Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam larutan. Koligatif berasal dari bahasa Yunani "colligare" yang artinya kumpulan karena sifat ini bergantung dari banyaknya kumpulan partikel terlarut dalam larutan. Percobaan yang dilakukan meliputi :
1. Kenaikan Titik Didih
Pada percobaan ini, alat dan bahan yang digunakan yaitu tabung reaksi; gelas kimia 250 mL; termometer; batang pengaduk; pemanas; statif dan klem; air suling; larutan NaCl 0,1M; larutan NaCl 0,5M; larutan Urea 0,1M; dan larutan Urea 0,5M. Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk menetukan titik didih suatu larutan sampai konstan, lalu membandingkan hasil pengamatan dengan hasil perhitungan pada kenaikan titik didihnya.
Cara kerja dalam praktikum ini, yaitu memasukkan air dan larutan yang akan diuji untuk menentukan titik didihnya. Pada praktikum ini, air suling diganti dengan minyak goreng. Kemudian, menggantungkan termometer pada statif sehingga ujungnya berada pada minyak goreng atau larutan lain yang akan diuji pada gelas kimia. Gelas kimia itu kemudian dipanaskan hingga mencapai 90℃. Ketika sudah mencapai 90℃, mulai mencatat kenaikan titik didihnya setiap 15 sekon sekali hingga akhir kenaikan titik didihnya tetap atau konstan.
Pada percobaan ini, diperoleh suhu konstan sebagai berikut.
a. Air suling yaitu 94℃. Seperti yang kita ketahui bahwa titik didih air sulung yang sebenernya adalah 100℃. Kemungkinan besar kesalahan disebabkan waktu pencatatan suhu terlalu cepat padahal belum mencapai suhu konstannya.
b. NaCl 0,1M, konstan saat suhu 100℃.
c. NaCl 0,5M, konstan saat suhu 101℃.
d. Urea 0,1M, konstan saat suhu 98℃.
e. Urea 0,5M, konstan saat suhu 100℃.
Dari hasil yang diperoleh di atas dapat disimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi (M) larutan, maka suhu untuk mencapai titik didihnya hingga konstan akan semakin besar dan lebih lama.
Sedangkan, dari perhitungan diperoleh suhu konstan sebagai berikut ini.
a. Air suling yaitu 94℃.
b. NaCl 0,1M, konstan saat suhu 100,00532℃.
c. NaCl 0,5M, konstan saat suhu 100,02765℃.
d. Urea 0,1M, konstan saat suhu 100,002765℃.
e. Urea 0,5M, konstan saat suhu 100,01383℃.
(Perhitungan pada Lampiran)
2. Penurunan Titik Beku
Pada percobaan ini, alat dan bahan yang digunakan yaitu tabung reaksi; termometer; batang pengaduk; sendok makan; air suling; larutan NaCl 0,1M; larutan NaCl 0,5M; larutan Glukosa 0,1M; dan larutan Glukosa 0,5M; garam dapur secukupnya; dan batu es secukupnya. Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk menetukan penurunan titk beku suatu larutan.
Cara kerja dalam praktikum ini, yaitu meletakkan es batu secukupnya pada nampan, kemudian ditambahkan dengan garam secukupnya. Pemberian garam ini bertujuan agar es tidak mudah melebur atau mencair. Kemudian, menggerakkan pengaduk hingga air suling atau larutan yang diuji membeku. Mencatat waktu penurunan titik beku ini setiap 15 sekon sampai suhu konstannya.
Pada percobaan ini, diperoleh suhu konstan sebagai berikut.
a. Air suling yaitu 0℃.
b. NaCl 0,1M, konstan saat suhu -0,5℃.
c. NaCl 0,5M, konstan saat suhu -1,5℃.
d. Glukosa 0,1M, konstan saat suhu -0,3℃.
e. Glukosa 0,5M, konstan saat suhu -2,5℃.
Dari hasil yang diperoleh di atas dapat disimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi (M) larutan, maka suhu untuk mencapai titik bekunya hingga konstan akan semakin rendah.
Sedangkan, dari perhitungan diperoleh suhu konstan sebagai berikut ini.
a. Air suling yaitu 0℃.
b. NaCl 0,1M, konstan saat suhu -0,02℃.
c. NaCl 0,5M, konstan saat suhu -0,099℃.
d. Glukosa 0,1M, konstan saat suhu -0,0099℃.
e. Glukosa 0,5M, konstan saat suhu -0,05℃.
(Perhitungan pada Lampiran)
3. Tekanan Osmotik
Pada percobaan ini, alat dan bahan yang digunakan yaitu corong tistel; gelas kimia; kertas selopan; karet gelang; dan sirop. Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk memahami proses osmosis melalui membran semi permeabel.
Cara kerja dalam praktikum ini, yaitu memasukkan sirop ke dalam corong tistel secukupnya. Lalu ditutupi dengan kertas selopan yang diikat dengan karet gelang. Setelah beberapa saat diamati, terjadi perubahan ketinggian (pertambahan dari titik awal) sebagai berikut.
a. 3 menit = 1,1 cm.
b. 5 menit = 1,4 cm.
c. 10 menit = 2,1 cm.
