkan perbedaan antara apa yang kita lihat dan apa yang sebenarnya ada di sana.

Dengan menjembatani dunia "populer" dan "tidak populer', para perupa dalam pameran ini menyusun ulang hal-hal yang menurut mereka penting untuk diutarakan; penting untuk disuarakan ke luar dari gelembung masing-masing. Karya-karya yang ditawarkan dalam pameran ini tidak menawarkan satu kebenaran alternatif. Sebaliknya, mereka menumbuhkan disposisi kesadaran kritis, mendorong kita untuk secara aktif mempertanyakan, mencari kompleksitas, dan menjadi individu yang lebh sadar akan realitas kita sendiri.

Perlawanan simbolis dari bendera One Piece beberapa waktu lalu adalah letusan spontan dari dorongan serupa. Di sini, para perupa menyalurkannya dengan maksud yang terfokus. Mereka menyediakan ruang sebagai bentuk pencarian berkelanjutan yang mungkin sulit ditemukan dalam arus kehidupan digital kita yang bergerak cepat "Fragmentasi Popular-Unpopular," dengan demikian, lebih dari sekadar pameran yang harus dilihat, pameran ini merupakan undangan untuk mengambil perspektif yang berbeda. Saat kita menjelajahi ruang pameran ini, kita dapat mempertimbangkan serangkaian pertanyaan penting : Fragmen-fragmen apa saja yang membentuk realitas kita sendiri? Bagian mana yang "populer", yang diberikan kepada kita oleh logika yang tidak terlihat, dan bagian mana yang "tidak populer" yang kita cari sendiri? Dan apa peran perupa dalam lanskap ini- apakah mereka hanya merefleksikan dunia kita yang terpecah-pecah, atau apakah mereka menawarkan alat untuk menyatukannya kembali? Pameran ini berlangsung pada tanggal 14 - 27 Agustus 2025 di TIM.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 15 Agustus 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Wednesday, July 30, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 55)

The brighter, the sweeter

Pameran tunggal seniman resin asal Korea, Iurum, bertajuk The brighter, the sweeter berlangsung pada tanggal 28 Juni 2025 hingga 03 Agustus 2025 di Kendys Gallery, Jakarta. Pameran ini dibuka melalui kolaborasi antara Kendys Gallery serta B-tree Gallery dari Seoul dan Busan. "Huruf 'b' dan 's' sengaja memakai huruf kecil untuk terlihat lebih bersahabat. Maknanya bisa berarti makin terik musim panas, maka makin manis makanan penutupnya. Bisa juga bermakna makin bersinar dan manis dibanding kapan pun," ungkap Denny Yustana, direktur Kendys Gallery. 

Pameran ini menjadi pameran tunggal kesepuluh Iurum secara global sekaligus debut pertamanya di Indonesia. Karya-karya yang ditampilkan tidak hanya memikat secara visual, tetapi juga menyimpan filosofi mendalam yang berakar pada konsep SWEETCH, yakni gabungan kata sweet dan switch. SWEETCH adalah gagasan artistik yang menjadi inti karya Iurum sebagai sebuah upaya untuk mengubah pengalaman pahit dan kecemasan sehari-hari menjadi bentuk harapan yang lembut dan penuh kehangatan. Resin bening dan warna pastel menjadi medium utama yang digunakan untuk membekukan kenangan sehingga menjadikannya arsip emosi yang bisa dirasakan kembali dengan cara yang lebih ringan. 

Melalui resin, pastel, dan kenangan yang dikemas dalam bentuk tak terduga, pameran ini menunjukkan bahwa seni tidak perlu besar untuk menjadi bermakna. Kadang, justru dalam miniatur dan potongan manis, kita menemukan kekuatan untuk memahami diri sendiri.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 17 Juli 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Tuesday, July 29, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 54)

Emotional Resonance

Berubah memang tidak mudah, baik bagi yang melakukannya maupun yang menyaksikannya. Ada yang mungkin menyukai hasilnya, ada pula yang mungkin lebih menyukai versi lama. Siapa yang akan memutuskan mana yang terbaik untuk Anda? Buku The Courage to be Disliked karya Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga menjadi inspirasi utama perjalanan Jonathan Hadipranata dalam mengeksplorasi praktik seninya. Seperti yang dikatakan sang seniman, "Salah satu klaim utama buku ini adalah bahwa semua masalah muncul dari hubungan interpersonal, yang sangat selaras dengan refleksi saya sebagai seniman dan pribadi." Emotional Resonance adalah visualisasi perjalanan dan refleksi Jonathan dalam merangkul perubahan dalam praktik seninya, menampilkan jati dirinya.


Kisah Karat Besi

Cat dinding yang terkelupas, kabel listrik yang berantakan, serta pamflet dan stiker yang berserakan adalah elemen-elemen yang familiar dalam kehidupan sehari-hari Asmoadji. Rumah-rumahnya juga sangat berdekatan, seperti yang dikatakan sang seniman, "bertumpuk". Ada yang menyebutnya ramai dan pengap, ada pula yang menganggapnya hangat dan sederhana. Hal-hal inilah yang kemudian menjadi inspirasi utama praktik seninya, di mana ia memanfaatkan benda-benda yang ada di sekitarnya, karena ia percaya benda-benda terbengkalai ini memiliki kisah untuk diceritakan. Kisah Karat Besi mengajak Anda untuk merasakan kehidupan di sisi lain Jakarta melalui mata sang seniman, mengenang masa lalu dalam lingkungan modern.

Kedua pameran ini berlangsung pada tanggal 26 Juni - 26 Juli 2025 di Baik Art. 

Saya menghadiri pameran pada tanggal 22 Juli 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Sunday, July 27, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 53)

Continuum

Pameran Continuum merupakan kolaborasi antara dosen-doser Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta dan Universitas Maranatha Bandung. Tema ini dipilih untuk menggambarkan kesinambungan ruang dan waktu sebagai bagian tak terpisahkan dari kesadaran manusia. Dalam era perubahan yang cepat, seni menjadi medium reflektif untuk mengeksplorasi bagaimana pengalaman, memori, dan identitas terjalin dalam suatu alur yang berkelanjutan. Seni selalu mampu menangkap, merefleksikan, dan menghubungkan dimensi ruang dan waktu dalam berbagai lapisan makna. Melalui pameran ini, kesinambungan dipahami bukan sekadar linearitas waktu, tetapi sebagai proses dinamis yang terus berkembang. 

Kolaborasi ini bertujuan untuk membangun dialog yang memperkaya wawasan seni rupa kontemporer. Continuum menyoroti kesinambungan ide, teknik, serta pendekatan artistik dari berbagai perspektif. Pameran ini tidak hanya menghubungkan dua institusi akademik, tetapi juga menjadi wadah untuk merayakan keberlanjutan dalam proses kreatif yang melampaui batas geografis dan temporal. Melalui karya-karya yang dihadirkan, para seniman diajak untuk mengeksplorasi bagaimana ruang dan waktu menjadi elemen yang aktif dan transformatif dalam praktik seni. 


Tujuan Pameran

Pameran ini menjadi platform bagi dosen seni rupa dari kedua institusi untuk berbagi gagasan, eksplorasi, dan ekspresi artistik. Karya-karya yang dihadirkan diharapkan mampu mencerminkan kesinambungan ruang, waktu, dan kesadaran dalam berbagai medium seni rupa. Selain itu, pameran ini bertujuan membangun dialog dan kolaborasi berkelanjutan antara seniman akademik dari berbagai latar belakang serta pendekatan artistik yang beragam. Pameran ini juga menjadi upaya untuk menggali lebih dalam hubungan antara konsep waktu dan ruang dalam praktik seni kontemporer, sekaligus menawarkan pengalaman estetis yang memperkaya pemahaman audiens terhadap kesinambungan dalam seni rupa. 

