Sunday, December 25, 2022

BERBAGI TULISAN (ACAK) : SURABAYA DAN IJEN (1 DARI 2)

Pada tanggal 24 November - 28 November 2022, saya dan teman saya pergi menuju Surabaya untuk kulineran. Selain itu, kami juga mengikuti Open Trip menuju Kawah Ijen dan Baluran.

24 November 2022 - 25 November 2022

Kami menaiki kereta dari Stasiun Gambir pada tanggal 24 November 2022 pukul 21:15 WIB dan tiba di Stasiun Surabaya Pasar Turi pada tanggal 25 November 2022 sekitar pukul 07:30 WIB. Kami menyewa mobil selama 12 jam yaitu dari pukul 08:00 - 20:00 WIB. Kulineran kami meliputi :

1. Warung Nasi Cumi-Cumi Ibu Atun

Berlokasi di Jl. Waspada No. 30, Bongkaran, Pabean Cantikan, Surabaya. Sekitar pukul 08:00 WIB, kami sarapan terlebih dahulu. Kami memesan nasi campur (harga Rp 25.000,-/porsi) dan nasi komplit (harga Rp 30.000,-/porsi).

2. Cakue Peneleh

Berlokasi di Pasar Atom, Jl. Bunguran No. 45, Bongkaran, Pabean Cantikan, Surabaya. Sekitar pukul 09:30 WIB, kami membeli berbagai macam snack. Kami memesan cakue, pisang madu dan coklat, cinco kuno, bakpao isi, sate fantasi, ote-ote, kue lobak, dan ronde.

Sekitar pukul 11:00 WIB kami menuju ke Alun-Alun Surabaya yang berlokasi di Jl. Gubernur Suryo No. 15, Embong Kaliasin, Genteng, Surabaya. Sambil menunggu sopir melaksanakan Sholat Jumat, kami melanjutkan kulineran ke :

3. Zangrandi Ice Cream

Berlokasi di Jl. Yos Sudarso No. 15, Embong Kaliasin, Genteng, Surabaya (tepat berada di seberang Alun-Alun Surabaya). Sekitar pukul 11:30, kami memesan avocadocano (harga Rp 54.000,-/porsi) dan rocky canyon (harga Rp 50.000,-/porsi).

4. Rawon Kalkulator 

Berlokasi di Sentra PKL Taman Bungkul, Jl. Raya Darmo, Darmo, Wonokromo, Surabaya. Sekitar pukul 12:45 WIB, kami memesan rawon (harga Rp 30.000,-/porsi).

Selesai makan siang, sekitar pukul 13:15 kami melanjutkan perjalanan membeli oleh-oleh di Bogajaya. Berlokasi lengkap di Jl. Genteng Besar No. 69, Genteng, Genteng, Surabaya. Kami membeli kue pia nyonya (harga Rp 85.500,-/box) dan almond crispy (harga Rp 49.500,-/box).

Selesai membeli oleh-oleh sekitar pukul 14:30 WIB, kami menuju hotel untuk check in. Kami menginap di Twin Tower Hotel Surabaya (Kamar B65). Berlokasi lengkap di Jl. Kalisari I No. 1, Kapasari, Genteng, Surabaya. 

Selesai kami mandi dan bersiap-siap, kami melanjutkan perjalanan menuju Surabaya North Quay (SNQ). Berlokasi di Pelabuhan Tanjung Perak, Pabean Cantikan, Surabaya. Kami tiba sekitar pukul 16:30 WIB. Kami berada disana sampai pukul 17:30 WIB. Tiket masuknya adalah Rp 10.000,-/orang.

Kemudian, kami melanjutkan kulineran ke :

5. Sate Kelopo Ondomohen Bu Asih

Berlokasi di Jl. Walikota Mustajab No. 36, Ketabang, Genteng, Surabaya. Sekitar pukul 18:00 WIB kami memesan sate daging/lemak (Rp 36.000,-/porsi) dan sate campur (Rp 38.000,-/porsi).

Lalu kami melanjutkan perjalanan menuju Tunjungan Plaza yang berlokasi di Jl. Jenderal Basuki Rachmat No. 8-12, Kedungdoro, Tegalsari, Surabaya. Kami tiba disana sekitar pukul 18:40 WIB. Kami hanya berkeliling sebentar saja disana. Kami sudah sampai di hotel kembali sekitar pukul 20:00 WIB. Kemudian, kami mandi dan beres-beres. Malam harinya, kami juga memesan makanan secara online yaitu Bubur Ayam Mang Endut yang berlokasi di Jl. Kedungsari No. 43, Kedungdoro, Tegalsari, Surabaya. Lalu kami istirahat.


26 November 2022

Kami bangun tidur sekitar pukul 08:30 WIB, lalu melanjutkan kulineran ke :

6. Nasi Empal Pengampon 

Berlokasi di Pengampon II No. 3, Bongkaran, Pabean Cantikan, Surabaya. Kami memesan nasi empal (harga Rp 38.000,-/porsi) dan bubur hongkong (harga Rp 40.000,-/porsi). Kami selesai makan sekitar pukul 09:15 WIB.

Kemudian, kami mandi dan beres-beres sebelum check out sampai pukul 12:00 WIB. Kami menitip sebagian barang bawaan kami di hotel karena pada tanggal 27 November 2022 kami akan menginap disini kembali. Kemudian, kami melanjutkan kulineran ke :

7. Depot Bu Rudy

Berlokasi di Jl. Anjasmoro No. 45, Sawahan, Sawahan, Surabaya. Sekitar pukul 12:30 WIB, kami memesan nasi campur (harga Rp 32.000,-/porsi), nasi udang empal (harga Rp 30.000,-/porsi), dan gulai kambing (harga Rp 35.000,-/porsi). Kemudian, kami juga membeli oleh-oleh sambal bawang (harga Rp 25.000,-/botol). Kami selesai membeli oleh-oleh disana sekitar pukul 14:00 WIB.

8. Es Teler Pacarkeling dan Bakso Pak No

Berlokasi di Jl. Penataran No. 2, Pacar Keling, Tambaksari, Surabaya. Sekitar pukul 14:10 WIB, kami memesan es teler (harga Rp 20.000,-/porsi) dan es campur (harga Rp 20.000,-/porsi).

9. Es Coklat Tambah Umur 1950

Berlokasi di Jl. Simokerto No. 49, Simokerto, Simokerto, Surabaya. Sekitar pukul 14:50 WIB, kami memesan es coklat (harga Rp 10.000,-/porsi).

Lalu kami kembali menuju lobi hotel untuk beristirahat dan menunggu penjemputan Open Trip kami ke Kawah Ijen dan Baluran pada pukul 17:00 WIB di Stasiun Surabaya Pasar Turi. Pada pukul 16:30 WIB, kami menuju ke Stasiun Surabaya Pasar Turi (Berlanjut di Part 2).

Monday, December 19, 2022

CONTOH SOAL KIMIA DASAR : KOLOID DAN SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

KOLOID

1. Apakah perbedaan antara cara dispersi dan cara kondensasi ?

Jawab :

Dispersi adalah cara yang dilakukan dengan mengubah partikel ukuran besar menjadi partikel koloid (memecah molekul besar menjadi molekul kecil). Caranya yaitu dengan :

a. Mekanik, dilakukan dengan cara penggilingan atau penggerusan. Contohnya penggilingan kacang pada pembuatan tahu atau penggerusan belerang dan gula menjadi sol belerang.

b. Busur Bredig, dengan mengalirkan arus listrik melalui 2 elektroda logam yang tercelup di dalam suatu pelarut. Elektroda yang biasa digunakan yaitu platina, perak, dan emas.

c. Peptisasi, dilakukan dengan penambahan ion sejenis pada suatu endapan. Contohnya endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.

d. Homogenisasi, dilakukan dengan menggunakan mesin. Contohnya pembuatan susu.


