Monday, October 10, 2022

PRINSIP DASAR PEMBERIAN KREDIT

Prinsip Dasar Pemberian Kredit

1. Karakter debitur harus menjadi pertimbangan pertama. Bila ada keraguan akan integritas dan itikad debitur, tidak perlu bersusah payah melakukan analisis yang lainnya. Tolak tegas proposal yang diajukannya dan jangan pernah memberikan kredit kepada mereka. Memang mengukur karakter adalah pekerjaan yang paling sulit. Untuk itu, jangan bosan melakukan trade checking dan bank checking.


2. Kualitas kredit lebih penting dibanding kuantitas. Prinsip ini perlu dicamkan dengan baik. Jangan mengesampingkan kualitas kredit hanya demi mengejar target yang belum tercapai. Ingatlah nasehat yang diberikan oleh bankir-bankir senior : ''Any fool can lend money, but it takes a lot of skill to get it back.''


3. Ingatlah bahwa bad loans are made in good times. Pesan yang ingin disampaikan adalah tetaplah berhati-hati dalam kondisi bank yang sedang dalam posisi kelebihan likuiditas karena pada umumnya manajemen akan memberikan target yang lebih tinggi terhadap pelemparan kredit.


4. Harus melakukan antisipasi, bukan reaksi. Implementasinya, lakukan pemantauan kredit yang diberikan secara terus menerus. Setiap perubahan yang terjadi di lingkungan debitur harus diperhatikan. Bagi penjual mobil misalnya, begitu mobil terjual maka hubungannya dengan pembeli tidak akan seintensif seperti pada saat melakukan pendekatan. Hal ini berbeda dengan bank. Begitu anda melempar kredit kepada nasabah, justru hubungan harus semakin ditingkatkan agar dapat terus mengetahui perkembangan debitur. Hubungan ini harus terus dijaga selama kredit tersebut belum lunas.


5. Dalam penyusunan cashflow dan proforma statement, sandaran utama adalah asumsi. Ingat bahwa asumsi tidak lebih dari suatu kondisi yang ditetapkan (berdasarkan berbagai pertimbangan). Kondisi tersebut belum tentu terjadi. Dalam penyusunan asumsi, umumnya debitur memiliki gambaran yang optimis. Bila tidak, mereka tidak akan terjun di bisnis tersebut dan mengajukan kredit. Oleh karena itu, dalam melakukan analisis, asumsi yang disusun debitur harus dievaluasi ulang. Lakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui pengaruh berbagai variabel terhadap masa depan perusahaan dan kondisi keuangannya.


6. Setiap kredit harus memiliki minimal dua jalan keluar yang tidak berhubungan sama sekali. Dan keduanya harus telah ada sejak awal. Jalan keluar yang pertama adalah cashflow. Ini terjadi bila seluruh transaksi berjalan seperti yang diinginkan. Cara kedua inilah yang disebut jalan keluar kedua jika jalan pertama yang diharapkan tidak terjadi. Tidak lain adalah jaminan atau agunan kredit. Jalur keluar ketiga adalah jaminan dari pihak lain, misalnya Personal Guarantee (jaminan pribadi) atau Corporate Guarantee (jaminan perusahaan).


7. Jaminan atau agunan bukanlah pengganti karakter dan atau pembayaran. Jangan pernah mengatakan bahwa karena jaminan bagus, maka kredit dicairkan saja, walaupun tahu bahwa itikad debitur tidak bagus. Demikian halnya kredit tidak boleh dilakukan dengan alasan jaminan yang bagus, padahal dalam perhitungan cashflow diperoleh hasil bahwa debitur tidak akan mampu membayar kewajiban. Jaminan harus dipandang sebagai jalan keluar terakhir, yaitu jalan yang ditempuh dengan terpaksa.


8. Keputusan kredit bersifat personal. Tak seorang pun dapat memaksakan rekomendasi atau keputusan kredit yang anda ambil. Pergunakan penilaian anda. Bila anda merasa tidak tenang memberikan kepada debitur tertentu, batalkan saja. Bila anda belum merasa yakin, tangguhkan. Lakukan kembali evaluasi dan analisis proposal yang telah disusun, atau diskusikan kembali berbagai hal yang masih meragukan kepada debitur. Jangan lupa untuk menggunakan penilaian pribadi (personal judgement). Terkadang memang terasa aneh, tetapi harus mengembangkan intuisi terhadap suatu proposal.


9. Letakkan bank pada prioritas utama. Ingat bahwa anda bekerja untuk bank, bukan untuk debitur atau pemohon kredit. 


10. Risiko kredit meningkat setiap terjadi pelanggaran prinsip-prinsip pemberian kredit. Langkah-langkah yang dilalui dalam pemrosesan kredit pada hakekatnya merupan semacam proses seleksi. Hanya proposal yang berhasil melewati proses tersebut yang layak dibiayai.


Sumber  :

Jusuf, Jopie. 2017. Analisis Kredit Untuk Credit (Account) Officer. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Tuesday, October 04, 2022

MENGHITUNG KEBUTUHAN MODAL KERJA PERUSAHAAN

Modal kerja merupakan suatu unsur yang penting bagi perusahaan karena tanpa adanya modal kerja maka perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan dananya untuk menjalankan aktivitas usaha.


Contoh 1 :

Jika diketahui pada Laporan Keuangan Neraca Perusahaan per Juni sebagai berikut.

Piutang Usaha (Account Receivable / AR) : Rp 107.126.143.237

Persediaan (Inventory / I) : Rp 187.353.921.904

Hutang Usaha (Account Payable / AP) : Rp 46.155.274.093


Jika diketahui pada Laporan Keuangan Laba Rugi Perusahaan per Juni sebagai berikut.

Pendapatan (Sales) : Rp 484.821.999.976

Harga Pokok Penjualan  (COGS) : Rp 434.544.458.748

Beban Operasional (Opex) : Rp 21.827.394.958


Maka, untuk mengitung kebutuhan modal kerja perusahaan yaitu sebagai berikut.