Konsep

Continuum menyoroti bagaimana kesinambungan ruang dan waktu dapat direpresentasikan dalam seni melalui berbagai pendekatan visual dan konseptual. Representasi tersebut dapat berupa narasi visual tentang transisi waktu, eksplorasi medium yang mencerminkan perubahan, atau penggunaan teknologi yang menghubungkan masa lalu dan masa depan. Seni tidak pernah hadir dalam ruang dan waktu yang terisolasi; ia selalu berkembang dalam dialog dengan konteksnya. Oleh karena itu, kesinambungan di sini juga mencakup interaksi antara tradisi dan inovasi, material dan immaterial, serta pengalaman individual dan kolektif. 

Beberapa pendekatan yang dapat diangkat dalam pameran ini antara lain: eksplorasi medium yang menciptakan efek kesinambungan dalam bentuk dan makna; karya yang merepresentasikan transisi secara visual maupun konseptual; penggabungan elemen tradisional dengan pendekatan kontemporer; serta karya yang merefleksikan memori kolektif dan pengalaman individu. Melalui pendekatan-pendekatan tersebut, Continuum menjadi ruang reflektif yang mengajak audiens untuk mempertanyakan peran seni sebagai jembatan antara masa lalu, kini, dan masa depan. 

Penutup

Kolaborasi dua institusi ini diharapkan mampu memperkuat hubungan akademik dan artistik serta memperluas wacana tentang seni sebagai proses yang berkesinambungan. Continuum bukan hanya menjadi panggung ekspresi artistilk para dosen seni rupa, tetapi juga menjadi ruang dialog yang memperkaya pemahaman terhadap peran seni dalam merespons realitas yang terus bergerak. Lebih dari sekadar menghadirkan karya, pameran ini membuka ruang diskusi dan refleksi mengenai keberlanjutan dalam seni rupa. 

Diharapkan pameran ini dapat menginspirasi pertukaran pemikiran dan metode penciptaan di lingkungan akademik dan profesional. Dengan semangat eksplorasi dan inovasi, seluruh partisipan diundang untuk menyumbangkan karya yang dapat memberikan wawasan serta inspirasi bagi audiens yang lebih luas. 

Penyelenggara

Fakultas Seni Rupa, Institut Kesenian Jakarta

Fakultas Humaniora dan Industri Kreatif, Universitas Maranatha Bandung 

Lokasi dan Waktu

Galeri Cipta I, Taman Ismail Marzuki

14 -26 Juli 2025 

Saya menghadiri pameran pada tanggal 21 Juli 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Saturday, July 26, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 52)

Ara Contemporary dengan bangga mempersembahkan pameran ganda pertamanya, 'Doorway', sebuah pameran tunggal karya Carmen Ceniga Prado di Main Gallery, yang ditampilkan bersamaan dengan pameran kelompok 'Ruins and Blueprints' di Focus Gallery. Kedua pameran ini berlangsung pada tanggal 05 Juli - 03 Agustus 2025 di Ara Contemporary.

Doorway

'Doorway' karya Carmen Ceniga Prado menawarkan eksplorasi meditatif tubuh melalui abstraksi, menelusuri sensasi sekilas dan keadaan liminal. Lukisan-lukisannya mencerminkan ritme yang berubah-ubah melalui gradasi tonal. Fragmen-fragmen kanvas yang dijahit dan pembuatan tanda ritmis mencerminkan proses menyatukan pemahaman yang mewujud—sensasi demi sensasi. Alih-alih mengilustrasikan tubuh, lukisan-lukisannya menelusuri ritmenya yang tenang, membangkitkan bahasa yang terbentang perlahan, di antara ruang-ruang di antaranya. 


Ruins and Blueprints

Pameran kelompok ini mencerminkan dialog berkelanjutan antara masa lalu dan masa kini—di mana sejarah tidak tetap, melainkan terus-menerus dibayangkan kembali melalui lensa masa kini. Dibingkai oleh metafora 'reruntuhan' sebagai sisa dan 'cetak biru' sebagai proposisi, pameran ini mempertemukan 7 seniman :
- Agan Harahap
- Dita Gambiro
- Enka Komariah
- Ipeh Nur
- Irfan Hendrian
- Lai Yu Tong
- Natalie Sasi Organ 

Melalui gambar, material, dan narasi, setiap karya merefleksikan jalinan antara masa lalu dan masa kini, menelusuri bagaimana sejarah yang diwariskan terus membentuk imajinasi kita di masa kini. 

Saya menghadiri pameran pada tanggal 18 Juli 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Monday, June 09, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 51)

Unearth

Dalam merenungkan keterhubungan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta, pikiran manusia kerap mengembara tidak hanya pada keniscayaan esensi penciptaan, tetapi juga pada bagaimana segala sesuatu dapat tumbuh dan berkembang dalam ikatan ruang dan waktu. Ruang dan waktu secara terus-menerus melahirkan berbagai persilangan dan pertemuan yang menjadikan kehidupan manusia sangat kompleks, meskipun tampak begitu singkat. Menelaah kembali makna penciptaan, kelahiran, dan pertumbuhan manusia dalam koeksistensi dengan alam telah menjadi tema mendasar dalam praktik artistik Jessica Soekidi selama beberapa tahun terakhir. Prinsip-prinsip keberlanjutan yang ia tekuni melalui latar belakang akademisnya di bidang arsitektur jelas memengaruhi perspektifnya dalam memahami asal-usul dan tujuan siklus kehidupan demi mencapai harmoni antara manusia dan alam.

Pameran tunggal Jessica Soekidi dalam gagasan utama Unearth menawarkan kilasan atas refleksi, perenungan, dan spekulasinya mengenai kefanaan material organik dan kehidupan manusia. Dalam Unearth, Jessica berupaya mengungkap berbagai perkembangan dalam praktik artistiknya melalui siklus kehidupan tanah—sebuah elemen yang secara fisik merepresentasikan alam dan secara simbolik berkaitan dengan penciptaan manusia. Bagi Jessica, mengeksplorasi gagasan-gagasan yang berkaitan dengan tanah adalah seperti menelusuri kembali perjalanan kreatifnya dari sudut pandang yang sangat manusiawi.

Dasar dari karya yang dipresentasikan dalam Unearth berakar pada simbol-simbol yang merepresentasikan lapisan-lapisan pemikiran dan perkembangan manusia. Lapisan terbawah, yang digambarkan sebagai bentuk persegi, merujuk pada kehidupan yang berpijak pada adat, kepercayaan, dan tradisi. Bentuk lingkaran pada lapisan tengah melambangkan siklus dan dinamika perubahan. Sementara itu, lapisan teratas dipenuhi dengan bentuk segitiga yang menyimbolkan hubungan antara manusia, alam, dan entitas tertinggi dari Penciptaan. Ketiga bentuk utama ini dalam komposisi Unearth dihadirkan oleh Jessica Soekidi sebagai upaya untuk mengeksplorasi gagasan tentang kemanusiaan. Apa sesungguhnya arti menjadi manusia? Dan bagaimana seharusnya manusia menjalani keberadaannya? 