Kondensasi adalah cara pembuatan koloid dengan mengubah partikel yang lebih kecil menjadi partikel-partikel koloid. Caranya yaitu dengan :

a. Reaksi redoks, contohnya pembuatan sol belerang.

2 H2S + SO2 → 3 S + 2 H2O

b. Hidrolisis, contohnya pembuatan Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3.

FeCl3 + 3 H2O → Fe(OH)3 + 3 HCl

c. Reaksi substitusi, contohnya pembuatan sol As2S3 dari H3AsO3.

2 H3AsO3 + 3 H2S → As2S3 + 6 H2O

d. Reaksi penggaraman, contoh sol garam yang sukar larut seperti AgCl, AgBr, PbI2, dan BaSO4 dapat membentuk partikel koloid dengan pereaksi encer.


2. Bagaimana pengaruh larutan sabun terhadap campuran air dan minyak tanah ?

Jawab : 

Larutan sabun memiliki efek Tyndall sehingga dapat dikatakan juga larutan sabun adalah koloid yang berupa buih berfase terdispersi gas dan medium pendispersi cair. Larutan sabun memiliki 2 kutub yaitu polar yang bersatu dengan air dan non polar yang bersatu dengan minyak. Dengan adanya dua kutub ini, membuat larutan sabun menjadi emulgator (pembentuk emulsi) yang dapat menyebabkan air dan minyak tanah bersatu.


3. Apakah pengaruh konsentrasi larutan elektrolit terhadap kestabilan koloid ?

Jawab :

Semakin besar konsentrasi larutan, daya tarik menarik antara partikel elektrolit dan partikel koloid semakin kuat sehingga akhirnya koagulasi atau penggumpalan berlangsung lebih cepat.


4. Apakah pengaruh muatan ion terhadap kestabilan koloid ? Apakah pengaruh itu sama kuat terhadap kedua sel ?

Jawab :

Semakin besar muatan ion suatu zat atau partikel, maka semakin baik dan cepat koloid tersebut mencapai kestabilan. Hal ini dikarenakan adanya muatan ion, menyebabkan partikel akan tolak menolak dan mencegah terjadinya agregasi yang dapat menyebabkan pengendapan.

Pengaruh muatan ion berbeda kuatnya terhadap kedua sel. 

Pada koloid positif akan mudah terkoagulasi jika ditambahkan elektrolit yang muatan ion negatifnya lebih besar. Contohnya koloid Fe(OH)3 yang bermuatan positif, lebih mudah dikoagulasikan oleh H2SO4 daripada HCl karena jumlah elektrolit H2SO4 lebih banyak daripada HCl.

Pada koloid negatif akan mudah terkoagulasi jika ditambahkan elektrolit yang muatan ion positifnya lebih besar. Contohnya koloid As2S3 yang bermuatan negatif, lebih mudah dikoagulasikan oleh MgCl2 daripada KCl.


SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

5. Bagaimana cara menentukan suhu yang menunjukkan titik didih dan titik beku larutan ?

Jawab :

Cara menentukan suhu yang menunjukkan titik didih dan titik beku larutan yaitu dengan membaca skala termometer saat suhunya stabil (konstan), maka suhu tersebut adalah titik didih atau titik bekunya.


6. Bagaimana pengaruh konsentrasi terhadap kenaikan titik didih pada larutan yang sama ?

Jawab : 

Larutan yang sama dengan konsentrasi lebih besar memiliki titik didih yang lebih besar karena konsentrasi suatu zat (M) berbanding lurus dengan molalitas (m) larutan. Semakin besar molalitas larutan, maka semakin besar pula kenaikan titik didihnya. Atau dapat dijelaskan dengan larutan yang memiliki konsentrasi yang tinggi mengandung partikel zat terlarut lebih banyak sehingga lebih lama untuk mendidih.


7. Bagaimana titik didih larutan dibandingkan dengan titik didih air suling ?

Jawab :

Semua larutan (NaCl 0,1M dan NaCl 0,5M serta Urea 0,1M dan Urea 0,5M) memiliki titik didih yang lebih besar daripada air suling karena untuk mendidihkan suatu larutan dibutuhkan kalor yang lebih besar dan waktu yang lebih lama dalam mendidihkan zat terlarutnya.


8. Bagaimana titik beku larutan dibandingkan dengan titik beku air suling ?

Jawab :

Titik beku larutan selalu lebih rendah dibandingkan air suling, sebab akan dibutuhkan lebih banyak energi untuk melepas kalor dari larutan yang mengandung partikel zat terlarut dan membuatnya menjadi beku.

Tuesday, December 13, 2022

PRAKTIKUM KIMIA DASAR : SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam larutan. Koligatif berasal dari bahasa Yunani "colligare" yang artinya kumpulan karena sifat ini bergantung dari banyaknya kumpulan partikel terlarut dalam larutan. Percobaan yang dilakukan meliputi :

1. Kenaikan Titik Didih

Pada percobaan ini, alat dan bahan yang digunakan yaitu tabung reaksi; gelas kimia 250 mL; termometer; batang pengaduk; pemanas; statif dan klem; air suling; larutan NaCl 0,1M; larutan NaCl 0,5M; larutan Urea 0,1M; dan larutan Urea 0,5M. Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk menetukan titik didih suatu larutan sampai konstan, lalu membandingkan hasil pengamatan dengan hasil perhitungan pada kenaikan titik didihnya.

Cara kerja dalam praktikum ini, yaitu memasukkan air dan larutan yang akan diuji untuk menentukan titik didihnya. Pada praktikum ini, air suling diganti dengan minyak goreng. Kemudian, menggantungkan termometer pada statif sehingga ujungnya berada pada minyak goreng atau larutan lain yang akan diuji pada gelas kimia. Gelas kimia itu kemudian dipanaskan hingga mencapai 90℃. Ketika sudah mencapai 90℃, mulai mencatat kenaikan titik didihnya setiap 15 sekon sekali hingga akhir kenaikan titik didihnya tetap atau konstan.

Pada percobaan ini, diperoleh suhu konstan sebagai berikut.

a. Air suling yaitu 94℃. Seperti yang kita ketahui bahwa titik didih air sulung yang sebenernya adalah 100℃. Kemungkinan besar kesalahan disebabkan waktu pencatatan suhu terlalu cepat padahal belum mencapai suhu konstannya.

b. NaCl 0,1M, konstan saat suhu 100℃.

c. NaCl 0,5M, konstan saat suhu 101℃.

d. Urea 0,1M, konstan saat suhu 98℃.

e. Urea 0,5M, konstan saat suhu 100℃.

Dari hasil yang diperoleh di atas dapat disimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi (M) larutan, maka suhu untuk mencapai titik didihnya hingga konstan akan semakin besar dan lebih lama.

Sedangkan, dari perhitungan diperoleh suhu konstan sebagai berikut ini.

a. Air suling yaitu 94℃.

b. NaCl 0,1M, konstan saat suhu 100,00532℃.

c. NaCl 0,5M, konstan saat suhu 100,02765℃.

d. Urea 0,1M, konstan saat suhu 100,002765℃.

e. Urea 0,5M, konstan saat suhu 100,01383℃.