1. Metode A

Kebutuhan Modal Kerja = Piutang Usaha + Persediaan - Hutang Usaha

Kebutuhan Modal Kerja = Rp 107.126.143.237 + Rp 187.353.921.904 - Rp 46.155.274.093

Kebutuhan Modal Kerja = Rp 248.324.791.048


2. Metode B

Account Receivable Turnover (ART) = (AR / Sales) x (365 x 6/12) --> dikali 6/12 (Laporan Keuangan per Juni)

Account Receivable Turnover (ART) = (Rp 107.126.143.237 / Rp 484.821.999.976) x (365 x 6/12)

Account Receivable Turnover (ART) = 40,33 Hari


Inventory Turnover (IT) = (Inventory / COGS) x (365 x 6/12) --> dikali 6/12 (Laporan Keuangan per Juni)

Inventory Turnover (IT) = (Rp 187.353.921.904 / Rp 434.544.458.748) x (365 x 6/12)

Inventory Turnover (IT) = 78,68 Hari


Account Payable Turnover (APT) = (AP / COGS) x (365 x 6/12) --> dikali 6/12 (Laporan Keuangan per Juni)

Account Payable Turnover (APT) = (Rp 46.155.274.093 / Rp 434.544.458.748) x (365 x 6/12)

Account Payable Turnover (APT) = 19,38 Hari


Kebutuhan Modal Kerja = [(ART + IT - APT) /30 ] x (COGS / 6) --> dibagi 6 (Laporan Keuangan per Juni)

Kebutuhan Modal Kerja = [(40,33 + 78,68 - 19,38) / 30] x (Rp 434.544.458.748 / 6)

Kebutuhan Modal Kerja = (3,33) x (Rp 72.424.076.458)

Kebutuhan Modal Kerja = Rp 241.172.174.605


----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Contoh 2 :

Jika diketahui pada Laporan Keuangan Neraca Perusahaan per Desember sebagai berikut.

Piutang Usaha (Account Receivable / AR) : Rp 114.392.231.864

Persediaan (Inventory / I) : Rp 11.801.359.941

Hutang Usaha (Account Payable / AP) : Rp 4.079.327.142


Jika diketahui pada Laporan Keuangan Laba Rugi Perusahaan per Desember sebagai berikut.

Pendapatan (Sales) : Rp 1.389.331.929.729

Harga Pokok Penjualan  (COGS) : Rp 1.238.883.123.482

Beban Operasional (Opex) : Rp 94.942.487.133


Maka, untuk mengitung kebutuhan modal kerja perusahaan yaitu sebagai berikut.

1. Metode A

Kebutuhan Modal Kerja = Piutang Usaha + Persediaan - Hutang Usaha

Kebutuhan Modal Kerja = Rp 114.392.231.864 + Rp 11.801.359.941 - Rp 4.079.327.142

Kebutuhan Modal Kerja = Rp 122.114.264.663


2. Metode B

Account Receivable Turnover (ART) = (AR / Sales) x (365) 

Account Receivable Turnover (ART) = (Rp 114.392.231.864 / Rp 1.389.331.929.729) x (365)

Account Receivable Turnover (ART) = 30,05 Hari


Inventory Turnover (IT) = (Inventory / COGS) x (365)

Inventory Turnover (IT) = (Rp 11.801.359.941 / Rp 1.238.883.123.482) x (365)

Inventory Turnover (IT) = 3,48 Hari


Account Payable Turnover (APT) = (AP / COGS) x (365)

Account Payable Turnover (APT) = (Rp 4.079.327.142 / Rp 1.238.883.123.482) x (365)

Account Payable Turnover (APT) = 1,20 Hari


Kebutuhan Modal Kerja = [(ART + IT - APT) /30 ] x (COGS / 12)

Kebutuhan Modal Kerja = [(30,05 + 3,48 - 1,20) / 30] x (Rp 1.238.883.123.482 / 12)

Kebutuhan Modal Kerja = (1,08) x (Rp 103.240.260.290)

Kebutuhan Modal Kerja = Rp 111.499.481.113

Friday, September 30, 2022

CONTOH SOAL ELEKTRONIKA : TAPIS LOLOS TINGGI DAN KARAKTERISTIK TRANSISTOR BASIS/EMITTER DITANAHKAN

TAPIS LOLOS TINGGI

1. Hitunglah fp untuk nilai R = 470 Ω dan C = 3,3 nF.

Jawab :


2. Hitunglah tegangan keluaran untuk frekuensi input 0,001 fp ; 0,01 fp ; 0,1 fp ; fp ; 10 fp ; dan 100 fp untuk masukan sebesar 12 Vp.

Jawab :


3. Sebutkan definisi tapis lolos tinggi.

Jawab :

Rangkaian tapis lolos tinggi adalah sebuah rangkaian yang hanya meloloskan sinyal berfrekuensi tinggi saja tanpa pelemahan serta akan menahan frekuensi rendah. Rangkaian ini biasanya dipakai untuk menggandeng sebuah isyarat AC antara dua titik dengan level DC yang berbeda.


KARAKTERISTIK TRANSISTOR BASIS DITANAHKAN

4. Sebutkan tiga titik kerja pada transistor.

Jawab : 

Daerah aktif 

Pada daerah kerja ini, transistor biasanya digunakan sebagai penguat sinyal. Transistor dikatakan bekerja pada daerah aktif karena transistor selalu mengalirkan arus dari kolektor ke emitor walau tidak dalam penguatan sinyal (terletak antara daerah jenuh atau saturasi dan daerah mati atau cut off).

Daerah Mati (Cut Off)

Merupakan daerah kerja transistor dimana keadaan transistor menyumbat pada hubungan kolektor - emitor. Daerah ini dinamakan daerah mati karena transistor tidak dapat mengalirkan arus dari kolektor ke emitor.

Daerah Saturasi (Jenuh)

Daerah saturasi adalah mulai dari VCE = 0 sampai + 0,7 Volt untuk transistor silikon yaitu akibat efek dioda kolektor-base yang mana tegangan VCE belum mencukupi untuk dapat menyebabkan aliran elektron.


5. Bandingkan kurva karakteristik masukan transistor dengan kurva karakteristik dioda bias maju.

Jawab :

kurva karakteristik masukan transistor sama dengan kurva karakteristik dioda bias maju. Lengkung ciri masukan transistor sama dengan lengkungan ciri statik dioda dalam keadaan bias maju karena sambungan emitor basis diberi bisa maju. Ciri statik pada masukan ini hampir berimpit untuk berbagai nilai VCB. Berarti tegangan keluaran (VCB) tak banyak pengaruh pada masukan. Karena base emitor mendapat bias positif maka seperti pada dioda, elektron mengalir dari emitor menuju base. Kolektor lebih positif karena mendapat tegangan positif sehingga aliran elektron menuju kutub ini.


KARAKTERISTIK TRANSISTOR EMITTER DITANAHKAN

6. Sebutkan ciri transistor dengan hubungan emitor ditanahkan.

Jawab :

Beberapa hal pada lengkungan ciri statik transistor dengan hubungan emitor ditanahkan (ciri keluaran) :

a. Sumbu tegak lurus adalah arus kolektor IC, sumbu datar adalah beda tegangan antara kolektor dan emitor VCE dengan parameter arus basis IB

b. Nisbah IC/IB = 𝛽, mempunyai nilai kira-kira 100 sehingga arus basis mempunyai nilai kecil. Jika arus kolektor terdapat dalam orde 1 mA, maka arus basis yang masuk adalah orde puluhan mikroampere.

c. Jika arus IB = 0, maka IC = 0

d. Lengkungan ciri statik masing-masing arus IB mempunyai kemiringan yang benar, yang berarti impedansi keluaran transistor yang sebanding dengan kebalikan kemiringan lengkungan mempunyai nilai kecil, makin besar arus IB makin besar kemiringannya. 