Sekumpulan figur tiga dimensi berukuran kecil berbentuk manusia juga hadir dalam berbagai pose yang melambangkan sindiran terhadap kehidupan sehari-hari dan kesederhanaan—secara ironis, di tengah kompleksitas keberadaan manusia saat ini. Sang seniman seolah ingin menekankan bagaimana manusia berpijak pada tanah, yakni materi dasar dari mana mereka diciptakan. Hal ini mencerminkan pendekatan artistik Jessica Soekidi yang konsisten dan selalu dibangun di atas fondasi karya-karya sebelumnya.

Kehadiran figur manusia yang utuh dan penggunaan tanah sebagai material simbolik penciptaan manusia—menurut ajaran agama-agama Abrahamik—menjadi titik awal eksplorasi Jessica Soekidi terhadap keberagaman umat manusia. Figur-figur manusia yang berdiri di atas gundukan tanah tampak merepresentasikan pandangan umum terhadap kompleksitas manusia. Penggunaan tanah yang berasal dari berbagai lokasi menjadi metafora atas keberagaman karakter dan latar belakang manusia. Tanah tidak lagi sekadar simbol penciptaan manusia, tetapi juga simbol keberagaman. Demikian pula, material organik yang tumbuh dari tanah merefleksikan keterbatasan ruang fisik dan kefanaan waktu, sekaligus menjadi renungan atas singkatnya kehidupan manusia.

Unearth merupakan karya terbaru Jessica Soekidi, yang memosisikan tanah sebagai material inti dalam praktik kreatifnya. Tanah tidak hanya diproses secara fisik—melalui teknik pembakaran keramik yang dikombinasikan dengan elemen organik dan perkembangan teknologi pencetakan 3D terkini—tetapi juga dikaji secara simbolik, dengan merujuk pada berbagai gagasan konseptual tentang penciptaan manusia dan alam semesta. Pameran ini berlangsung pada tanggal 24 Mei 2025 - 30 Juni 2025 di Sal Project Artspace, Ranuza, JI. H. Agus Salim, RT.9/RW.4, Gondangdia, Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus lbukota Jakarta 10350.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 03 Juni 2025.

Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Sunday, June 08, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 50)

Subliminal Maya : In Flux and Forms of Being

Secara harfiah, kata subliminal berarti pesan yang disampaikan di bawah kesadaran seseorang. Sudjud Dartanto sebagai kurator cerita subliminal jadi ruang bagi mereka melalukan sublimasi lewat simbol atau tanda dalam karya masing-masing.

Pameran “Subliminal Maya: In Flux and Forms of Being” adalah sebuah bentuk seni yang mengeksplorasi kedalaman psikologis, sosial, dan spiritual yang terus berubah. Di tengah pusaran globalisasi, multipolaritas dan disrupsi digital, pemahaman kita tentang realitas bergeser, membuka ruang untuk pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang siapa kita. Makna spiritualitas di era ini, dan bagaimana kita memposisikan diri era ini, dan bagaimana kita memposisikan diri kita di tengah arus perubahan dan transformasi yang tak terelakkan.

Menurut Sudjud judul “Subliminal Maya” sendiri adalah referensi implisit pada realitas berlapis, di mana permukaan yang terlihat—karya seni fisik—memberi petunjuk pada kebenaran atau ilusi yang lebih dalam yang sering tersembunyi, seperti bisikan dari bawah sadar. Setiap karya seni dalam pameran yang diadakan di Ruci Art Space dari tanggal 28 Mei – 29 Juni 2025 ini bagaikan sebuah cermin, merefleksikan diri kita sendiri dalam perubahan ini, mengungkap ketegangan transformasi, dan menguji potensi seni sebagai ruang dialog dan pendalaman yang lebih dalam. Pameran ini menampilkan tiga seniman muda – Khadir Supartini, Kuncir Sathya Viku, dan M.S. Alwi – tidak hanya memperkaya wacana seni rupa kontemporer dan global. Lebih dari itu, mengungkap makna yang mengalir dari pengalaman individu dan kolektif. Judul “Subliminal Maya” sendiri merupakan referensi implisit terhadap realitas berlapis, di mana permukaan yang terlihat-fisik karya seni mengisyaratkan kebenaran yang lebih dalam. Karya seni yang terlihat mengisyaratkan kebenaran yang lebih dalam atau ilusi yang sering kali tersembunyi, seperti bisikan dari alam bawah sadar.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 02 Juni 2025.

Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Saturday, June 07, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 49)

Das Genesis -- Room 404

Alih-alih menetapkan pendekatan mereka secara jelas sejak awal, Ayudhia Virga dan Yura Kenn Kusnar—dua sahabat yang berbagi ketertarikan terhadap subkultur bawah tanah—menemukan jalan mereka ke dunia seni secara organik. Sebagai respons terhadap lingkungan seni yang sering kali terasa steril dan tersanitasi, sejak 2017 hingga 2022, mereka bereksperimen dengan ruang-ruang kota yang jarang dimanfaatkan, dari gedung kosong hingga tempat cuci mobil, sebagai ruang sementara yang menolak struktur kontrol formal. Kasar, mendesak, dan belum terdefinisi, mereka terus berada di pinggiran. Alternatif, luar arus utama, dan eksis di sela-sela.

Meski sempat berhenti sejenak, keheningan itu tak pernah benar-benar bertahan lama. Pada 2025, mereka membentuk DAS GENESIS, sebuah kolektif yang cair dan lintas disiplin, menggabungkan seni, teknologi, dan suara. Perjalanan kreatif mereka yang terbaru melahirkan ROOM 404, pameran perdana di Sewu Satu pada tanggal 17 Mei 2025 - 15 Juni 2025. Sekali lagi ‘membajak ruang’, karya-karya ini mendisrupsi galeri baik secara fisik maupun filosofis, mempertanyakan sistem kepercayaan, kebenaran dan kebohongan, serta nilai-nilai seni. Di sini, karya dan objek tidak dilihat sebagai komoditas, melainkan fragmen dari dunia lain yang terdistorsi—hilang, dicari, dan direbut kembali.

Angka "404" merujuk pada kode kesalahan internet "404 Not Found"; sebuah pesan yang menunjukkan bahwa sesuatu yang seharusnya ada, justru tidak ditemukan. Ini mencerminkan logika dari pameran ini: penolakan terhadap kejelasan. Seperti kolektifnya, ROOM 404 adalah ruang yang licin dan sukar didefinisikan. Ia hadir, tetapi sulit ditemukan.

Setiap karya dalam pameran ini merupakan kontradiksi terhadap keindahan dalam makna konvensionalnya. Sebuah kritik terhadap kriteria dan norma yang mengatur produksi dan konsumsi seni. Karya-karya ini memainkan hubungan antara material fisik dan ranah metafisik, banyak di antaranya menggunakan teknik cetak 3D sebagai pendekatan pembuatan yang canggih dan kontemporer, sambil menghadapkan penonton pada pertanyaan-pertanyaan mendasar yang mengguncang, namun perlu:

Bisakah kepercayaan ada tanpa pemahaman penuh?
Bagaimana kita mendefinisikan kekuatan ketika menolak kategorisasi?
Apa yang terjadi ketika ambisi manusia berhadapan dengan yang tidak dikenal?