(Perhitungan pada Lampiran)


2. Penurunan Titik Beku

Pada percobaan ini, alat dan bahan yang digunakan yaitu tabung reaksi; termometer; batang pengaduk; sendok makan; air suling; larutan NaCl 0,1M; larutan NaCl 0,5M; larutan Glukosa 0,1M; dan larutan Glukosa 0,5M; garam dapur secukupnya; dan batu es secukupnya. Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk menetukan penurunan titk beku suatu larutan.

Cara kerja dalam praktikum ini, yaitu meletakkan es batu secukupnya pada nampan, kemudian ditambahkan dengan garam secukupnya. Pemberian garam ini bertujuan agar es tidak mudah melebur atau mencair. Kemudian, menggerakkan pengaduk hingga air suling atau larutan yang diuji membeku. Mencatat waktu penurunan titik beku ini setiap 15 sekon sampai suhu konstannya.

Pada percobaan ini, diperoleh suhu konstan sebagai berikut.

a. Air suling yaitu 0℃.

b. NaCl 0,1M, konstan saat suhu -0,5℃.

c. NaCl 0,5M, konstan saat suhu -1,5℃.

d. Glukosa 0,1M, konstan saat suhu -0,3℃.

e. Glukosa 0,5M, konstan saat suhu -2,5℃.

Dari hasil yang diperoleh di atas dapat disimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi (M) larutan, maka suhu untuk mencapai titik bekunya hingga konstan akan semakin rendah.

Sedangkan, dari perhitungan diperoleh suhu konstan sebagai berikut ini.

a. Air suling yaitu 0℃.

b. NaCl 0,1M, konstan saat suhu -0,02℃.

c. NaCl 0,5M, konstan saat suhu -0,099℃.

d. Glukosa 0,1M, konstan saat suhu -0,0099℃.

e. Glukosa 0,5M, konstan saat suhu -0,05℃.

(Perhitungan pada Lampiran)


3. Tekanan Osmotik

Pada percobaan ini, alat dan bahan yang digunakan yaitu corong tistel; gelas kimia; kertas selopan; karet gelang; dan sirop. Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk memahami proses osmosis melalui membran semi permeabel.

Cara kerja dalam praktikum ini, yaitu memasukkan sirop ke dalam corong tistel secukupnya. Lalu ditutupi dengan kertas selopan yang diikat dengan karet gelang. Setelah beberapa saat diamati, terjadi perubahan ketinggian (pertambahan dari titik awal) sebagai berikut.

a. 3 menit = 1,1 cm.

b. 5 menit = 1,4 cm.

c. 10 menit = 2,1 cm.

Pada praktikum ini, air dalam gelas kimia masuk ke dalam sirop melalui membran semi permeabel. Pada praktikum ini merupakan peristiwa osmosis yaitu perpindahan zat dari konsentrasi rendah menuju konsentrasi tinggi (hipotonik - hipertonik). Hal inilah yang menyebabkan penambahan tinggi sirop dari 3 - 10 menit. Selain itu, kenaikan atau pertambahan ini disebabkan karena adanya gerakan molekul-molekul air menuju sirop melalui kertas selopan.


Lampiran Perhitungan

1. Kenaikan Titik Didih

a. Air Suling (Kb air = 0,52℃m⁻¹)

- Berdasarkan pengamatan

Tb = 94℃

𝛥Tb = Tb° - Tb = 94℃ - 94℃ = 0℃

- Berdasarkan perhitungan

Tb = 𝛥Tb = 0℃


b. NaCl 0,1M (Larutan Elektrolit)

- Berdasarkan pengamatan

Tb NaCl 0,1M = 100℃

- Berdasarkan perhitungan

NaCl → Na⁺ + Cl⁻

i = 1 + (n-1) 𝛼 = 1 + (2-1) 1 = 2

𝛥Tb = M . V . [1.000/gr (p)] . Kb . i

𝛥Tb = 0,1 . 5x10⁻³ [1.000/94] . 0,52 . 2

𝛥Tb = 0,00532℃

Tb = Tb° + 𝛥Tb = 100 + 0,00532 = 100,00532℃


c. NaCl 0,5M (Larutan Elektrolit)

- Berdasarkan pengamatan

Tb NaCl 0,5M = 101℃

- Berdasarkan perhitungan

NaCl → Na⁺ + Cl⁻

i = 1 + (n-1) 𝛼 = 1 + (2-1) 1 = 2

𝛥Tb = M . V . [1.000/gr (p)] . Kb . i

𝛥Tb = 0,5 . 5x10⁻³ [1.000/94] . 0,52 . 2

𝛥Tb = 0,02765℃

Tb = Tb° + 𝛥Tb = 100 + 0,02765 = 100,02765℃


d. Urea 0,1M (Larutan Non Elektrolit)

- Berdasarkan pengamatan

Tb Urea 0,1M = 98℃

- Berdasarkan perhitungan

𝛥Tb = M . V . [1.000/gr (p)] . Kb

𝛥Tb = 0,1 . 5x10⁻³ [1.000/94] . 0,52

𝛥Tb = 0,002765℃

Tb = Tb° + 𝛥Tb = 100 + 0,002765 = 100,002765℃


e. Urea 0,5M (Larutan Non Elektrolit)

- Berdasarkan pengamatan

Tb Urea 0,5M = 100℃

- Berdasarkan perhitungan

𝛥Tb = M . V . [1.000/gr (p)] . Kb

𝛥Tb = 0,5 . 5x10⁻³ [1.000/94] . 0,52

𝛥Tb = 0,01383℃

Tb = Tb° + 𝛥Tb = 100 + 0,01383 = 100,01383℃


2. Penurunan Titik Beku

a. Air Suling (Kf air = 1,86℃m⁻¹)

- Berdasarkan pengamatan

Tf = 0℃

𝛥Tf = Tf° - Tf = 0℃ - 0℃ = 0℃

- Berdasarkan perhitungan

Tf = 𝛥Tf = 0℃


b. NaCl 0,1M (Larutan Elektrolit)

- Berdasarkan pengamatan

Tf NaCl 0,1M = -0,5℃

- Berdasarkan perhitungan

𝛥Tf = M . V . [1.000/gr (p)] . Kf . i

𝛥Tf = 0,1 . 5x10⁻³ [1.000/94] . 1,86 . 2

𝛥Tf = 0,020℃

Tf = Tf° - 𝛥Tf = 0 - 0,020 = -0,02℃


c. NaCl 0,5M (Larutan Elektrolit)

- Berdasarkan pengamatan

Tf NaCl 0,5M = -1,5℃

- Berdasarkan perhitungan

𝛥Tf = M . V . [1.000/gr (p)] . Kf . i

𝛥Tf = 0,5 . 5x10⁻³ [1.000/94] . 1,86 . 2

𝛥Tf = 0,099℃

Tf = Tf° - 𝛥Tf = 0 - 0,099 = -0,099℃


d. Glukosa 0,1M (Larutan Non Elektrolit)

- Berdasarkan pengamatan

Tf Glukosa 0,1M = -0,3℃

- Berdasarkan perhitungan

𝛥Tf = M . V . [1.000/gr (p)] . Kf

𝛥Tf = 0,1 . 5x10⁻³ [1.000/94] . 1,86

𝛥Tf = 0,0099℃

Tf = Tf° - 𝛥Tf = 0 - 0,0099 = -0,0099℃


e. Glukosa 0,5M (Larutan Non Elektrolit)