7. Bandingkan kurva karakteristik masukan transistor emitor ditanahkan dengan kurva grafik dioda panjar maju.

Jawab :

Kurva karakteristik masukan transistor emitor ditanahkan sama seperti kurva pada dioda panjar maju. Kurva ini sama seperti pada panjar maju karena sambungan emitor basisnya diberi bias maju. Ciri statik masukan ini hampir berimpit untuk berbagai nilai VBE. Hal ini berarti tegangan keluaran VBE tidak banyak berpengaruh pada masukan.

Monday, September 26, 2022

CONTOH SOAL ELEKTRONIKA : PENDIFERENSIAL DAN PENGINTEGRAL RC

1. Tentukan nilai 𝜏 untuk R = 3 MΩ dan C = 3,3 nF.

Jawab :

𝜏 = R . C

𝜏 = (3 x 10⁶) . (3,3 x 10⁻⁹)

𝜏 = 9,9 x 10⁻³ s

 

2. Tentukan persamaan tegangan pada C untuk waktu 0 - 0,5T.

Jawab :


3. Tentukan persamaan tegangan pada R untuk waktu 0 - 0,5T.

Jawab :


4. Berikan penjelasan terhadap bentuk grafik keluaran yang didapatkan baik untuk rangkaian pengintegralan maupun pendiferensialan RC.

Jawab :

Untuk grafik keluaran rangkaian pengintegralan jika tetapan 𝜏 = RC << T dan kapasitor terisi penuh dalam waktu T/2. Akan tetapi jika 𝜏 = RC >> T, maka sebelum kapasitor terisi penuh tegangan Vs sudah membalik menjadi negatif (kapasitor menuju ke Vp dan diisi muatan negatif).

Untuk grafik keluaran rangkaian pendiferensialan jika tetapan 𝜏 = RC >> T, bentuk isyarat keluaran hampir sama dengan isyarat tegangan masukan. Untuk 𝜏 = RC << T, maka kapasitor terisi penuh sebelum T/2 (grafiknya memiliki puncak miring).


5. Jelaskan pengaruh nilai R dan C terhadap grafik keluaran pengintegralan RC.

Jawab :

Jika tetapan waktu 𝜏 jauh lebih kecil dari perioda tegangan masukan (𝜏 = RC >> T), maka kapasitor akan terisi penuh dalam waktu T/2. Tetapi jika tetapan waktu 𝜏 jauh lebih besar dari perioda tegangan masukan (𝜏 = RC >> T), maka kapasitor belum terisi penuh. Maka tegangan sumber sudah membalik menjadi negatif, akibatnya kapasitor segera dikosongkan dan diisi dengan tegangan negatif. Tetapi sebelum terisi penuh tegangan negatif, tegangan sumber sudah membalik ke positif sehingga kapasitor juga dikosongkan dan diisi dengan tegangan positif (tegangan kapasitor berbentuk segitiga).


6. Jelaskan pengaruh nilai R dan C terhadap grafik keluaran pendiferensialan RC.

Jawab :

Jika tetapan waktu 𝜏 jauh lebih besar dari perioda tegangan masukan (𝜏 = RC >> T) atau frekuensi f >> 1/RC, maka bentuk isyarat keluaran hampir sama dengan isyarat tegangan masukan, tetapi puncaknya sedikit miring. Artinya pada saat t = 0, kapasitor keadaan kosong sehingga tegangan keluaran = tegangan masukan. Pada waktu t = T/2 kapasitor belum terisi penuh, tetapi tegangan masukan sudah membalik menjadi negatif. Artinya arus yang melewati resistor belum nol tetapi tegangan masukan sudah berubah arah. Jika tetapan waktu 𝜏 jauh lebih kecil dari perioda tegangan masukan (𝜏 = RC >> T) atau frekuensi f << 1/RC, maka kapasitor akan terisi penuh sebelum waktu T/2. Artinya arus yang melewati resistor akan nol sebelum T/2. Bentuk tegangan keluaran yang dihasilkan berbentuk diferensial dari isyarat tegangan masukan.


7. Jelaskan jika rangkaian disebut rangkaian pengintegralan dan rangkaian pendiferensialan.

Jawab :

Rangkaian disebut rangkaian pengintegralan karena bentuk tegangan keluaran yang dihasilkan berbentuk integral dari isyarat tegangan. Pada pengintegralan RC, maka :

V1 = VR + VC (VC lebih kecil dari VR yaitu RC > T )

VR = I R

Rangkaian disebut rangkaian pendiferensialan karena bentuk tegangan keluaran yang dihasilkan berbentuk diferensial dari isyarat tegangan masukan. Dalam hal ini rangkaian RC berfungsi sebagai pengubah bentuk gelombang kotak menjadi bentuk rangkaian pulsa jika konstanta waktu RC berharga kecil dibandingkan perioda dari gelombang masukan.

V1 = VR + VC = VC

VR sangat kecil dibandingkan dengan VC, maka V2 = VR = I R

Tuesday, September 20, 2022

CONTOH SOAL ELEKTRONIKA : PENYEARAH GELOMBANG

1. Sebutkan definisi dari penyearah (rectifier) ?

Jawab :

Penyearah (rectifier) adalah alat yang digunakan untuk mengubah sumber arus bolak-balik (AC) manjadi sinyal sumber arus searah (DC).


2. Tentukan persamaan gelombang tergangan maksimum dengan Vrms masing-masing 6 volt, 9 volt, dan 12 volt dengan frekuensi sumber 50 Hz dan tetapan fasa awalnya nol.

Jawab :

Untuk Vrms = 6 volt dan f = 50 Hz

Vi = Vmaks sin (𝜔t)

Vi = Vrms √2 sin (2𝜋f t)

Vi = 6 √2 sin (2𝜋 50 t)

Vi = 6√2 sin (100𝜋t)

Untuk Vrms = 9 volt dan f = 50 Hz

Vi = Vmaks sin (𝜔t)

Vi = Vrms √2 sin (2𝜋f t)

Vi = 9 √2 sin (2𝜋 50 t)

Vi = 9√2 sin (100𝜋t)

Untuk Vrms = 12 volt dan f = 50 Hz

Vi = Vmaks sin (𝜔t)

Vi = Vrms √2 sin (2𝜋f t)

Vi = 12 √2 sin (2𝜋 50 t)

Vi = 12√2 sin (100𝜋t)


3. Jelaskan peran dioda IN4001 untuk penyearah setengah gelombang.

Jawab :

Pada penyearah setengah gelombang, maka dioda IN4001 akan berlaku sebagai penghantar selama putaran setengah positif dan tidak berlaku sebagai penghantar pada setengah siklus negatif. Atau dapat dikatakan dioda IN4001 dapat berfungsi dengan baik bila diberi panjar maju dan tidak berfungsi dengan baik jika diberi panjar mundur (menyearahkan arus bolak-balik AC menjadi arus searah DC).