Disertai dengan teks-teks pendamping, karya-karya ini menantang asumsi kita tentang kepercayaan, kekuasaan, penciptaan, dan batas pemahaman manusia—menarik kita ke dalam ruang yang mencerminkan ketegangan di antara semuanya. Di tengah kondisi hari ini, yang ditandai oleh disinformasi politik yang mengaburkan fakta dan fiksi, ROOM 404 menantang kita untuk menghadapi ketidakstabilan realitas kita. Pameran ini menghadirkan ruang yang terpecah untuk merefleksikan secara kritis sistem-sistem yang membentuk pemahaman kita tentang kebenaran. Sebagai ruang sementara, ROOM 404 adalah tempat untuk berdiam dalam ketidaknyamanan karena tidak tahu; untuk berada bersama hal-hal yang menolak ditemukan; dan untuk berpikir tanpa janji akan jawaban.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 04 Juni 2025.

Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Friday, June 06, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 48)

Beyond Imagination

Indonesian Artists menggelar pameran Contemporary Art Exhibition bertajuk Beyond Imagination di Gedung Jakarta Design Center (JDC) Lantai 5. Indonesian Artists adalah Wadah Pengembangan Seni Rupa indonesia, yang merupakan gerakan sosial seni rupa Indonesia dalam rangka turut andil memberikan kontribusi positif dalam kemajuan seni rupa Indonesia, menciptakan dan meningkatkan mutu karya serta mencetak kader perupa yang handal,” ungkap Tato Kastareja, Ketua Indonesian Artist, kepada awak media. Indonesian Artist adalah komunitas perupa yang aktif berkarya dan jumlahnya lebih dari 500 anggota. Karya yang dipamerkan saat ini ada beberapa jenis seperi lukisan, patung, seni instalasi dan karya mix media lainnya.

Sebanyak 56 seniman yang tergabung dalam Indonesian Artists berpartisipasi dalam pameran seni rupa kontemporer tersebut. Beyond Imagination memiliki makna tentang sebuah karya yang melampaui sebuah imajinasi dan dapat di ekspresikan di dalam berbagai konsep, gaya dan teknik seni rupa. Berangkat dari rasa kegelisahan atas kepedulian kami terhadap perkembangan seni rupa Indonesia bagi generasinya, dimana Indonesia memiliki beragam keunikan dari seni budaya dan alam nusantara yang indah molek serta kearifan lokal lainnya yang unik, hal ini dapat kita angkat sebagai tema-tema seni rupa untuk pemperkenalkan kepada dunia melalui medium seni rupa yang dikonversi kembali melalui pandangan seni rupa modern, kontemporer menarasikan kembali sebagai manifestasi kehidupan yang lebih bermakna bagi masyarakat dan bangsanya,” ungkap Heri Kris, Kurator Kegiatan. Melalui karya-karya seni inilah merupakan cermin dari bangsa yang memiliki kecerdasan berbudaya dan berbudi luhur,” lanjutnya.

Harapan dari pameran ini adalah agar apresiasi seni rupa dapat tumbuh berkembang diwilayah dimana tempat para perupa berasai di seluruh Indonesia. Pameran karya seni rupa bertajuk Beyond Imagination dapat dikunjungi secara gratis yang berlangsung mulai 3 Mei hingga 31 Mei 2025 mendatang.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 28 Mei 2025.

Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Sunday, June 01, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 47)

Once Was

Pameran "Once Was" di Ara Contemporary berlangsung dari tanggal 17 Mei 2025 hingga 21 Juni 2025 menampilkan karya Iwan Effendi berupa gambar bergerak, lukisan, dan ilustrasi di atas kertas. Iwan Effendi yang punya background di Papermoon Puppet Theater sebagai dalang berhasil memadukan resonansi emosional dari dunia boneka. Iwan Effendi, dikenal dengan latar belakangnya sebagai seniman wayang, kembali mengangkat dunia pewayangan dalam bahasa visual yang segar. Ia membawa semangat dan filosofi pertunjukan boneka ke dalam karya-karyanya yang penuh makna.

Namun, Once Was tidak hanya menampilkan boneka sebagai objek. Kali ini, Iwan mengarahkan perhatian pada hal yang lebih halus—sosok sang dalang yang justru menghilang agar boneka bisa hidup. Dalam beberapa karya di atas kertas, jejak gerakan dan kehadiran tokoh-tokoh ditelusuri, kemudian dihapus, dan digambar ulang. Proses ini menciptakan dinamika antara yang terlihat dan yang lenyap, antara diam dan gerak. Pergeseran fokus ini menjadi bagian penting dari pencarian artistik Iwan. Ia mengajak kita merenungkan bahwa sesuatu yang tak terlihat justru punya peran besar dalam menciptakan kehidupan dan makna.

Melalui Once Was, Iwan menghadirkan pengalaman visual yang lembut namun dalam. Ia menyentuh tema tentang ingatan dan keberadaan—tentang hal-hal yang pernah ada, mungkin telah berubah, tapi tak benar-benar hilang. Melalui “Once Was”, Iwan Effendi mengukir narasi tentang memori yang tak pernah benar-benar hilang—ia hanya berubah wujud. Isi pameran ini bukan tentang apa yang pernah ada, tetapi tentang proses tak kasatmata di balik perubahan itu sendiri: bagaimana sang dalang merelakan dirinya larut dalam boneka, lalu menghilang agar kisahnya tetap hidup. Di ruang antara yang tampak dan yang tersembunyi, Iwan seperti mengajak kita merenungi keindahan paradoks: bahwa seni paling mengharukan justru lahir dari ketiadaan.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 30 Mei 2025.

Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Wednesday, May 21, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 46)

Semesta Arkiv

Seniman kontemporer asal Bandung Arkiv Vilmansa menggelar pameran tunggal bertajuk "Semesta Arkiv" di Galeri Nasional Indonesia, menghadirkan eksplorasi seni, teknologi, dan kemanusiaan. Pameran ini merupakan hasil kolaborasi antara Galeri Nasional Indonesia, Studio Arkiv, dan Galeri Zen1. Dalam pameran ini, Arkiv menampilkan kolaborasi dengan sejumlah seniman, seperti Sunaryo, Darbotz, Erwin Windu Pranata, dan Mulyana (Mangmoel). Menampilkan lebih dari 100 karya, termasuk lukisan, patung, instalasi, dan art toys, pameran ini mengajak pengunjung menjelajahi perjalanan kreatif Arkiv yang dikenal dengan eksplorasi warna dan karakter imajinatifnya. Dibungkus tajuk Semesta Arkiv, pameran ini menyoroti jejak baru perupa kontemporer asal Bandung itu dalam mengeksplorasi tema biota laut di Indonesia. "Tema biota laut ini sebenarnya berangkat dari trauma. Saat kecil saya pernah berenang di laut Ancol dan disengat ubur-ubur. Tapi orang tua saya mengatakan mereka juga makhluk hidup. Dari sinilah saya lalu mengeksplorasinya," katanya.

Laut Semua Warna yang terletak di Gedung A menampilkan karya-karya Arkiv yang terinspirasi oleh kehidupan laut, menandai fase perubahan dan pembaruan dalam karyanya. Bagian ini juga terkait dengan proyek seni "Widya Segara" dan kolaborasi dengan seniman lain. Sintesa yang berada di Gedung B menampilkan hasil kolaborasi kreatif Arkiv dengan seniman seperti Sunaryo, Darbotz, Erwin Windu Pranata, dan Mulyana (Mangmoel). Bagian ini mencerminkan perkembangan karier Arkiv dan wacana seni rupa Indonesia. Metaphor of Memory di Gedung D menyajikan karya-karya yang menggambarkan perjalanan Arkiv sebagai seniman dan desainer serta menjadi penanda dalam penciptaan karakter khas Mickiv. Bagian ini juga menampilkan "Monument of Sense", hasil kolaborasi Arkiv dengan Sunaryo.