Pada praktikum ini, air dalam gelas kimia masuk ke dalam sirop melalui membran semi permeabel. Pada praktikum ini merupakan peristiwa osmosis yaitu perpindahan zat dari konsentrasi rendah menuju konsentrasi tinggi (hipotonik - hipertonik). Hal inilah yang menyebabkan penambahan tinggi sirop dari 3 - 10 menit. Selain itu, kenaikan atau pertambahan ini disebabkan karena adanya gerakan molekul-molekul air menuju sirop melalui kertas selopan.
Lampiran Perhitungan
1. Kenaikan Titik Didih
a. Air Suling (Kb air = 0,52℃m⁻¹)
- Berdasarkan pengamatan
Tb = 94℃
𝛥Tb = Tb° - Tb = 94℃ - 94℃ = 0℃
- Berdasarkan perhitungan
Tb = 𝛥Tb = 0℃
b. NaCl 0,1M (Larutan Elektrolit)
- Berdasarkan pengamatan
Tb NaCl 0,1M = 100℃
- Berdasarkan perhitungan
NaCl → Na⁺ + Cl⁻
i = 1 + (n-1) 𝛼 = 1 + (2-1) 1 = 2
𝛥Tb = M . V . [1.000/gr (p)] . Kb . i
𝛥Tb = 0,1 . 5x10⁻³ [1.000/94] . 0,52 . 2
𝛥Tb = 0,00532℃
Tb = Tb° + 𝛥Tb = 100 + 0,00532 = 100,00532℃
c. NaCl 0,5M (Larutan Elektrolit)
- Berdasarkan pengamatan
Tb NaCl 0,5M = 101℃
- Berdasarkan perhitungan
NaCl → Na⁺ + Cl⁻
i = 1 + (n-1) 𝛼 = 1 + (2-1) 1 = 2
𝛥Tb = M . V . [1.000/gr (p)] . Kb . i
𝛥Tb = 0,5 . 5x10⁻³ [1.000/94] . 0,52 . 2
𝛥Tb = 0,02765℃
Tb = Tb° + 𝛥Tb = 100 + 0,02765 = 100,02765℃
d. Urea 0,1M (Larutan Non Elektrolit)
- Berdasarkan pengamatan
Tb Urea 0,1M = 98℃
- Berdasarkan perhitungan
𝛥Tb = M . V . [1.000/gr (p)] . Kb
𝛥Tb = 0,1 . 5x10⁻³ [1.000/94] . 0,52
𝛥Tb = 0,002765℃
Tb = Tb° + 𝛥Tb = 100 + 0,002765 = 100,002765℃
e. Urea 0,5M (Larutan Non Elektrolit)
- Berdasarkan pengamatan
Tb Urea 0,5M = 100℃
- Berdasarkan perhitungan
𝛥Tb = M . V . [1.000/gr (p)] . Kb
𝛥Tb = 0,5 . 5x10⁻³ [1.000/94] . 0,52
𝛥Tb = 0,01383℃
Tb = Tb° + 𝛥Tb = 100 + 0,01383 = 100,01383℃
2. Penurunan Titik Beku
a. Air Suling (Kf air = 1,86℃m⁻¹)
- Berdasarkan pengamatan
Tf = 0℃
𝛥Tf = Tf° - Tf = 0℃ - 0℃ = 0℃
- Berdasarkan perhitungan
Tf = 𝛥Tf = 0℃
b. NaCl 0,1M (Larutan Elektrolit)
- Berdasarkan pengamatan
Tf NaCl 0,1M = -0,5℃
- Berdasarkan perhitungan
𝛥Tf = M . V . [1.000/gr (p)] . Kf . i
𝛥Tf = 0,1 . 5x10⁻³ [1.000/94] . 1,86 . 2
𝛥Tf = 0,020℃
Tf = Tf° - 𝛥Tf = 0 - 0,020 = -0,02℃
c. NaCl 0,5M (Larutan Elektrolit)
- Berdasarkan pengamatan
Tf NaCl 0,5M = -1,5℃
- Berdasarkan perhitungan
𝛥Tf = M . V . [1.000/gr (p)] . Kf . i
𝛥Tf = 0,5 . 5x10⁻³ [1.000/94] . 1,86 . 2
𝛥Tf = 0,099℃
Tf = Tf° - 𝛥Tf = 0 - 0,099 = -0,099℃
d. Glukosa 0,1M (Larutan Non Elektrolit)
- Berdasarkan pengamatan
Tf Glukosa 0,1M = -0,3℃
- Berdasarkan perhitungan
𝛥Tf = M . V . [1.000/gr (p)] . Kf
𝛥Tf = 0,1 . 5x10⁻³ [1.000/94] . 1,86
𝛥Tf = 0,0099℃
Tf = Tf° - 𝛥Tf = 0 - 0,0099 = -0,0099℃
e. Glukosa 0,5M (Larutan Non Elektrolit)
- Berdasarkan pengamatan
Tf Glukosa 0,5M = -2,5℃
- Berdasarkan perhitungan
𝛥Tf = M . V . [1.000/gr (p)] . Kf
𝛥Tf = 0,5 . 5x10⁻³ [1.000/94] . 1,86
𝛥Tf = 0,05℃
Tf = Tf° - 𝛥Tf = 0 - 0,05 = -0,05℃
No comments:
Post a Comment