4. Jelaskan proses pembentukan sinyal tegangan keluaran pada penyearah dua fasa.

Jawab :

Pada saat masukan berharga negatif maka salah satu dari dioda akan dalam keadaan panjar maju sehingga memberikan keluaran positif. Anoda dari masing-masing dioda dihubungkan dengan ujung-ujung rangkaian sekunder dari trafo. Sedangkan katoda masing-masing dioda dihubungkan pada titik positif keluaran. Besarnya konduksi pada dioda bergantung pada polaritas tegangan pada masukan. Di setengah gelombang pertama V1 + dan V2 - maka D1 berkonduksi (berpanjar maju) dan D2 tidak berkonduksi (berpanjar mundur). Pada setengah periode berikutnya V2 + dan V1 -, D2 berkonduksi dan D1 tidak berkonduksi. Masing-masing arus D1 dan D2 menghasilkan sinyal tegangan keluaran DC.


5. Jelaskan proses pembentukan sinyal tegangan keluaran pada penyearah empat jembatan.

Jawab :

Pada model ini diperlukan 4 dioda. Dua dioda berkonduksi saat isyarat + dan dua lainnya saat isyarat -. Bagian masukan AC dihubungkan dengan keluaran positif dan anoda dioda 1 dan dioda 4 dihubungkan dengan keluaran negatif. Misal masukan AC titik A + dan B -, maka D1 akan berpanjar maju dan D2 tidak berpanjar maju. Elektron akan mengalir dari B melalui D4 ke beban, melalui D1 dan kembali ke titik A. Pada setengah periode berikutnya, A - dan B +, D2 dan D3 berpanjar maju dan D1 dan D4 berpanjar mundur. Aliran arus dari titik A melalui D2 ke beban, melalui D3 kembali ke B. Hal ini yang akan menghasilkan sinyal tegangan keluaran DC.


6. Jelaskan alasannya kenapa amplitudo tegangan keluaran lebih rendah dari pada tegangan masukan.

Jawab :

Amplitudo tegangan keluaran lebih rendah dari pada tegangan masukan karena pada siklus positif, setengah putaran positif akan membuat dioda dalam keadaan bias maju artinya dioda dapat berlaku sebagai saklar tertutup. Putaran setengah negatif berikutnya, dioda akan menjadi sebuah dioda dengan bias balik artinya dioda berlaku sebagai saklar terbuka. Hal ini menyebabkan tidak adanya arus pada dioda di setengah putaran ini. Hal ini menyebabkan amplitudo keluaran lebih rendah dari tegangan masukannya.


7. Jelaskan fungsi kapasitor reservoir yang dipasang paralel dengan RL.

Jawab :

Fungsi kapasitor reservoir yang dipasang paralel dengan Ryaitu dengan adanya pemasangan sebuah kapasitor reservoir, tegangan keluaran tidak akan segera turun walaupun tegangan masukan sudah turun. Hal ini disebabkan kapasitor memerlukan waktu untuk mengosongkan muatannya. Karena tegangan dari penyearah mengalami penurunan jika dibebani, maka dengan adanya pengaturan tegangan maka tegangan keluaran akan tetap jika diberi beban arus dalam batas tertentu.

Wednesday, September 14, 2022

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA : PENGOPERASIAN ALAT UKUR

A. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini yaitu :

1. Dapat menggunakan alat ukur multimeter dan osiloskop dengan tepat dan benar.

2. Dapat menguji komponen elektronika dengan tepat dan benar.


B. Teori Dasar

Pengukuran merupakan suatu aktivitas atau tindakan membandingkan suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain yang sudah diketahui nilainya. Pekerjaan membandingkan tersebut adalah pekerjaan mengukur atau pengukuran. Sedangkan, pembandingnya yang disebut alat ukur. Yang perlu diperhatikan dalam pengukuran yaitu :

a. Standar yang dipakai harus memiliki ketelitian yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

b. Tata cara pengukuran dan alat yang digunakan harus memenuhi persyaratan.


C. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan :

1. Multimeter.

2. Osiloskop.

3. Sinyal Generator.

4. Protoboard (papan rangkaian).

5. Kapasitor.

6. Dioda.

7. Resistor.

8. Transistor (PNP dan NPN).

9. Kawat Penghubung.


D. Prosedur Percobaan

Berikut ini prosedur pada percobaan :

1. Memeriksa masing-masing komponen yang akan digunakan.

2. Menyusun rangkaian seperti gambar di bawah ini.

3. Memberi tegangan sumber DC sebesar 3 volt.

4. Mengukur arus yang mengalir pada rangkaian.

5. Mengukur tegangan Vab, Vac, Vad, Vae, Vbc, Vbd, Vbe, Vcd, Vce, dan Vde dengan menggunakan voltmeter.

6. Melakukan langkah 2, 3, dan 4 untuk sumber tegangan sumber DC 6 volt dan 9 volt.

7. Melepaskan amperemeter dan mengganti sumber tegangan dengan AC 4 volt.

8. Mengukur tegangan Vab, Vac, Vad, Vae, Vbc, Vbd, Vbe, Vcd, Vce, dan Vde dengan menggunakan voltmeter.

9. Mengukur tegangan Vab, Vac, Vad, Vae, Vbc, Vbd, Vbe, Vcd, Vce, dan Vde dengan menggunakan osiloskop.

10. Mencatat volt/div dan time/div dari osiloskop untuk membantu menetapkan skala sinyal yang diukur.

11. Melakukan langkah 3 - 9 untuk sumber tegangan AC 3Vpp dan 6 Vpp.


E. Data Percobaan

* Tegangan dalam Volt dan arus dalam Ampere


F. Pengolahan dan Perhitungan Data

Menyiapkan alat dan bahan serta mengecek apakah alat dan bahan itu layak dipakai saat praktikum merupakan tahap awal yang harus dilakukan sebelum praktikum. Saat menguji resistor 220 Ω pada ohmeter, ternyata yang tertera adalah 218 Ω. Ini bukan berarti resistor rusak, namun perlu diingat karena pada cincin terakhir ini berwarna emas (toleransi + 5%, berarti diantara 209 - 231 Ω), maka resistor ini masih dalam keadaan baik.