Menurut Arkiv, pameran ini merupakan penghormatannya pada laut, warna, dan kolaborasi. “Saya ingin mengajak penikmat seni untuk tidak hanya melihat, tetapi ‘merasakan’ bagaimana seni bisa menjadi medium yang membebaskan, bahkan di tengah kompleksitas zaman,” imbuhnya. Pameran ini berlangsung pada tanggal 22 Februari 2025 - 22 Mei 2025.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 20 Mei 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Monday, May 12, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 45)

Unboxed : Rethink Asian Art

Pameran ini berawal dari sebuah pertanyaan : Apa artinya berkarya sebagai seniman Asia hari ini—ketika identitas kita berakar, namun terus bergerak? UNBOXED lahir dari berbagai dialog, kunjungan studio, dan niat tulus untuk memandang seni Asia bukan sebagai sebuah kategori yang sempit, melainkan sebagai ruang yang senantiasa berkembang dan terbuka untuk ditafsir ulang.

Judul pameran ini mencerminkan sebuah pernyataan penolakan—terhadap pelabelan, penyederhanaan, dan pembatasan. Kami ingin menciptakan ruang bagi para seniman yang berani bertanya, berpikir kritis, dan mencipta dengan ciri khas mereka sendiri.

Setiap seniman dalam UNBOXED berasal dari latar geografis dan budaya yang beragam—Surabaya, Yogyakarta, Batu, Malang, Bali, dan Singapura. Kota-kota ini bukan sekadar titik di peta ; mereka adalah ruang hidup yang berdenyut, penuh sejarah, warisan, memori, dan proses pencarian. Kami tidak memilih seniman hanya untuk mewakili kotanya, tetapi karena karya mereka menggugah cara kita memandang ruang hidup, identitas, dan rasa kebersamaan.

Pameran ini tidak dikurasi melalui lensa tunggal. Ia tumbuh secara perlahan dan penuh kehati-hatian—melalui dialog, kepercayaan, dan semangat kolaborasi. Kami mengundang seniman yang tidak hanya menghadirkan karya yang kuat, tetapi juga membawa pembaruan cara berpikir tentang makna ‘Asia’ dan ‘kontemporer’—tanpa harus membuktikan atau membela nilai dirinya di hadapan siapa pun.

UNBOXED bukanlah sebuah jawaban—melainkan sebuah proses. Sebuah percakapan yang hidup dan terus bergulir. Dan kami merasa terhormat bahwa Anda bersedia berbagi momen dari perjalanan ini bersama kami. Pameran berlangsung pada tanggal 18 April 2025 - 18 Juli 2025 di Kotak : Art Collective 12A Jalan Gunung Sahari II, Level 4 Jakarta 10610.

(Dikutip dari Kotak Unboxed Booklet : Joel Harumal, Founder & Director Kotak : Art Collective)

Saya menghadiri pameran pada tanggal 09 Mei 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Sunday, May 11, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 44)

Happy to Connect

ROH Jakarta kembali menyapa para pencinta seni kontemporer dengan pameran terbarunya “Happy to Connect”, yang menampilkan kolaborasi dua seniman berbakat, Dusadee Huntrakul dan Faisal Habibi. Melalui karya-karya mereka, pengunjung diajak melihat bagaimana berbagai material dan cerita bisa saling terhubung lewat karya seni. 

Dusadee Huntrakul adalah seniman asal Bangkok yang telah berpartisipasi dalam banyak pameran internasional, termasuk Bangkok Art Biennale 2024 dan Singapore Biennale 2019. Ia menempuh pendidikan seni di University of California, Los Angeles (BFA) dan University of California, Berkeley (MFA). Karyanya banyak mengeksplorasi hubungan manusia dengan benda, budaya, dan sejarah. Sedangkan, Faisal Habibi, seniman asal Jakarta, menempuh pendidikan seni patung di Institut Teknologi Bandung. Ia dikenal lewat karyanya yang menantang bentuk dan fungsi benda sehari-hari. Beberapa karya Faisal pernah dipamerkan di pameran bergengsi seperti Art Basel Hong Kong, dan ia juga pernah mengikuti program residensi di ZK/U Berlin. Karya-karyanya banyak mengangkat tema konsumerisme, perubahan material, dan kehidupan urban. 

Dalam pameran “Happy to Connect”, Faisal Habibi banyak menggunakan material sisa dari Bali, seperti potongan plastik, logam, dan limbah lainnya. Bahan-bahan tersebut dipanaskan, dilelehkan, lalu dibentuk ulang menjadi karya baru. Dengan cara ini, Faisal ingin menunjukkan bahwa benda-benda bekas pun masih punya kemungkinan untuk berubah dan membentuk hubungan baru satu sama lain. Sementara itu, Dusadee Huntrakul membawa karya patung berbahan kuningan yang sarat makna. Ia membuat tokek berkepala dua sebagai simbol sahabat perjalanan, telur yang dijaga dengan jari sebagai lambang harapan, dan kaki ayam yang dirangkai menjadi kalung untuk menghormati leluhur. Lewat karya-karya ini, Dusadee mengajak pengunjung merenungkan hubungan antarmanusia, tradisi, dan kenangan yang diwariskan dari generasi ke generasi. 

Pameran ini semakin istimewa dengan kehadiran gambar-gambar karya Prinn Seeumpornroj Huntrakul, anak Dusadee. Gambar-gambar ini tidak hanya melengkapi karya ayahnya, tapi juga menjadi semacam pengingat tentang pentingnya ikatan keluarga dalam perjalanan hidup dan berkarya. Selain karya visual, pengunjung juga bisa menikmati puisi berjudul “Mud Garden” karya Samuel Lee. Puisi ini memperkuat tema utama tentang bagaimana material bekas, kenangan, dan hubungan manusia tidak pernah benar-benar statis. Seperti lumpur yang basah dan terus berubah bentuk, benda-benda di sekitar kita – termasuk hubungan dan pengalaman hidup – terus bergerak, saling bertemu, berpisah, dan menciptakan sesuatu yang baru. 

Pameran “Happy to Connect” berlangsung pada tanggal 26 April 2025 - 25 Mei 2025. ROH berlokasi di Jalan Surabaya 66, Jakarta, dan buka setiap Rabu hingga Jumat pukul 13.00-19.00, serta Sabtu dan Minggu pukul 11.00-19.00. 

Saya menghadiri pameran pada tanggal 08 Mei 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Sunday, May 04, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 43)

Mumool

Choi Sang-chul adalah seniman kontemporer Korea yang terus-menerus mempertanyakan hakikat seni melalui metode kerja, tantangan, dan eksperimennya yang unik. Dalam aliran seni abstrak Korea yang terus berkembang sejak tahun 1970-an, Choi telah membangun dunia seninya sendiri yang unik. Selama 50 tahun terakhir berkarya dengan penuh pengabdian, pertanyaan mendasar tetap menjadi inti karyanya, yakni hakikat seni itu sendiri. 