- Berdasarkan pengamatan

Tf Glukosa 0,5M = -2,5℃

- Berdasarkan perhitungan

𝛥Tf = M . V . [1.000/gr (p)] . Kf

𝛥Tf = 0,5 . 5x10⁻³ [1.000/94] . 1,86

𝛥Tf = 0,05℃

Tf = Tf° - 𝛥Tf = 0 - 0,05 = -0,05℃

Wednesday, December 07, 2022

PRAKTIKUM KIMIA DASAR : KOLOID

Koloid adalah jenis campuran heterogen yang terbentuk karena adanya dispersi suatu zat ke dalam zat lain yang dicampurkan. Umumnya, koloid berukuran 1 nm hingga 100 nm. Meskipun koloid merupakan jenis campuran, namun koloid berbeda dengan larutan dan suspensi. Ukuran partikel suspensi > 100 nm dan larutan sejati < 1 nm. Percobaan yang dilakukan meliputi :

1. Pembuatan Sol dengan Cara Dispersi

Dalam percobaan ini, alat dan bahan yang digunakan yaitu belerang (warna kuning), gula, air, gelas kimia, lumpang, dan alu. Tujuan dari percobaan ini adalah membuat sol belerang dengan cara dispersi, tepatnya melalui cara mekanik (dengan penggerusan). Dimulai dengan mencampur satu bagian gula dan belerang. Kemudian, digerus hingga halus. Hasil penggerusan ditambahkan dengan satu bagian gula lagi. Penggerusan dilakukan sampai dengan penambahan gula sebanyak 4x. Tujuan dari penggerusan berulang ini agar partikel-partikel yang terkandung dalam belerang dapat didispersikan menjadi partikel-partikel koloid.

Setelah dilakukan penggerusan, lalu dimasukkan ke dalam gelas kimia. Lalu ditambahkan dengan air. Setelah dicampur air, warna medium pendispersinya (air) menjadi keruh (seperti warna susu), sedangkan endapannya berwarna kuning muda. Hal ini terjadi karena adanya interaksi antara partikel-partikel koloid dengan partikel gula sehingga mengakibatkan warna sulfur menjadi kuning muda. Warna keruh pada gelas kimia tersebut merupakan sol belerang dan endapannya adalah sebagai wujud dari perubahan partikel kasar menjadi partikel-partikel koloid. Selanjutnya, sol belerang disimpan untuk digunakan dalam percobaan Efek Tyndall.


2. Pembuatan Sol dengan Cara Kondensasi

Dalam percobaan ini, alat dan bahan yang digunakan yaitu 50 mL air, larutan FeCl3 jenuh (setetes), batang pengaduk, gelas kimia, kaki tiga, dan alat pembakarnya. Tujuan dari percobaan ini adalah membuat sol Fe(OH)3 dengan cara kondensasi. Dimulai dengan memanaskan 50 mL air di dalam gelas kimia. Setelah mendidih, menambahkan setetes FeCl3 (warna awal larutan adalah coklat tua) pada tabung reaksi. Kemudian dilakukan pengadukan sehingga larutan menjadi berwarna coklat bening.

Pembuatan sol Fe(OH)3 ini merupakan pengubahan partikel larutan sejati menjadi partikel koloid. Pengubahan larutan sejati menjadi partikel koloid ini menggunakan prinsip hidrolisis, yaitu FeCl3 bereaksi dengan H2O (air) sehingga dihasilkan sol Fe(OH)3. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut.

FeCl3 + 3 H2O → Fe(OH)3 + 3 HCl

Setelah air mendidih kira-kira selama 20 menit ditambah FeCl3 menghasilkan sol Fe(OH)3. Selanjutnya, sol Fe(OH)3 disimpan untuk digunakan dalam percobaan Efek Tyndall.


3. Pembuatan Emulsi

Dalam percobaan ini, alat dan bahan yang digunakan yaitu 4 buah tabung reaksi, 1 mL minyak tanah, 1 mL premium, 1 mL pertamax, stopwatch, larutan sabun, dan air. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui ada tidak terpisahnya zat setelah dicampur air atau diteteskan dengan larutan sabun.

Percobaan dimulai dengan memasukkan terlebih dahulu 1 mL minyak tanah, 1 mL premium, 1 mL minyak goreng, dan 1 mL pertamax pada tabung reaksi. Kemudian, pada masing-masing tabung reaksi dimasukkan 5 mL air. Ketika ditambahkan air, ke empat zat terpisah dengan air dimana zat tersebut berada di permukaan tabung bagian atas. Keempat zat tersebut di atas permukaan karena memiliki massa jenis (𝜌) yang lebih kecil dari air. Jika diurutkan, urutan adalah 𝜌 minyak tanah < 𝜌 pertamax < 𝜌 premium < 𝜌 minyak goreng < 𝜌 air. Hal ini menyebabkan pemisahan tercepat adalah pada zat dengan massa jenis terkecil. Berdasarkan perhitungan waktu dengan stopwatch bahwa pemisahan minyak tanah + air adalah 16,19 detik ; pertamax + air adalah 35,39 detik ; premium + air adalah 1,26 menit ; dan minyak goreng + air adalah 9,46 menit.

Setelah itu, keempat campuran ditambahkan larutan sabun sebanyak 15 tetes. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah keempat zat itu akan memisah atau tidak. Setelah penetesan dilakukan, keempat zat tersebut ternyata menyatu atau tidak memisah. Penyatuan ini terjadi karena larutan sabun memiliki dua kutub yaitu polar yang bersatu dengan air dan non polar yang bersatu dengan keempat zat tersebut. Dengan adanya dua kutub ini, membuat larutan sabun menjadi emulgator (pembentuk emulsi) yang dapat menyebabkan air dan zat-zat menyatu. Jika diurutkan yang terlebih dahulu menyatu adalah air + sabun + pertamax. Lalu diikuti dengan minyak goreng, minyak tanah, dan premium.


4. Efek Tyndall

Dalam percobaan ini, alat dan bahan yang digunakan yaitu 5 gelas kimia, senter, K2CrO4 5%, sol Fe(OH)3, sol belerang, CuSO4, dan air. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengamati berkas cahaya dari senter dan perbedaan larutan dan sol ketika diterangi dengan senter.

Percobaan dimulai dengan memasukkan K2CrO4 5%, sol Fe(OH)3, sol belerang, CuSO4, dan air ke dalam gelas kimia. Kemudian diterangi dengan senter. Dari percobaan yaitu :

a. K2CrO4 : seluruh berkas sinar tidak tertahan atau menembus.

b. Sol Fe(OH)3 : berkas sinar dihamburkan, warna penghamburan lebih muda.

c. Sol Belerang : berkas sinar dihamburkan.

d. CuSO4 : seluruh berkas sinar tidak tertahan atau menembus

e. Air : seluruh berkas sinar tidak tertahan atau menembus.

Dari percobaan ini, dapat diketahui bahwa sol Fe(OH)3 dan sol belerang merupakan koloid, sedangkan K2CrO4 5%, CuSO4, dan air (pelarut) merupakan larutan.