Untuk osiloksop, tidak dilakukan kalibrasi karena yang digunakan adalah osiloskop digital. Pada praktikum ini, dioda berfungsi sebagai penyearah arus dan penyetabil tegangan. Dioda adalah komponen elektronika dengan 2 terminal (anoda dan katoda) yang terbentuk dari dua jenis semikonduktor (jenis N dan P). Setelah disambungkan dengan multimeter, maka akan diperoleh nilai tegangan. Tegangan yang terbaca disebut tegangan efektif (tegangan pada DC). Sama juga dengan tegangan AC, akan diperoleh nilai tegangan efektifnya pada osiloskop. Pada percobaan ini, tidak terdapat perhitungan data karena nilai yang diperoleh dapat terlihat langsung pada multimeter dan osiloskop.


G. Kesimpulan dan Saran

Dalam percobaan ini dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Keterampilan dan kesesuaian penggunaan alat ukur (multimeter dan osiloskop) sangat dibutuhkan agar memperoleh data yang akurat.

2. Pengujian komponen-komponen merupakan kunci penting agar memperoleh hasil yang tepat dalam praktikum.


Dalam percobaan ini dapat disarankan sebagai berikut.

1. Lebih cermat dalam merangkai rangkaian.

2. Tidak lupa menguji komponen-komponen elektronika sebelum digunakan.


H. Daftar Pustaka

belajarilmukomputerdaninternet.blogspot.com/2013/06/function-generator.html

elektronikadasar.org/pengertian_dan_fungsi_dioda/

http://robby.cstaff.gunadarma.ac.id/Dowloads/Files/8011/eldas.pdf

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/182643/Chapter%20II.pdf

waioh.files.wordpress.com/2010/10/modul-rangkaian-thevenin-pembebanan.pdf

Thursday, September 08, 2022

PERCOBAAN SPEKTROMETER

A. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini yaitu :

1. Menentukan sudut puncak prisma.

2. Menentukan indeks bias prisma dengan metode deviasi minimum.

3. Memahami prinsip kerja spektrometer.


B. Teori Dasar

Spektrometer merupakan alat yang dipakai untuk mengukur sudut simpangan (deviasi) suatu berkas cahaya akibat adanya pemantulan, pembiasan, interferensi, difraksi, dan hamburan. Alat tersebut mempunyai 4 komponen utama yaitu.

1. Kolimator

Kolimator pada dasarnya merupakan tabung yang dilengkapi dengan sebuah lensa akromatis pada salah satu ujung yang menghadap prisma dan sebuah celah yang dapat diatur lebarnya. Celah tersebut digunakan untuk memperoleh berkas cahaya sejajar yang mempunyai sudut simpangan sama untuk tiap sinar. Kedudukan celah dapat diatur dengan tombol pada kolimator. Kolimator ini diletakkan pada tiang statis ke dasar spektrometer.

2. Teleskop

Komponen ini terdiri dari lensa obyektif yang menghadap ke meja spektrometer dan sebuah okuler yang posisinya terhadap lensa obyektif dapat diatur. Okuler sendiri terdiri dari 2 lensa (lensa mata dan lensa medan) yang posisinya dapat diatur satu sama lain.

3. Prisma

Prisma merupakan bagian terpenting dari spektrometer yang diletakkan pada meja spektrometer.

4. Meja Spektrometer

Meja spektrometer mempunyai sumbu berimpit dengan sumbu rotasi teleskop. Meja ini dapat diatur posisinya dengan cara menaikan atau menurunkan atau dapat diputar dengan melonggarkan skrupnya, kemudian menguatkannya.

Untuk menentukan nilai Deviasi Minimum dapat menggunakan persamaan :


C. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan :

1. Spektrometer prisma.

2. Sumber cahaya monokromatis, misalnya lampu natrium.


D. Prosedur Percobaan

Berikut ini prosedur pada percobaan :

Persiapan

1. Mengarahkan teleskop untuk melihat benda yang jauh sehingga terlihat jelas. Perlu diketahui bahwa berkas sinar yang masuk teleskop dalam keadaan sejajar.

2. Meletakkan teleskop dan kolimator dalam satu garis lurus dan mengatur keduanya agar tegak lurus terhadap sumber cahaya.

3. Menyinari celah dengan sumber cahaya dan mengatur lebarnya sehingga gambar terlihat jelas pada teleskop.

4. Mengatur ketinggian meja prisma sehingga pengukuran dapat dilakukan dengan mudah.


Pengukuran Sudut Puncak Prisma

1. Meletakkan prisma di atas meja spektrometer sehingga sudut yang akan diukur menghadap ke arah sumber cahaya.

2. Mendekatkan celah kolimator dengan sumber cahaya.

3. Mengukur posisi prisma agar pantulan cahaya dari kolimator dapat dilihat okuler teleskop di dua tempat, yaitu pada kedudukan I dan kedudukan II.

4. Mencatat sudut pergeseran kedudukan 𝜃. Membuktikan bahwa besarnya sudut puncak prisma sama dengan 𝜃.

5. Mengulangi langkah (1) - (4) beberapa kali untuk memperoleh harga rata-rata dari sudut puncak prisma.


Pengukuran Sudut Deviasi Minimum

1. Meluruskan okuler teleskop dengan celah kolimator sampai cahayanya terlihat jelas dan mencatat posisinya. Ini disebut kedudukan I.

2. Meletakkan prisma di atas meja spektrometer sehingga sinar dari celah akan jatuh pada salah satu sisi prisma.

3. Memutar okuler teleskop sampai diperoleh sinar bias sembarang.

4. Mengamati sinar bias melalui okuler dan memutar prisma perlahan-lahan dengan cara memutar meja spektrometer sehingga terlihat sinar bias tersebut bergeser.

5. Memperhatikan pergeseran sinar bias tersebut melalui okuler sampai pada suatu saat sinar tersebut berbalik arah walaupun prisma diputar satu arah. Dengan menggeser meja spektrometer bolak-balik di daerah itu, mencoba menemukan terjadinya pembalikan arah sinar itu. Tempat itu dsebut kedudukan II.

6. Sudut yang dibentuk adalah posisi akhir terhadap posisi okuler mula-mula adalah sudut deviasi minimum Dm.

7. Mengulangi langkah (1) - (6) beberapa kali untuk memperoleh nilai rata-rata deviasi minimum.


E. Data Percobaan

* Nilai 𝛽 = ½ 𝜃


F. Pengolahan dan Perhitungan Data

Posisi prisma untuk mencari sudut pergeseran kedudukan (𝜃) adalah diletakkan di atas meja spektrometer dengan pengamatan dari teleskop melalui ujung-ujung prisma. Sedangkan posisi prisma untuk mencari sudut deviasi minimum (Dm) adalah diletakkan di atas meja spektrometer dengan pengamatan dari teleskop melalui sisi-sisi prisma.