"Apa hakikat melukis? Saya ingin menyaksikan momen ketika sebuah lukisan pertama kali lahir ke dunia ini." Pertanyaan ini mencerminkan kerinduan untuk mengalami momen yang tepat saat sebuah lukisan pertama kali muncul. Sebuah lukisan berasal dari kekacauan—suatu keadaan di mana segala sesuatunya terjerat, tak terbentuk, dan terkompresi dengan energi yang sangat besar. Kemudian, menerobos kekacauan itu seperti sebuah ledakan, sebuah lukisan menampakkan dirinya sendiri. Choi telah menamai penyelidikan ontologis ini ke dalam makna eksistensial seni "Mumool" (Ketiadaan dan Objektivitas). Ia melanjutkan karyanya dalam kesabaran yang hening, menunggu apa yang belum terjadi (Moo) untuk mewujud (Mul). 

Choi menemukan semacam kebebasan dalam ruang kosong yang tidak tersentuh oleh kuas. Kesadaran ini mendorongnya untuk menciptakan dan bereksperimen dengan berbagai alat, dan menolak alat yang dirancang untuk memudahkan melukis. Ia tidak lagi menggunakan kuas, tetapi memperkenalkan alat yang tidak dikenal, tidak terduga, dan tidak dapat dikontrol, sehingga kanvas menjadi ruang untuk kejadian yang tidak disengaja. Dengan mengabaikan keinginan untuk melukis dengan cermat, dengan melepaskan kebutuhan untuk berekspresi, Choi akhirnya menyerahkan peran seniman kepada objek itu sendiri. Dalam tindakan penyerahan diri inilah dunia baru terlihat. 

Untuk seri terbarunya "Mumool", Choi meletakkan kerikil kecil di atas kanvas kosong. Kerikil yang bentuknya tidak beraturan itu menggelinding bebas di atas permukaan yang miring, meninggalkan jejak saat bergerak. Ia mendengarkan getaran batu saat menggelinding di atas kanvas yang kencang dan suara tajam namun berirama saat batu menghantam bingkai kayu di tepinya. Ia mendengarkan bunyi tanda-tanda yang memekakkan telinga ini dalam lintasannya, merasakan munculnya lukisan yang "diciptakan tanpa melukis." 

Karya Choi dipenuhi dengan energi yang mencerminkan tatanan inheren di mana semua hal ada dengan caranya sendiri. Untuk menghadapi dunia yang teratur ini melalui tindakan mengosongkan diri, dibutuhkan perjuangan yang sulit dengan diri sendiri. Dunia tempat kita hidup terus-menerus menuntut lebih banyak hal untuk diisi, dikumpulkan, diciptakan tanpa henti, demi kenyamanan. Namun, Choi dengan keras kepala bergerak ke arah yang berlawanan. Dia secara aktif memilih ketidaknyamanan, merangkul pengurangan, pembuangan, dan pengosongan. Dia bahkan tidak membiarkan dirinya berambisi untuk melukis dengan baik. 

Berdiri di hadapan kemungkinan tak terbatas dari hal yang tidak diketahui, Choi melanjutkan praktiknya dalam keheningan—bukan menginginkan, tetapi menanggapi. Melalui karyanya, orang akan menjumpai dunia seni abstrak kontemporer Korea—dunia yang tidak muncul melalui penegasan, tetapi melalui penyerahan diri kepada apa yang belum terungkap. Pameran karya Choi Sang-chul "Mumool" ini berlangsung pada tanggal 24 April 2025 - 24 Mei 2025 di Baik Art.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 02 Mei 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Sunday, April 27, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 42)

We Begin with Everything

Galeri seni terbaru di Jakarta, Ara Contemporary, hadirkan pameran perdananya bertajuk “We Begin with Everything” pada tanggal 12 April hingga 4 Mei 2025. Ara Contemporary sendiri merupakan galeri seni yang baru diresmikan pada tanggal 12 April 2025. Berlokasi di Jalan Tulodong Bawah 1 Nomor 163, Senayan, Jakarta Pusat, galeri ini berfokus untuk mengenalkan seni rupa di Asia Tenggara ke kancah global. Pameran seni ini menampilkan karya-karya dari 17 seniman terkemuka dari Asia Tenggara. Pameran ini dimeriahkan oleh Agan Harahap, Albert Yonathan Setyawan, Alisa Chunchue, Carmen Ceniga Prado, Condro Priyoaji, Dawn Ng, Enggar Rhomadioni, Irfan Hendrian, Ipeh Nur, Iwan Effendi, Kelly Jin Mei, Mar Kristoff, Marcos Kueh, Natalie Sasi Organ, S Urubingwaru, Wedhar Riyadi, dan Xiuching Tsay.

Megan Arlin, salah satu founder Ara Contemporary mengatakan, visi utama mereka membuka galeri ini adalah untuk mendukung seniman di kawasan Asia Tenggara dan mengadvokasi praktik mereka baik secara lokal maupun internasional agar semakin dikenal publik. Pemilihan Ara Contemporary juga bukan tanpa alasan. Nama tersebut merupakan kombinasi nama belakang dari para pendirinya, yakni Megan Arlin, Fiesta Ramadanti, dan Fredy Chandra. Frasa Ara juga berasal dari bahasa Sanskerta, yang berarti tempat berlindung. “Ini merupakan pameran perdana kami dan menjadi perayaan atas karya-karya para seniman dari Asia Tenggara. Pameran ini juga sebagai bentuk hajatan untuk melihat proses kreatif dari para seniman tersebut,” ujar Danti begitu sapaan akrab Fiesta di Jakarta.

We Begin with Everything mengambil inspirasi dari The Creative Act: A Way of Being karya Rick Rubin yang kemudian dituangkan dalam sebuah pameran seni. Judul pameran mencerminkan prinsip utama filosofi Rubin: bahwa tindakan menciptakan adalah sumber yang tak ada habisnya dan selalu ada. Tak hanya itu, We Begin with Everything merayakan sebuah konsep yang berubah menjadi manifestasi nyata dan proses berkelanjutan untuk menjadi sesuatu tercermin. Tidak hanya pada awal galeri tetapi juga nilai dari proses yang dilakukan seniman.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 24 April 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Saturday, April 26, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 41)

DreamScape

Ultra Milk membuat Exhibition bertema #JustMove in DreamScape yang berkolaborasi dengan Indah Oei. Terinspirasi oleh mimpi Indah Oei, konsep ini mengeksplorasi perpaduan antara kesadaran dan imajinasi, mengaburkan batas antara kesadaran dan alam kreativitas yang tak terbatas. Setiap karya seni berfungsi sebagai portal menuju lanskap surealis, tempat elemen-elemen yang familiar terjalin dengan distorsi seperti mimpi, mengundang penonton untuk menjelajahi ruang tempat realitas dan fantasi hidup berdampingan. Melalui detail yang rumit, warna-warna cerah, dan komposisi yang cair, karya-karya ini mengungkap hubungan mendalam antara dunia luar dan kemungkinan pikiran yang tak terbatas. Dengan membenamkan diri dalam perjalanan visual ini, penonton didorong untuk melakukan introspeksi, mempertanyakan persepsi, dan membuka potensi kreatif mereka sendiri. Pameran Just Move in DreamScape ini berlangsung mulai tanggal 19 April 2025 - 18 Mei 2025 di C'Project by MoT, Wisma Geha 2nd Floor, Jl. Timor No. 25, Menteng, Jakarta Pusat. 

Saya menghadiri pameran pada tanggal 23 April 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Sunday, March 30, 2025

BERBAGAI TULISAN (ACAK) : AKHIRNYA KE HOKKAIDO

Akhirnya harapan saya terwujud untuk pergi ke Hokkaido saat musim dingin tahun 2025 ini sesuai tulisan sebelumnya pada tanggal 12 April 2024 yaitu Berbagi Tulisan (Acak) : Destinasi Impian Hokkaido.