Thursday, December 01, 2022

PRAKTIKUM KIMIA DASAR : STOIKIOMETRI

Stoikiometri berasal dari kata "stoicheion" dalam bahasa Yunani berarti mengukur. Dalam ilmu kimia, stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari kuantitas suatu zat dalam reaksi kimia. Zat-zat tersebut meliputi massa, jumlah mol, volume, dan jumlah partikel. Suatu reaksi kimia dapat dikatakan sebagai reaksi stoikiometri apabila reaktan dalam reaksi habis seluruhnya. Percobaan yang dilakukan meliputi :

1. Percobaan I : 25mL NaOH 0,5M dan 5mL CuSO4 0,5M

Pada percobaan I, digunakan 25mL NaOH dan 5mL CuSO4 dengan masing-masing konsentrasi larutan 0,5M. Kedua larutan dimasukkan ke dalam gelas kimia dengan memasukkan NaOH terlebih dahulu. Ketika larutan CuSO4 dituangkan pada NaOH terlihat endapan turun ke dasar gelas kimia. Kemudian, menempelkan kertas saring pada corong dengan menambahkan sedikit air untuk memudahkan penempelan kertas saring. Lalu meletakkan corong tersebut pada erlenmeyer. Setelah itu, meletakkan pengaduk di dalamnya. Adanya pengaduk adalah untuk membantu dalam menuangkan larutan tadi. Campuran 25mL NaOH dan 5mL CuSO4 tadi menghasilkan warna larutan yang bening. Warna endapan pada larutan ini adalah biru kehitaman. Perobaan ini jika dituliskan dalam reaksi kimia yaitu :

2 NaOH + CuSO4 → Na2SO4 + Cu(OH)2

Sebelum penyaringan, telah dilakukan penimbangan kertas saring terlebih dahulu. Tujuannya adalah agar mengetahui berat endapan yang diperoleh dari hasil pencampuran 25mL NaOH dan 5mL CuSO4 tadi. Berdasarkan penimbangan, berat kertas saring pada percobaan yaitu 1,1 gram. Setelah dilakukan pengeringan pada kertas saring dengan endapan, diperoleh hasil 3,7 gram. Ini berarti bahwa berat endapan tersebut adalah 2,6 gram.


2. Percobaan II : 15mL NaOH 0,5M dan 15mL CuSO4 0,5M

Pada percobaan II, digunakan 15mL NaOH 0,5M dan 15mL CuSO4 0,5M. Kedua larutan dimasukkan ke dalam gelas kimia dengan memasukkan NaOH terlebih dahulu. Sebelum melakukan penyaringan, kertas saring ditimbang terlebih dahulu dengan berat 1,0 gram. Larutan campuran 15mL NaOH 0,5M dan 15mL CuSO4 0,5M berwarna biru muda dengan warna endapan hijau toska. Setelah itu, penjemuran dilakukan. Saat penimbangan diperoleh 3,9 gram. Ini berarti bahwa berat endapan tersebut adalah 2,9 gram.


3. Percobaan III : 5mL NaOH 0,5M dan 25mL CuSO4 0,5M

Pada percobaan III, digunakan 5mL NaOH 0,5M dan 25mL CuSO4 0,5M. Kedua larutan dimasukkan ke dalam gelas kimia dengan memasukkan NaOH terlebih dahulu. Ketika 25mL CuSO4 0,5M dituangkan, larutan menjadi berwarna biru tua dan warna endapan biru kehijauan.  Sebelum melakukan penyaringan, kertas saring ditimbang terlebih dahulu dengan berat 1,1 gram. Setelah itu, penjemuran dilakukan. Saat penimbangan diperoleh 1,8 gram. ni berarti bahwa berat endapan tersebut adalah 0,7 gram.

Wednesday, November 30, 2022

PRAKTIKUM KIMIA DASAR : REAKSI REDOKS

Reaksi redoks adalah singkatan dari reaksi reduksi dan oksidasi yang berlangsung pada proses elektrokimia. Reaksi reduksi adalah reaksi yang mengalami penurunan bilangan oksidasi dan kenaikan elektron. Dapat dikatakan bahwa reaksi reduksi adalah reaksi dimana suatu zat melepas oksigen. Sedangkan reaksi oksidasi reaksi yang mengalami peningkatan bilangan oksidasi dan penurunan elektron. Dapat dikatakan bahwa reaksi oksidasi adalah reaksi dimana suatu zat mengikat oksigen.

Dalam praktikum ini, alat dan bahan yang digunakan adalah 1,96 gram Amonium Ferrosulfat; neraca untuk menimbang; labu ukur 50 mL; 10 mL H2SO4 2M; aquades; pipet tetes; labu erlenmeyer 100 mL; larutan KMnO4 0,01M; dan pipet 10mL dengan selang plastik atau balon pipet. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengamati perubahan biloks pada suatu reaksi. Reaksi yang akan ditentukan perubahan biloksnya adalah reaksi antara Fe²⁺ dengan Mn⁷⁺.

Yang pertama kali dilakukan adalah menghitung gram (NH4)2Fe(SO)46H2O atau Amonium Ferrosulfat dengan konsentrasi 0,1M sebanyak 50 mL. Berdasarkan perhitungan diperoleh 1,96 gram Amonium Ferrosulfat yang digunakan. Berikut ini perhitungannya :

M = 0,1M

V = 50 mL = 0,05 L


n = M V = 0,1 . 0,05

n = 0,005 mol


Mr = (2 x N) + (8 x H) + (1 x Fe) + ( 2 x S) + (8 x O) + (12 x H) + (6 x O)

Mr = (2 x 14) + (8 x 1) + (1 x 55,85) + (2 x 32) + (8 x 16) + (12 x 1) + (6 x 16)

Mr = 28 + 8 + 55,85 + 64 + 128 + 12 + 96

Mr = 391,85


massa = n Mr = 0,005 . 391,85

massa = 1,96 gram


Lalu ditimbang menggunakan neraca. Warna Amonium Ferrosulfat semula berwarna hijau kebiruan. Kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL dan ditambahkan 10 mL H2SO4 2M. Kemudian diencerkan dengan aquades sampai garis tanda labu ukur. Adanya larutan H2SO4 ini berguna sebagai zat pengkondisi asam untuk mengarahkan reaksi. Selain itu, penambahan H2SO4 juga berguna untuk mencegah terjadinya oksidasi Fe²⁺ menjadi Fe³⁺ sehingga terbentuk Fe(OH)3 yang dapat mengendap sebagian oleh air. Persamaan reaksinya yaitu :

Fe²⁺ + 2 OH⁻ → Fe(OH)3

4 Fe(OH)2 + 2 H2O + O2 → 4 Fe(OH)3

Karena Fe²⁺ masih murni dan belum teroksidasi, maka warna larutannya bening atau tidak berwarna.

Setelah itu, dilakukan kalibrasi pipet tetes yang akan digunakan untuk titrasi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bahwa dalam 1 mL terdapat beberapa tetes. Setelah kalibrasi diketahui bahwa 1 mL larutan dibutuhkan 24 tetes dari pipet tetes atau sama saja dengan 1 tetes = 0,04 mL. Setelah itu, 10 mL larutan (NH4)2Fe(SO)46H2O dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL. Dibutuhkan 85, 80, dan 82 tetes KMnO4 0,01M hingga terjadi perubahan warna. Perubahan ketika ditetesi adalah menjadi berwarna kuning seulas. Warna kuning seulas ini menandakan Fe²⁺ telah bereaksi dengan ion permanganat dan berubah atau teroksidasi menjadi ion Fe³⁺ yang berwarna kuning keemasan.