Dalam percobaan ini, sebenarnya dapat dilakukan juga dengan menggunakan Lampu Gas Helium atau Lampu Gas Nitrogen. Namun, pada percobaan in digunakan Lampu Natrium. Alasan pengunaan lampu Natrium karena lampu Natrium merupakan sinar monokromatis yang mampu menghasilkan keluaran cahaya 90% dari pancaran cahayanya. Lampu Natrium juga merupakan sumber cahaya elektrik yang paling efisien, mencapai hingga 200 Lm/W (Lumen/Watt) yang menghasilkan keluaran cahaya yang mendekati sensitivitas puncak manusia. Intensitas lampu Natrium juga tidak berkurang seiring lampu Natrium lama tidak digunakan.

Nilai indeks bias prisma berdasarkan referensi adalah n = 1,5 berdasarkan percobaan Snellius, seorang fisikawan berkebangsaan Belanda. Pada percobaan ini, diperoleh nilai indeks bias prisma n = 1,547 yang cukup mendekati dengan nilai pada referensi.


G. Kesimpulan dan Saran

Dalam percobaan ini dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Nilai sudut puncak prisma yang diperoleh dari percobaan yaitu 𝛽 = 45,25°.

2. Nilai indeks bias prisma berdasarkan metode Deviasi Minimum yang diperoleh dari percobaan yaitu n = 1,547.

3. Prinsip kerja spektrometer terjadi ketika ada cahaya datang kemudian mengalami pembiasan pada prisma sehingga dapat terukur nilai indeks bias, sudut deviasi, dan sudut puncaknya.


Dalam percobaan ini dapat disarankan sebagai berikut.

1. Lebih teliti dalam pengukuran sudut pergeseran kedudukan, sudut puncak prisma, dan sudut deviasi.


H. Daftar Pustaka

Halliday dan Resnick. 1984. Fisika Jilid 2 Edisi 3. Jakarta : Erlangga.

http://belajar_kemendiknas.go.id/indexs_php?display=view&mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/Modul%20online/SMA/view&id

http://id.wikipedia.org/wiki/Lampu Uap Natrium

sitrampil.ui.ac.id/elaboratory/file.php/I/Manual Digital/01404,pdf

Friday, September 02, 2022

PERCOBAAN MIKROSKOP

A. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini yaitu :

1. Mempelajari perbesaran total mikroskop pada suatu benda.

2. Menentukan nilai perbesaran total pada suatu benda.


B. Teori Dasar

Mikroskop merupakan alat yang dirancang untuk melihat benda-benda kecil. Mikroskop tersusun dari lensa obyektif dan lensa okuler. Benda yang diamati diletakkan pada jarak sedemikian rupa dari lensa obyektif sehingga bayangan yang dibentuk lensa obyektif akan jatuh tepat du titik api lensa okuler. Perbesaran total mikroskop dirumuskan sebagai berikut.


C. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan :

1. Mikroskop.

2. Mikrometer.

3. Mistar.

4. Rambut dan benang.


D. Prosedur Percobaan

Berikut ini prosedur pada percobaan :

1. Menyiapkan seperangkat mikroskop dan benda kecil yang akan diamati.

2. Meletakkan mikroskop dekat dengan sumber cahaya dan mengatur arah cermin di bawah mikroskop sehingga mikroskop mendapat cahaya yang cukup.

3. Meletakkan sehelai rambut atau benang di atas meja objek. Memutar pengatur lensa obyektif hingga posisi lensa hampir menyinggung meja objek.

4. Melihat objek dengan mikroskop, memutar pemutar lensa objektif dengan perlahan-lahan untuk mendapat fokus hingga bayatngan rambut atau benang tampak jelas dan tajam.

5. Meletakkan mistar pada meja di samping mikroskop.


E. Data Percobaan

* Satuan h, h', dan a dalam cm


F. Pengolahan dan Perhitungan Data

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa dalam mikroskop terdapat 2 lensa cembung yaitu lensa obyektif dan lensa okuler. Bayangan yang dihasilkan oleh lensa obyektif bersifat nyata, terbalik, dan diperbesar. Kemudian, bayangan dari lensa obyektif dianggap benda oleh lensa okuler sehingga menghasilkan bayangan di jauh tak hingga untuk mata tanpa berakomodasi maksimum (sesuai dengan apa yang diterapkan pada percobaan ini). Sesuai dengan prinsip mikroskop, benda atau objek harus ditempatkan di R II dari lensa obyektif (diantara 2F2 dan F2) sehingga menghasilkan bayangan tepat di titik F dari lensa okuler (fok). Dan pada akhirnya bayangan akan kembali dibentuk oleh lensa okuler di jauh tak hingga.

Sinar datang (dari lensa obyektif) → bayangan (tepat di fok) → lensa okuler → bayangan di jauh tak hingga → dilihat oleh mata melalui mikroskop

Jika membandingkan hasil yang diperoleh dari percobaan dan perbesaran yang telah ditentukan terlihat terlihat menyimpang jauh. Kesalahan kemungkinan disebabkan oleh sulitnya kedua mata untuk fokus ke 2 titik bersama-sama, yaitu satu mata melihat bayangan yang dihasilkan mikroskop dan satu mata melihat serta mengukur bayangan dengan menggunakan mistar.


G. Kesimpulan dan Saran

Dalam percobaan ini dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Perbesaran total mikroskop dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tinggi benda (h), tinggi bayangan (h'), dan jarak mata dengan obyek (a).

2. Pada percobaan diperoleh nilai Mtot yaitu 85,7 x pada rambut dan Mtot yaitu 10,6 x pada benang.


Dalam percobaan ini dapat disarankan sebagai berikut.

1. Lebih teliti dalam mengukur diameter obyek (h) dengan mikrometer dan mengukur bayangan (h') dengan mistar.


H. Daftar Pustaka

Giancoli. 1999. Fisika. Jakarta : Erlangga.

Halliday dan Resnik. 1994. Fisika. Jakarta : Erlangga.

Tipler. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Erlangga.

Wednesday, August 31, 2022

PERCOBAAN OSILOSKOP

A. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini yaitu :

1. Mengetahui fungsi osiloskop.

2. Memahami prinsip kerja osiloskop.


B. Teori Dasar

Osiloskop atau disebut osiloskop sinar katoda merupakan alat yang digunakan untuk melihat dinamika besaran sebagai fungsi waktu secara visual. Osiloskop pada dasarnya mempunyai 5 komponen utama, yaitu :

1. Tabung Snar Katoda (Chatode Ray Tube/CRT).

2. Penguat Simpangan Y (Y Amplifier).

3. Penguat Simpangan X (X Amplifier).

4. Pembangkit Tegangan Basis Waktu (Time Based Generator).

5. Pengatur Berkas (Beam Control).

Jika dua buah osilasi dengan frekuensi sama atau berbeda saling tegak lurus dan digabungkan bersama-sama akan membentuk kurva yang disebut Pola Lissayous. Nama ini dipergunakan untuk mengingat Jules Antonie Lissayous yang memperagakan kurva ini pertama kali tahun 1857.


C. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan :

1. Osiloskop.

2. Dua buah generator.

3. Sumber Tegangan.

4. Multimeter.

5. Kabel penghubung.

6. Kertas milimeter.


D. Prosedur Percobaan

Berikut ini prosedur pada percobaan :

1. Menyalakan osiloskop dengan memutar tombol power ke arah on.

2. Mengatur intensitasnya sampai diperoleh garis terang atau titik pada layar, jangan menggunakan intensitas yang terlalu besar, mengatur posisi garis dengan memutar tombol posisi atas-bawah-kanan-kiri.

3. Memastikan tombol cal voltage (pada voltage/div berwarna merah) dan call sweep time (pada sweep time/div berwarna merah) dalam keadaan maksimum.

4. Mengatur perbesaran probe pada posisi 10x.

5. Memastikan posisi input Ch1 (Y) dan Ch2 (X) akan digunakan, mengatur posisi mode pada Ch1 (Y) dan tombol source pada posisi Ch1 (Y) dan sebaliknya jika Ch2 (X) yang digunakan, mengatur posisi tombol mode dan tombol source pada posisi Ch2 (X).

6. Menetapkan posisi AC-DC pada kondisi AC.

7. Menjepitkan ujung probe pada titik CAL pada osiloskop.

8. Menjepit probe pada posisi ground.

9. Mengatur posisi gambar pada layar dengan memutar tombol posisi atas-bawah-kanan-kiri pada channel yang digunakan.

10. Jika gambar yang tampil bergerak, memposisikan tombol "Level" pada posisi tengah-tengah.

11. Menghitung tegangan dan frekuensi tampilan dengan rumus berikut.

Vp-p = jumlah kotak posisi vertikal x variable volt/div x probe

f = 1 / T


E. Data Percobaan


F. Pengolahan dan Perhitungan Data

1. Kalibrasi

Vp-p Ch= jumlah kotak posisi vertikal x variable volt/div x probe = 1 x 0,2 x 10 = 2 volt.


2. Perhitungan frekuensi pada osiloskop

a. Pada generator f = 500 Hz

T = jumlah kotak satu gelombang x variable sweep time/div = 4 x 0,5 . 10⁻³ = 2 x 10⁻³ s.

f = 1 / T = 1 / 2 x 10⁻³ = 500 Hz.

b. Pada generator f = 1.000 Hz

T = jumlah kotak satu gelombang x variable sweep time/div = 2 x 0,5 . 10⁻³ = 10⁻³ s.

f = 1 / T = 1 / 10⁻³ = 1.000 Hz.

c. Pada generator f = 1.500 Hz

T = jumlah kotak satu gelombang x variable sweep time/div = 1,2 x 0,5 . 10⁻³ = 0,6 x 10⁻³ s.

f = 1 / T = 1 / 0,6 x 10⁻³ = 1.667 Hz.

d. Pada generator f = 2.000 Hz

T = jumlah kotak satu gelombang x variable sweep time/div = 1 x 0,5 . 10⁻³ = 0,5 x 10⁻³ s.

f = 1 / T = 1 / 0,5 x 10⁻³ = 2.000 Hz.

e. Pada generator f = 2.500 Hz

T = jumlah kotak satu gelombang x variable sweep time/div = 0,8 x 0,5 . 10⁻³ = 0,4 x 10⁻³ s.

f = 1 / T = 1 / 0,4 x 10⁻³ = 2.500 Hz.


3. Perhitungan tegangan efektif (Vef) dan tegangan maksimum (Vmaks)

a. Frekuensi f = 500 Hz

Pada multimeter

Vef = 0,564 Volt (terlihat langsung)

Vmaks = Vef . √2 = 0,564 . √2 = 0,798 Volt

Pada osiloksop

Vp-p = jumlah kotak posisi vertikal x variable volt/div x probe = 2 x 0,5 x 1 = 1 volt

Vmaks = Vp-p / 2 = 1 / 2 = 0,5 Volt

Vef = Vmaks / √2 = = 0,5 / √2 = 0,354 Volt

b. Frekuensi f = 1.000 Hz

Pada multimeter

Vef = 0,500 Volt (terlihat langsung)

Vmaks = Vef . √2 = 0,500 . √2 = 0,707 Volt

Pada osiloksop

Vp-p = jumlah kotak posisi vertikal x variable volt/div x probe = 5 x 0,2 x 1 = 1 volt

Vmaks = Vp-p / 2 = 1 / 2 = 0,5 Volt

Vef = Vmaks / √2 = = 0,5 / √2 = 0,354 Volt

c. Frekuensi f = 1.500 Hz

Pada multimeter

Vef = 0,556 Volt (terlihat langsung)

Vmaks = Vef . √2 = 0,556 . √2 = 0,786 Volt

Pada osiloksop

Vp-p = jumlah kotak posisi vertikal x variable volt/div x probe = 2 x 0,5 x 1 = 1 volt

Vmaks = Vp-p / 2 = 1 / 2 = 0,5 Volt

Vef = Vmaks / √2 = = 0,5 / √2 = 0,354 Volt

d. Frekuensi f = 2.000 Hz

Pada multimeter

Vef = 0,530 Volt (terlihat langsung)

Vmaks = Vef . √2 = 0,530 . √2 = 0,749 Volt

Pada osiloksop

Vp-p = jumlah kotak posisi vertikal x variable volt/div x probe = 2 x 0,5 x 1 = 1 volt

Vmaks = Vp-p / 2 = 1 / 2 = 0,5 Volt

Vef = Vmaks / √2 = = 0,5 / √2 = 0,354 Volt

e. Frekuensi f = 2.500 Hz

Pada multimeter

Vef = 0,537 Volt (terlihat langsung)

Vmaks = Vef . √2 = 0,537 . √2 = 0,759 Volt

Pada osiloksop

Vp-p = jumlah kotak posisi vertikal x variable volt/div x probe = 2 x 0,5 x 1 = 1 volt

Vmaks = Vp-p / 2 = 1 / 2 = 0,5 Volt

Vef = Vmaks / √2 = = 0,5 / √2 = 0,354 Volt


Kalibrasi merupakan tahapan awal yang harus dilakukan agar hasil yang diperoleh dari pengukuran dapat akurat. Untuk mengukur tegangan, maka kita mengukur terlebih dahulu A/div-nya karena besar A/div yang dipilih akan mengatur sinyal. Pada percobaan ini, A/div yang digunakan adalah 0,5 x 10⁻³. Hasilnya adalah sama, baik frekuensi dari generator (terbaca langsung) dan pada osiloskop kecuali pada frekuensi sebesar f = 1.500 Hz. Pada osiloskop didapatkan hasil f = 1.667 Hz. Kemungkinan perbedaan hasil disebabkan oleh kesalahan membaca skala pada osiloskop (0,2 / titik).