16-17 Februari 2025

Pada tanggal 16 Februari 2025, saya berangkat dari rumah di Bekasi menuju ke Bandara Soekarno Hatta. Saya berangkat pada pukul 15.30 dan sampai di bandara sekitar pukul 17:00. Peserta tour kali ini berjumlah 22 orang dan kami diminta untuk tiba di bandara pada pukul 18:30. Singkat cerita, penerbangan kami menggunakan maskapai All Nippon Airways (ANA) sebagai berikut :

NH856 16FEB CGK - HND 21:45 - 06:50

NH055 17FEB HND - CTS 09:05 - 10:40

Penerbangan berjalan dengan ontime dari Bandara Soekarno Hatta (CGK) ke Haneda Airport (HND) dan juga sampai ke New Chitose Airport (CTS). Sekitar pukul 11:00, kami sudah tiba di Hokkaido dan langsung berganti pakaian yang tebal karena udaranya sangatlah dingin. Lalu, dilanjutkan dengan makan siang bersama. Seluruh perjalanan di Hokkaido adalah menggunakan fasilitas bus.

Pada hari pertama, kami diantar menuju Noboribetsu Date Jidai Village. Tempat ini merupakan taman tematik yang menggambarkan kondisi Jepang di zaman Edo (1603 - 1867), baik dari pakaian hingga budayanya. Saat memasuki kawasan ini, pengunjung langsung disambut orang-orang berpakaian ninja dan samurai. Taman ini menyajikan sejumlah pertunjukan yang mengasyikan dan dramatis termasuk tari tradisional serta peragaan ninja dan samurai yang menarik. Kami menghabiskan waktu disini sampai dengan pukul 15:00 waktu setempat.

Lalu, kami melanjutkan perjalanan menuju Noboribetsu Jigokudani Hell Valley. Wilayah ini termasuk ke dalam Taman Nasional Danau Shikotsu dan Danau Toya. Dikenal sebagai "Lembah Kematian" atau "Lembah Neraka", wilayah ini merupakan kaldera yang muncul setelah letusan dahsyat Gunung Kuttara 20.000 tahun lalu. Uap vulkanik yang mengepul dari dalam kawah dan bau belerang membuat warga kerap menyebut Jigokudani sebagai "Pintu Gerbang Menuju Neraka". Masyarakat sekitar juga mempercayai bahwa kawah tersebut merupakan tempat sekelompok iblis yang dapat hidup dalam suhu teramat panas. 

Setelah itu, dilanjutkan menuju ke Seicomart untuk berbelanja cemilan dan makanan-makanan lainnya. Seicomart adalah minimarket (convenience store) yang lahir di Hokkaido pada tahun 1971. Bisa dikenali dari papan reklame berwarna oranye dan gambar burung Phoenix. Setelah berbelanja, kami menuju ke Hotel Toya Sun Palace Resort & Spa untuk makan malam dan beristirahat. Sebelum tidur, saya mencoba pengalaman berendam di onsen untuk pertama kalinya. Kata onsen (温泉) dalam bahasa Jepang berarti sumber air panas atau mata air panas. "On" (温) berarti panas, dan "sen" (泉) berarti sumber air atau mata air. Kemudian, onsen digunakan untuk istilah pemandian yang airnya berasal dari sumber air panas alami. Rasanya badan terasa rileks kembali dan membuat pikiran menjadi tenang. Selesai berendam, saya langsung beristirahat di kamar.


18 Februari 2025

Pada hari kedua, saya sengaja bangun pagi sekali, kemudian mandi, lalu mulai mengeksplor hotel dan sekitarnya. Hari ini, mulai turun salju dengan intensitas ringan - sedang. Ini adalah harapan saya karena memang momen bersalju inilah yang saya cari. Kemudian, saya sarapan pagi sekitar pukul 07:00. Pukul 08:30, kami check out hotel dan kemudian menuju destinasi selanjutnya.

Destinasi yang dikunjungi hari ini adalah Lake Toya. Lake Toya adalah danau di Jepang yang berasal dari kaldera gunung berapi dan terletak di kawasan Taman Nasional Shikotsu, Distrik Abuta, Hokkaido, Jepang. Menariknya, danau ini tidak pernah membeku karena di bawah danau ini masih merupakan sisa dari gunung berapi yang aktif. Danau ini memiliki karakteristik yang sama dengan salah satu danau di Indonesia bernama Danau Toba, walaupun Danau Toya tidak seluas Danau Toba.

Kemudian, dilanjutkan mengunjungi Showa Shinzan Bear Ranch. Tempat ini memiliki lebih dari 100 beruang coklat Hokkaido. Disini, pengunjung dapat membeli beberapa kantong buah apel dan kue untuk memberi mereka makan. Tidak lupa saya juga membeli souvenir berupa boneka beruang sebagai kenang-kenangan. Sekitar pukul 10:30, kami pergi ke destinasi selanjutnya.

Pukul 11:00 kami sampai di Snow World Toya. Hari ini, saya akan merasakan pengalaman bermain snow mobile disini. Tiket bermain snow mobile seharga 10.000 Yen, bagi saya tergolong cukup mahal. Namun terbayarkan karena ini merupakan petualangan seru dengan menjelajahi pemandangan musim dingin yang menakjubkan selama kurang lebih 1 jam. 

Sekitar pukul 13:00, kami melanjutkan perjalanan menuju ke Hokkaido Government Office, Sapporo TV Tower, dan juga Sapporo Clock Tower. Lokasi ketiga destinasi ini tergolong berdekatan saja. Selesai mengeksplor seluruh lokasi ini, kami melanjutkan dengan makan malam bersama. Hari ini kami pindah penginapan ke Apa Hotel & Resort Sapporo. Sama dengan hari sebelumnya, malam ini saya juga merasakan kembali pengalaman berendam di onsen. Kemudian, dilanjutkan dengan beristirahat.


19 Februari 2025

Pada hari ketiga, saya juga sengaja bangun lebih awal untuk mengeksplor hotel dan sekitarnya terlebih dahulu. Kemudian dilanjutkan dengan sarapan pagi. Pada pukul 09:00, kami baru melanjutkan perjalanan menggunakan bus. Lokasi pertama yang kami tuju adalah Hokkaido Jingu dimana kami tiba disana sekitar pukul 09:30. Hokkaido Jingu merupakan kuil tradisional Shinto yang terletak di tengah Taman Maruyama. Hokkaido Jingu mengabadikan empat dewa yaitu Okunitama, Onamuchi, Sukunahikona, dan tempat pengabdian arwah Kaisar Meiji. Di tempat ini, tidak lupa saya berdoa agar permohonan atau harapan saya dapat dikabulkan. Salah satu doa saya adalah saya berharap bisa kembali ke Hokkaido lagi suatu hari nanti. Kami berada di lokasi ini sampai dengan pukul 11:00.

Kemudian dilanjutkan menuju Shiroi Koibito Park. Shiroi Koibito Park merupakan sebuah taman yang dioperasikan oleh produsen penganan manis lokal, Ishiya. Taman ini dibuka pada tahun 1995 oleh perusahaan coklat Ishiya. Shiroi koibito artinya "cinta putih" atau "kekasih putih" berbentuk kotak, terbuat dari kue lidah kucing yang ditangkupkan, dengan coklat putih di dalamnya. Kue lidah kucing yang dibuat di Hokkaido ini menggunakan adonan dari mentega dan gula yang dilembutkan sebelum dicampur tepung, putih telur, dan vanila. Taman ini juga menawarkan pengunjung untuk melihat proses pembuatan kue melalui tur pabrik. Tempat ini merupakan destinasi impian bagi para pecinta coklat. Kami menghabiskan waktu disini sampai dengan pukul 12:30.