Dalam sistem Fe³⁺, ion Fe²⁺ merupakan bagian yang berperan dikarenakan potensial elektrodanya lebih kecil daripada potensial yang timbul dalam larutan MnO4⁻ dengan asam. Persamaan reaksinya yaitu :

Fe²⁺ → Fe³⁺ + e⁻

MnO4⁻ + 8 H⁺ + 5 e⁻ → Mn²⁺ + 4 H2O

Ketika Fe²⁺ berubah menjadi Fe³, terjadi perubahan biloks sebesar 1 dan terjadi pengikatan 1 elektron. Pada MnO4⁻ menjadi Mn²⁺ mengalami perubahan biloks sebesar 5 dan terjadi pengiktan 5 elektron. Persamaan redoks untuk percobaan ini yaitu :

Reduksi    : MnO4⁻ + 8 H⁺ + 5 e⁻ → Mn²⁺ + 4 H2O (Katoda)

Oksidasi   : 5 Fe²⁺ → 5 Fe³⁺ + 5 e⁻ (Anoda)

Hasil         :  MnO4⁻ + 8 H⁺ + 5 Fe²⁺ → Mn²⁺ + 5 Fe³⁺ + 4 H2O

Thursday, November 24, 2022

PRAKTIKUM KIMIA DASAR : REAKSI KIMIA

Dalam suatu reaksi kimia yang berlangsung, akan muncul beberapa peristiwa yang menjadi tanda-tanda bahwa suatu materi sedang mengalami perubahan kimia. Tanda-tanda terjadinya reaksi kimia pada suatu materi dapat diketahui dari beberapa hal seperti terjadi perubahan warna, perubahan suhu, pembentukan endapan, atau pembentukan gas. Percobaan yang dilakukan meliputi :

1. Indikator Sebagai Penunjuk Sifat Asam atau Basa

Pada percobaan pertama, digunakan HCl 0,05M dan NaOH 0,05M yang masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 1mL. Dalam percobaan ini diperlukan 4 tabung reaksi dimana 2 tabung reaksi diisi dengan 1mL HCl 0,05M dan 2 tabung lainnya masing-masing 1mL NaOH 0,05M.

Dalam percobaan ini digunakan indikator PP (Fenolftalein) dan MM (Metil Merah). Trayek perubahan warna PP berkisar dari 8,3 - 10,0. Ketika PP ditetesi pada larutan, apabila pH larutan < 8,3 maka larutan akan tetap tidak berwarna (bening). Sedangkan jika pH larutan > 10,0 maka larutan akan berubah warna menjadi merah. Untuk MM memiliki trayek perubahan warna berkisar dari 4,2 - 6,3. Ketika pH < 4,2 maka larutan yang ditetesi oleh MM akan menjadi berwarna merah. Sedangkan jika pH > 6,3 maka larutan yang ditetesi MM akan berwarna kuning.

Ketika ditetesi PP pada HCl dan NaOH diperoleh HCl tidak terdapat perubahan warna (bening) sedangkan NaOH menjadi berwarna merah muda. Lalu ketika ditetesi MM pada HCl dan NaOH diperoleh HCl menjadi berwarna merah muda sedangkan NaOH menjadi berwarna kuning. Maka, dapat disimpulkan bahwa HCl bersifat asam sedangkan NaOH bersifat basa.


2. Reaksi Pengendapan

a. Endapan Al

Pada percobaan ini, digunakan larutan Al2(SO4)3 0,1M ; NH4OH 1M ; dan NaOH 1M masing-masing sebanyak 1mL. Dalam percobaan ini dibutuhkan 2 tabung reaksi. Pada tabung reaksi pertama, dimasukkan 1mL Al2(SO4)3 0,1M (berwarna bening). Kemudian, ke dalam tabung reaksi ditambahkan 1mL NH4OH 1M sehingga larutan berubah menjadi keruh dan terdapat endapan pada tabung. Kemudian ditambahkan lagi NH4OH, tetes demi tetes. Pada percobaan ini diberikan 6 tetes pada tabung reaksi dan menyebabkan warna larutan tetap keruh namun endapan di permukaan mulai berkurang. Jadi, dapat disimpulkan semakin banyak NH4OH yang diberikan, maka endapan semakin berkurang.

Pada percobaan kedua, dimasukkan 1mL Al2(SO4)3 0,1M (berwarna bening). Lalu ditambahkan 1 mL NaOH 1M dan NH4OH 1M tetes demi tetes. Pada percobaan ini, terdapat endapan putih di permukaan. Ternyata dengan penambahan NaOH maka endapan putih semakin lama akan berkurang dan hilang.

Perobaan pertama jika ditulis dalam reaksi kimia yaitu :

Al2(SO4)3 + 6 NH4OH → 2 Al(OH)3 + 3 (NH4)2SO4

Perobaan kedua jika ditulis dalam reaksi kimia yaitu :

Al2(SO4)3 + 6 NaOH → 2 Al(OH)3 + 3 Na2SO4

Dari kedua percobaan ini dapat disimpulkan bahwa ketika Al2(SO4)3 bereaksi dengan NH4OH dan atau NaOH akan menghasilkan endapan Al. Semakin banyak NH4OH yang diberikan kepada Al2(SO4)3, maka endapan akan semakin sedikit atau berkurang (Percobaan I). Pada percobaan II, dengan adanya NaOH maka endapan akan berkurang sampai kemudian hilang.


b. Endapan Zn

Pada percobaan ini tidak jauh berbeda dengan percobaan pada endapan Al. Namun, pada percobaan ini Al2(SO4)3 diganti dengan ZnSO4 0,1M sebanyak 1mL. Pada percobaan I, mula-mula dimasukkan 1mL ZnSO4 0,1M ke dalam tabung reaksi (warna bening). Kemudian ditambahkan 1mL NH4OH 1M ke dalam tabung reaksi. Hal ini menyebabkan larutan menjadi keruh dan muncul endapan pada permukaan tabung. Ketika ditambahkan lagi NH4OH 1M tetes demi tetes, endapan mulai berkurang pada permukaan tabung. Jika ditulis dalam reaksi kimia yaitu :

ZnSO4 + 2 NH4OH → Zn(OH)2 + (NH4)2SO4

Pada percobaan II, mula-mula dimasukkan ZnSO4 0,1M sebanyak 1mL. Kemudian ditambahkan NaOH 1M sebanyak 1mL dan NH4OH 1M tetes demi tetes. Pada percobaan ini menyebabkan larutan menjadi keruh. Ternyata sama dengan percobaan pada Al2(SO4)3, dengan adanya NaOH maka endapan semakin berkurang dan larut. Jika ditulis dalam reaksi kimia yaitu :

ZnSO4 + 2 NaOH → Zn(OH)2 + Na2SO4

Dari kedua percobaan ini, endapan Zn akan terbentuk jika ZnSO4 direaksikan dengan NH4OH dan atau NaOH. Perbedaannya dalam hal kelarutan. Pada ZnSO4 yang diberikan NaOH menyebabkan endapan berkurang dan semakin larut dibandingkan jika hanya diberikan NH4OH. Jadi, dapat disimpulkan bahwa NaOH dapat melarutkan endapan Zn.