Perbandingan nilai tegangan maksimum dan tegangan efektif pada multimeter (terlihat langsung) dan osiloskop, hasilnya cukup mendekati. Kemungkinan perbedaan hasil disebabkan oleh kesalahan menghitung jumlah kotak posisi vertikal atau kesalahan membaca skala probe.


G. Kesimpulan dan Saran

Dalam percobaan ini dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Osiloskop berfungsi untuk memetakan atau membaca sinyal listrik sebagai fungsi waktu secara visual.

2. Prinsip kerja osiloskop yaitu elektron dipancarkan dari katoda, kemudian menumbuk bidang gambar yang dilapisi oleh zat pendar (bidang gambar berfungsi sebagai anoda).


Dalam percobaan ini dapat disarankan sebagai berikut.

1. Melakukan kalibrasi sebelum osiloskop digunakan.

2. Teliti dalam menghitung jumlah kotak satu gelombang saat mengukur periode dan jumlah kotak posisi vertikal dalam mengukur tegangan dari puncak ke puncak (Vp-p).


H. Daftar Pustaka

Giancoli. 1999. Fisika. Jakarta : Erlangga.

Halliday dan Resnik. 1994. Fisika. Jakarta : Erlangga.

Tipler. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Erlangga.

Saturday, August 27, 2022

PERCOBAAN POLARIMETER

A. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini yaitu :

1. Mempelajari prinsip kerja polarimeter.

2. Menetukan kadar gula suatu larutan.

3. Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi sudut putar jenis.


B. Teori Dasar

Apabila suatu berkas cahaya yang terpolarisasi linier melalui suatu larutan gula atau larutan lain yang mempunyai sifat optis aktif, maka bidang polarisasi dari sinar itu akan terputar dengan sudut tertentu yang bergantung pada panjang larutan yang dilalui sinar, kadar larutan, panjang gelombang sinar, dan suhu.

Besar sudut putar dapat dituliskan dengan persamaan berikut.


C. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan :

1. Polarimeter.

2. Sumber cahaya monokromatis.

3. Gula.

4. Gelas Ukur.

5. Aquades.

6. Mistar.

7. Termometer.


D. Prosedur Percobaan

Berikut ini prosedur pada percobaan :

Menentukan Titik Nol

1. Membersihkan gelas penutup tabung dengan hati-hati.

2. Membersihkan tabuung dengan hati-hati lalu mengocok dengan aquades. 

3. Mengisi tabung dengan aquades sampai penuh. Untuk mencegah gelembung udara memasuki tabung, menggeser gelas penutup dari tepi lalu gelas dikunci dengan skrup.

4. Memasukkan tabung dalam polarimeter.

5. Mengatur jalannya sinar dengan meluruskan polarimeter terhadap sumbu optis sehingga sinar masuk melalui teropong. Fokuskan teropong sehingga celah nampak gelap terang.

6. Memutar analisator ke kiri dan kanan sampai diperoleh keadaan yang sama gelapnya, lalu membaca skala utama dan skala noniusnya. Angka yang terbaca ini menyatakan titik nol polarimeter.

7. Mengulangi langkah (6) berulang-ulang dan catat titik nol polarimeter.


Menentukan Sudut Putar dari Larutan Gula

1. Membersihkan tabung dengan hati-hati.

2. Mengocok tabung beberapa kali dengan larutan gula yang akan digunakan.

3. Mengisi tabung dengan larutan gula hingga setengahnya dan kemudian memasukkan termometer ke dalam tabung dan menunggu beberapa saat. Mencatat suhunya.

4. Memenuhi tabung tadi dengan larutan gula dan menutup dengan hati-hati sampai tidak ada gelembung udara di dalamnya.

5. Meletakkan tabung pada tempatnya dan selanjutnya membaca skala nonius setelah analisator diputar sehingga kedua belah medan cahaya terlihat sama gelapnya.

6. Mengukur lagi suhu larutan seperti pada langkah (3). Mencatat suhu rata-rata dari larutan. Besar sudut putar adalah beda analisator antara sebelum dan sesudah ada larutan optis aktif.

7. Mengulangi percobaan dengan berbagai konsentrasi larutan.


E. Data Percobaan


F. Pengolahan dan Perhitungan Data

Semakin besar konsentrasi, seharusnya daya putar jenis semakin besar. Kesalahan pada percobaan ini kemungkinan disebabkan oleh kesalahan dalam membuat % larutan gula. Kesalahan juga terjadi pada pengukuran daya putar jenis aquades. Praktikan mendapatakan 7°, seharusnya adalah 0° karena aquades bukan bahan optis aktif yang dapat memutar bidang analisator. Selain itu, kemungkinan disebabkan oleh masih terdapat gelembung udara di dalam tabung sehingga menyebabkan kesalahan pengamatan sudut putar.

Pada percobaan ini digunakan sumber cahaya monokromatis. Sumber cahayanya yang digunakan pada percobaan ini adalah Lampu Natrium yang memiliki panjang gelombang 589,3 nm. Alasan pengunaan lampu Natrium karena lampu Natrium merupakan sinar monokromatis yang mampu menghasilkan keluaran cahaya 90% dari pancaran cahayanya. Lampu Natrium juga merupakan sumber cahaya elektrik yang paling efisien, mencapai hingga 200 Lm/W (Lumen/Watt) yang menghasilkan keluaran cahaya yang mendekati sensitivitas puncak manusia. Intensitas lampu Natrium juga tidak berkurang seiring lampu Natrium lama tidak digunakan.


G. Kesimpulan dan Saran

Dalam percobaan ini dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Prinsip kerja dari polarimeter yaitu sinar datang berupa sumber cahaya akan dilewatkan melalui polarisator dan melewati larutan, lalu menuju analisator sehingga mendapatkan cahaya terpolarisasi.

2. Kadar gula dalam percobaan ini yaitu larutan gula 5% (5 gram gula + 95 mL air), larutan gula 10% (10 gram gula + 90 mL air), dan larutan gula 15% (15 gram gula + 85 mL air).

3. Sudut putar jenis dipengaruhi oleh kadar larutan (%), suhu, dan panjang gelombang sinar (lampu natrium).


Dalam percobaan ini dapat disarankan sebagai berikut.

1. Lebih teliti dalam mengukur sudut putar analisator (a).

2. Memeriksa kembali ada tidaknya gelembung pada tabung berisi larutan sebelum melakukan percobaan.

3. Mencampur volume air yang sesuai agar didapatkan presentase larutan gula yang sesuai.


H. Daftar Pustaka

http://dc218.4shared.com/doc/PQVDMFOo/preview.html

id.wikipedia.ord/wiki/Lampu-Uap-Natrium

www.scribd.com/doc/45087268/31438296_POLARIMETRI

www.scribd.com/doc/98167246/Senyawa-Optik-Aktif