Lalu, dilanjutkan dengan makan siang. Hari ini saya menikmati makan siang di Ganso Sapporo Ramen Yokocho - Gang Ramen terkenal di Hokkaido. Gang ramen ini merupakan lorong terkenal dan menawarkan pilihan sekitar 17 restoran ramen. Hari ini saya menikmati makan ramen di Ichikura Ramen Yokocho. Rasanya sangatlah lezat. Kami selesai makan siang hingga pukul 14:00. Setelah makan siang, kami menghabiskan waktu dengan berbelanja di Tanukikoji Shopping Street dan Susukino. Tanukikoji Shopping Street merupakan salah satu jalan perbelanjaan tertua di Hokkaido yang membentang diantara Minami Nijo dan Minami Sanjo. Sedangkan, Susukino adalah kawasan hiburan terbesar di Sapporo dimana bisa ditemukan toko/pusat pembelanjaan, kafe dan bar, restoran, tempat karaoke, pachinko, dan juga bioskop. Pada hari ini, saya berbelanja Starbucks Tumbler Hokkaido, berbagai macam coklat, dan juga snack. Selesai berbelanja, kami kembali menuju hotel Apa Hotel & Resort Sapporo. Setelah itu dilanjutkan dengan makan malam di sekitaran hotel. Malam harinya, saya kembali berendam di onsen dan kemudian langsung istirahat.


20 Februari 2025

Hari ini saya tidak bangun sepagi hari sebelum-belumnya. Setelah sarapan di hotel, kami kembali melanjutkan perjalanan ke destinasi berikutnya. Pada hari keempat, destinasi pertama yang dikunjungi adalah Maruyama Zoo. Kami tiba disana sekitar pukul 09:30 bertepatan dengan waktu kebun binatang dibuka. Kebun binatang ini dibangun pada tahun 1951 dan merupakan kebun binatang tertua di Hokkaido. Kebun binatang ini memiliki luas + 22,5 Ha. Disini terdapat lebih dari 700 ekor hewan dari 168 spesies.

Sekitar pukul 11:00 kami melanjutkan perjalanan menuju Kota Otaru. Kami menikmati makan siang di Otaru pada pukul 12:00. Lalu, pada pukul 13:30 menuju ke Otaru Canal. Kanal Otaru ini dibangun pada tahun 1923. Berdasarkan situs resmi Otaru Tourism Association, zaman dulu kapal-kapal memakai tongkang untuk menurunkan barang-barang dari luar pantai. Kanal Otaru ini dibuat untuk memudahkan proses penurunan barang dari kapal tersebut. Panjang Kanal Otaru adalah sekitar 1.140 m. Sekarang, Kanal Otaru memiliki lebih banyak jalanan dan taman untuk para pengunjung. 

Kemudian, dilanjutkan menuju ke Sakaimachi Shopping Street. Disini terdapat banyak kedai cendramata, restoran, hotel, butik, dan sebagainya. Kota Otaru terkenal dengan pabrik kaca sehingga barang pecah belah adalah salah satu tempat wisata utama kota ini. Disini terdapat Kitaichi Glass Otaru yang memiliki 3 toko kaca dengan gaya jepang, gaya pedesaan, dan gaya barat. Selain itu, juga terdapat Otaru Music Box Museum yang dibangun pada zaman Meiji. Museum ini tersebar di sejumlah bangunan di kawasan Ironai-dori, yang semuanya berisi lebih dari 25.000 kotak musik. Disini terdapat berbagai koleksi kotak musik serta kita dapat mendengar beragam suara dan melodi yang indah. 

Sekitar pukul 16:30, kami kembali menuju hotel. Sebelum menuju hotel, kami makan malam bersama terlebih dahulu. Kami tiba di hotel sekitar pukul 19:00. Lalu, saya memutuskan untuk mengunjungi 2nd Street dan Book Off Plus dekat hotel. Saya berbelanja beberapa pakaian dan mainan disana. Pukul 20:30, saya kembali ke penginapan. Kemudian, saya pun berendam di onsen dan dilanjutkan istirahat. 


21-22 Februari 2025

Hari ini adalah hari terakhir kami menginap disini karena malam ini kami akan pulang ke Indonesia. Selesai sarapan pagi, lalu kami check out hotel. Hari ini, kami berangkat pukul 08:30 menggunakan bus. Pada hari kelima, destinasi yang dikunjungi hari ini adalah Sapporo Olympic Museum. Sapporo Olympic Museum berlokasi di Okurayama Ski Jump Stadium merupakan tempat penyelenggaraan Olimpiade Musim Dingin dengan pemandangan kota Sapporo. Disini, kita dapat menaiki ski lift (kereta gantung) ke Observatorium Okurayama. Ini merupakan pertama kalinya saya menaiki ski lift. Tempat ini menawarkan pemandangan kota di bawahnya seperti Sapporo Dome, dataran Ishikari, dan Pelabuhan Ishikari. Kami berada disini hingga pukul 11:00.

Selanjutnya, kami melanjutkan perjalanan menuju Nijo Market. Pasar Nijo terletak di ujung timur pusat belanja Tanukikoji. Pasar ini merupakan pasar tradisional paling terkenal di Sapporo. Produk utama yang dijual disini adalah makanan laut seperti berbagai jenis ikan, kepiting, tiram, cumi-cumi, teripang, dan lainnya. Disini kami hanya sebentar saja, yaitu sampai pukul 12:00.

Perjalanan selanjutnya adalah menuju Mitsui Outlet Park (MOP) - Sapporo Kitahiroshima. Merupakan salah satu mall terbesar di Hokkaido yang memiliki hampir 130 toko dan food court besar dengan 650 kursi. Tempat ini merupakan surga belanja yang menawarkan deretan merk Internasional dan Jepang yang mengesankan. MOP dioperasikan oleh perusahaan real estate Mitsui. Kami menghabiskan waktu disini sampai pukul 16:30.

Pada akhirnya, kami melanjutkan perjalanan menuju Bandara New Chitose Airport (CTS). Kami tiba di bandara sekitar pukul 17:30. Di bandara saya berbelanja boneka Pokemon di Pokemon Store. Singkat cerita, penerbangan kami menggunakan maskapai All Nippon Airways (ANA) sebagai berikut :

NH082 21FEB CTS - HND 20:30 - 22:10

NH871 22FEB HND - CGK 00:05 - 06:00

Seluruh perjalanan berjalan dengan ontime dan akhirnya saya sampai di Indonesia. Sebelum pulang ke rumah, saya dan beberapa peserta tour menikmati secangkir kopi dan mengobrol-obrol terlebih dahulu. Akhirnya, saya tiba di rumah sekitar pukul 10:15. Perjalanan trip selama beberapa hari di Hokkaido ini sangatlah mengesankan. Saya sangat bersyukur karena bisa menikmati musim dingin ataupun salju untuk pertama kalinya di Hokkaido. Impian saya benar-benar terwujud di tahun 2025 ini yaitu dapat mengunjungi Hokkaido. Saya berharap suatu hari nanti bisa kembali menikmati musim dingin di Hokkaido karena masih banyak lokasi yang belum bisa dijelajahi seperti Furano, Biei, Asahiyama Zoo, dan sebagainya.