c. Endapan Ba

Pada percobaan ini digunakan 1mL larutan BaCl2 0,1M ; 1mL K2CrO4 0,1M ; dan 1 mL HCl 0,1M. Dalam percobaan ini dibutuhkan 2 tabung reaksi. Pada tabung reaksi pertama, mula-mula dimasukkan 1mL larutan BaCl0,1M (warna bening). Kemudian ditambahkan 1mL K2CrO4 0,1M pada tabung reaksi. Warna K2CrO4 adalah kuning terang. Ketika ditambahkan K2CrO4 larutan menjadi berwarna kuning muda dan terdapat endapan Ba pada dasar tabung. Percobaan ini jika ditulis dalam reaksi kimia yaitu :

BaCl2 + K2CrO4 → BaCrO4 + 2 KCl

Pada percobaan kedua, mula-mula dimasukkan 1mL larutan BaCl0,1M (warna bening). Kemudian pada tabung reaksi ditambahkan 1mL K2CrO4 0,1M dan 1 mL HCl 0,1M. Adanya HCl menyebabkan warna larutan menjadi kuning tua dan terdapat endapan di dasar tabung. Percobaan ini jika ditulis dalam reaksi kimia yaitu :

BaCl2 + 2 HCl + 2 K2CrO4 → BaCr2O7 + 4 KCl + H2O

Dari percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa endapan Ba terbentuk akibat adanya ion CrO4²⁻. Dari percobaan dapat diketahui bahwa kelarutan BaCl2 pada larutan HCl lebih lemah dibandingkan dengan penambahan BaCl2 dengan K2CrO4. Jadi, endapan Ba pada campuran BaCl2, HCl, dan K2CrO4 lebih banyak (warna larutan kuning tua) dibandingkan campuran BaCl2 dan K2CrO4 saja (warna larutan kuning muda).


3. Reaksi Pembentukan Gas CO2

Pada percobaan ini, digunakan tabung reaksi pipa samping dengan selang, 2 gr batu pualam (CaCO3), 3mL HCl 3M, penyumbat gas karet, dan larutan Ba(OH)2. Adanya selang digunakan untuk mengalirkan gas pada larutan Ba(OH)2. Percobaan pertama dilakukan dengan mengambil terlebih dahulu tabung reaksi pipa samping, kemudian menimbang 2 gram CaCO3 dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi pipa samping, kemudian ditambahkan 3mL HCl 3M ke dalam tabung. Menutup tabung dengan sumbat karet dan mengalirkannya ke dalam larutan Ba(OH)2. Saat pencampuran ada gelembung busa putih keruh dan gas CO2. Ketika dialiri pada Ba(OH)2, terdapat endapan putih di dasar tabung. Pada pembentukan CO2, tabung reaski terasa panas karena reaksi ini termasuk reaksi eksoterm. Sedangkan gas yang dialirkan pada Ba(OH)2, gelembung-gelembung itu terserap dan terbentuk endapan BaCO3. Persamaan reaksi CaCO3 dan HCl dapat ditulis :

CaCO3 + 2 HCl → CaCl2 + H2O + CO2

Sedangkan ketika gas CO2 dialirkan kepada Ba(OH)2 dapat ditulis :

CO2 + Ba(OH)2 → BaCO3 + H2O


4. Reaksi Pembentukan Warna

Pada percobaan ini digunakan campuran 1mL H2C2O4 0,1M + 2 tetes H2SO4 ; KMnO4 ; larutan FeSO4 ; tetesan H2SO4 2M ; 2mL FeCl3 0,1M ; 2mL KSCN 0,1M ; dan beberapa butir kristal Na3PO4. Pada percobaan pertama, campuran 1mL H2C2O4 0,1M + 2 tetes H2SO4 yang ada pada tabung reaksi ditambahkan KMnO4 tetes demi tetes. Pada campuran 1mL H2C2O4 0,1M + 2 tetes H2SO4, larutan masih berwarna bening. Ketika diberikan KMnO4 tetes demi tetes (warna KMnO4 adalah ungu tua), larutan menjadi berwarna ungu tua. Namun, setelah didiamkan warna ungu tua mulai menghilang. Sedangkan ketika larutan FeSO4 ditambah 2 tetes H2SO4 2M, larutan tetap bening dan ketika ditetesi oleh KMnO4 yang berwarna ungu tua, warna larutan menjadi merah bata dan terdapat endapan coklat.

Percobaan yang dilakukan selanjutnya adalah untuk membandingkan warna kedua larutan. Pada tabung reaksi pertama, dimasukkan 2mL FeCl3 0,1M (FeCl3 berwarna kuning), kemudian ditambahkan 2mL KSCN 0,1M (KSCN berwarna merah muda), dan ditambahkan beberapa butir kristal Na3PO4. Hasil dari pencampurannya menghasilkan larutan berwarna merah muda dan terdapat endapan putih. Sedangkan pada campuran FeCl3 + KSCN tanpa kristal Na3PO4, warna larutan menjadi berwarna merah darah. Dari reaksi-reaksi di atas ini menunjukkan bahwa reaksi kimia dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan warna.

Friday, November 18, 2022

PRAKTIKUM KIMIA DASAR : KETERAMPILAN DASAR DI LABORATORIUM

Percobaan yang dilakukan meliputi :

1. Pembuatan dan Pengenalan Suatu Gas

Pada praktikum ini, diperkenalkan cara pembuatan dan pengenalan suatu gas yaitu gas NH3 (Amonia). Gas NH3 diperoleh setelah kristal NH4Cl (Amonium Klorida) dilarutkan ke dalam larutan NaOH (Natrium Hidroksida). Kemudian dipanaskan di atas pembakar bunsen sampai mendidih. Adapun reaksi pembuatan NH3 yaitu :

NH4Cl + NaOH → NH3 + NaCl + H2O

(Amonium Klorida + Natrium Hidroksida → Gas Amonia + Natrium Klorida + Air)

Setelah mendidih akan terbentuk gas NH3. Gas NH3 yang telah mendidih akan mengeluarkan bau pesing. Lalu, menguji sifat gas NH3 dengan lakmus merah dan biru. Ketika lakmus merah diletakkan di atas mulut tabung, lakmus merah berubah menjadi biru. Ketika lakmus biru diletakkan di atas mulut tabung, lakmus tetap berwarna biru. Maka, dapat disimpulkan bahwa gas NH3 bersifat basa.


2. Pengenceran dengan Labu Ukur

Pengenceran dilakukan untuk memperkecil konsentrasi larutan yang mulanya pekat dengan menambahkan sejumlah pelarut tertentu, misalnya air. Setelah pengenceran, maka volume dan konsentrasi larutan akan berubah, namun jumlah zat terlarut tetap atau mol tidak berubah.

n1 = n2 → V1M1 = V2M2

Dalam praktikum ini, mengencerkan HCl dengan konsentrasi 1M menjadi 0,1M dengan volume 50 mL. Untuk itu, digunakan rumus untuk menentukan Volume air (V1) agar didapatkan n1 = n2 maka :

V1M1 = V2M2

V1(1) = (50)(0,1)

V1 = 5 mL

Dari perhitungan diperoleh bahwa untuk mendapatkan larutan standar 50 mL HCL 0,1M dapat diperoleh dengan pengenceran 1M HCl dengan 5 mL air.


3. Pengenceran H2SO4 Pekat

Larutan H2SO4 adalah larutan yang bersifat elektrolit kuat, bersifat korosif, dan menghasilkan panas jika dilarutkan dalam air. Semakin tinggi kepekatan  H2SO4, maka panas yang dirasakan akan semakin besar. Percobaan ini diawali dengan memasukan air suling 5 mL ke dalam tabung reaksi, lalu dimasukkan H2SO4 pekat ke dalam tabung reaksi sebanyak 1 mL. Sebelum reaksi, suhu air tidak panas. Namun, ketika dicampur 1 mL H2SO4, maka suhu campuran air dan H2SO4 menjadi panas. Dapat disimpulkan bahwa reaksi yang terjadi adalah reaksi eksoterm ditandai dengan suhu campuran reaksi yang meningkat. Pada percobaan ini, campuran air dan H2SO4 adalah sistem. Dan lingkungannya adalah bagian luar tabung reaksi.


4. Penyaringan (Memisahkan Endapan PbSO4 dari Suatu Larutan)

Penyaringan merupakan teknik pemisahan suatu endapan dari larutan. Pada praktikum ini, Pb(CH3COO)2 direaksikan dengan H2SO4 hasil pengenceran percobaan (3) sehingga menghasilkan PbSO4. Adapun persamaan reaksinya sebagai berikut.

Pb(CH3COO)2 + H2SO4 → PbSO4 + 2 CH3COOH

(Timbal Asetat + Asam Sulfat → Timbal Sulfat + Asam Asetat)


5. Titrasi Asam Basa

Pada dasarnya titrasi bertujuan untuk menentukan banyaknya asam atau basa yang secara kimia tetap (ekivalen) dengan banyaknya asam atau basa di dalam larutan tersebut. Reaksi yang terjadi pada titrasi ini adalah reaksi penetralan. Maka dalam penentuan larutan asam dapat ditentukan dengan menambahkan larutan basa yang diketahui konsentrasinya dan sebaliknya dalam penentuan larutan basa, dapat ditentukan dengan menambahkan larutan asam yang diketahui konsentrasinya.

Pada percobaan titrasi ini, akan dihitung konsentrasi HCl pada pengenceran (2). Maka HCl ditambahkan dengan indikator PP (tiga tetes), kemudian dapat dilihat bahwa warna larutan tetap bening. Hal ini karena indikator PP akan tetap bening pada kondisi asam. Indikator PP mempunyai trayek perubahan warna 8,3 - 10,0. Ketika pH < 8,3 maka larutan akan berwarna bening. Namun, ketika pH > 10,0 maka larutannya akan menjadi merah muda.

Setelah larutan tersebut ditetesi NaOH perlahan-lahan, maka larutan menjadi berwarna merah muda. Perubahan warna larutan ini menjadi merah muda merupakan titik ekivalen yang menandakan bahwa larutan telah bersifat basa.

Untuk hasil perhitungan konsentrasi yang maksimal dapat dilakukan percobaan ulang agar didapat volume rata-rata dari larutan tersebut. Percobaan dilakukan sebanyak 3x dan diperoleh volume 11,1 mL ; 9,5 mL ; dan 10,4 mL. Volume NaOH rata-rata diperoleh 10,33 mL. Sehingga dari perhitungan diperoleh konsentrasi HCl sebesar 0,1033 M. Dalam percobaan ini, titrasi larutan asam dengan larutan standar basa disebut titrasi alkalimetri.



Saturday, November 12, 2022

BERBAGI TULISAN (ACAK) : KKN DESA KAWOYANG

Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan sebuah program yang berada dalam naungan Lembaga Pendidikan Masyarakat (LPM) dari setiap Universitas yang ada di Indonesia. KKN merupakan salah satu kegiatan pengabdian civitas akademika kepada masyarakat dimana mahasiswa dituntut berperan aktif terhadap kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat. Penyelanggaraan KKN yang kami lakukan adalah berada di Desa Kawoyang, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.

Kegiatan KKN ini dilaksanakan pada tanggal 27 Juli 2015 - 27 Agustus 2015. Tim KKN di Desa Kawoyang berjumlah 29 orang dari berbagai fakultas. 

Fokus kerja yang kami lakukan terbagi menjadi 2 fokus utama, yaitu pendidikan dan sosial-masyarakat. Program kerja yang dilakukan terdiri atas :

1. Mengajar di Sekolah Dasar

Desa Kawoyang memiliki 2 Sekolah Dasar, yaitu SDN Kawoyang 1 dan SDN Kawoyang 2. Kegiatan ini dilakukan setiap hari dari pukul 07.30 - 12.00.

2. Bimbingan Belajar Calistung (Baca Tulis Hitung)

Bimbingan ini dilakukan setiap hari pada pukul 15.00 di Homestay Mahasiswa KKN.

3. English Club

Kami mengajarkan kata-kata sederhana dalam bahasa Inggris, seperti number (angka), colour (warna), fruits (buah-buahan), dan greetings (salam sapaan). Kegiatan ini dilakukan setiap hari Sabtu pukul 15.00 di SDN Kawoyang 1 dan SDN Kawoyang 2.

4. Fun Learning

Fun Learning berisikan materi pengenalan tentang kebudayaan Jepang, seperti memasak makanan khas Jepang (Onigiri), seni melipat kertas (Origami), pengenalan bahasa Jepang, dan story telling. Kegiatan ini dilakukan setiap hari Rabu pukul 15.00 di SDN Kawoyang 1 dan SDN Kawoyang 2.

5. Science is Fun

Mengangkat tema sains sederhana dan menyenangkan, kami mengajarkan ilmu sains di kehidupan sehari-hari. Beberapa eksperimen yang dilakukan yaitu pembuatan roket etanol, balon ajaib, dan lain-lain. Kegiatan ini dilakukan setiap hari Sabtu pukul 15.00 di SDN Kawoyang 1 dan SDN Kawoyang 2.

6. Pembenahan Sarana Prasarana Sekolah

Hasil dari kegiatan ini yaitu pembuatan rak sepatu, pembersihan kelas dan halaman sekolah, penempelan poster-poster edukasi, penempelan poster presiden dan wakil presiden, serta poster lambang negara Indonesia.

7. Pelatihan Baris Berbaris (PBB) dan Pelatihan Praja Muda Karana (Pramuka)

Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) yang ke-70, kami membuat berbagai macam perlombaan seperti lomba gerak jalan, pelatihan sandi-sandi pramuka, dan cerdas cermat. Pelatihan ini dilakukan setelah jam pelajaran di sekolah selesai, yaitu pada pukul 12.00 - 13.00.

8. Perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-70

Kegiatan ini diikuti oleh siswa-siswa SDN Kawoyang 1, SDN Kawoyang 2, dan warga sekitar. Beberapa perlombaan yang diadakan yaitu lomba futsal, makan kerupuk, memasukkan bendera ke dalam botol, balap karung, dan sebagainya. 

9. Kerja Bakti

Kerja bakti dilakukan setiap hari Jumat di SDN Kawoyang 1, SDN Kawoyang 2, dan Mushola An-Nur.

10. Pembuatan Gapura Tanda Selamat Datang di Desa Kawoyang

Desa Kawoyang yang terletak di perbukitan menyebabkan akses jalan  menuju Desa Kawoyang cukup sulit sehingga dibutuhkan adanya penanda jalan. Penanda jalan ini berbentuk plang tanda selamat datang di Desa Kawoyang. Kami membuat gapura dengan panjang 4m, lebar 1,5m, dan tinggi 2m.


Dokumentasi Foto Kegiatan KKN di Desa Kawoyang :