Wednesday, May 21, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 46)

Semesta Arkiv

Seniman kontemporer asal Bandung Arkiv Vilmansa menggelar pameran tunggal bertajuk "Semesta Arkiv" di Galeri Nasional Indonesia, menghadirkan eksplorasi seni, teknologi, dan kemanusiaan. Pameran ini merupakan hasil kolaborasi antara Galeri Nasional Indonesia, Studio Arkiv, dan Galeri Zen1. Dalam pameran ini, Arkiv menampilkan kolaborasi dengan sejumlah seniman, seperti Sunaryo, Darbotz, Erwin Windu Pranata, dan Mulyana (Mangmoel). Menampilkan lebih dari 100 karya, termasuk lukisan, patung, instalasi, dan art toys, pameran ini mengajak pengunjung menjelajahi perjalanan kreatif Arkiv yang dikenal dengan eksplorasi warna dan karakter imajinatifnya. Dibungkus tajuk Semesta Arkiv, pameran ini menyoroti jejak baru perupa kontemporer asal Bandung itu dalam mengeksplorasi tema biota laut di Indonesia. "Tema biota laut ini sebenarnya berangkat dari trauma. Saat kecil saya pernah berenang di laut Ancol dan disengat ubur-ubur. Tapi orang tua saya mengatakan mereka juga makhluk hidup. Dari sinilah saya lalu mengeksplorasinya," katanya.

Laut Semua Warna yang terletak di Gedung A menampilkan karya-karya Arkiv yang terinspirasi oleh kehidupan laut, menandai fase perubahan dan pembaruan dalam karyanya. Bagian ini juga terkait dengan proyek seni "Widya Segara" dan kolaborasi dengan seniman lain. Sintesa yang berada di Gedung B menampilkan hasil kolaborasi kreatif Arkiv dengan seniman seperti Sunaryo, Darbotz, Erwin Windu Pranata, dan Mulyana (Mangmoel). Bagian ini mencerminkan perkembangan karier Arkiv dan wacana seni rupa Indonesia. Metaphor of Memory di Gedung D menyajikan karya-karya yang menggambarkan perjalanan Arkiv sebagai seniman dan desainer serta menjadi penanda dalam penciptaan karakter khas Mickiv. Bagian ini juga menampilkan "Monument of Sense", hasil kolaborasi Arkiv dengan Sunaryo.

Menurut Arkiv, pameran ini merupakan penghormatannya pada laut, warna, dan kolaborasi. “Saya ingin mengajak penikmat seni untuk tidak hanya melihat, tetapi ‘merasakan’ bagaimana seni bisa menjadi medium yang membebaskan, bahkan di tengah kompleksitas zaman,” imbuhnya. Pameran ini berlangsung pada tanggal 22 Februari 2025 - 22 Mei 2025.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 20 Mei 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Monday, May 12, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 45)

Unboxed : Rethink Asian Art

Pameran ini berawal dari sebuah pertanyaan : Apa artinya berkarya sebagai seniman Asia hari ini—ketika identitas kita berakar, namun terus bergerak? UNBOXED lahir dari berbagai dialog, kunjungan studio, dan niat tulus untuk memandang seni Asia bukan sebagai sebuah kategori yang sempit, melainkan sebagai ruang yang senantiasa berkembang dan terbuka untuk ditafsir ulang.

Judul pameran ini mencerminkan sebuah pernyataan penolakan—terhadap pelabelan, penyederhanaan, dan pembatasan. Kami ingin menciptakan ruang bagi para seniman yang berani bertanya, berpikir kritis, dan mencipta dengan ciri khas mereka sendiri.

Setiap seniman dalam UNBOXED berasal dari latar geografis dan budaya yang beragam—Surabaya, Yogyakarta, Batu, Malang, Bali, dan Singapura. Kota-kota ini bukan sekadar titik di peta ; mereka adalah ruang hidup yang berdenyut, penuh sejarah, warisan, memori, dan proses pencarian. Kami tidak memilih seniman hanya untuk mewakili kotanya, tetapi karena karya mereka menggugah cara kita memandang ruang hidup, identitas, dan rasa kebersamaan.

Pameran ini tidak dikurasi melalui lensa tunggal. Ia tumbuh secara perlahan dan penuh kehati-hatian—melalui dialog, kepercayaan, dan semangat kolaborasi. Kami mengundang seniman yang tidak hanya menghadirkan karya yang kuat, tetapi juga membawa pembaruan cara berpikir tentang makna ‘Asia’ dan ‘kontemporer’—tanpa harus membuktikan atau membela nilai dirinya di hadapan siapa pun.

UNBOXED bukanlah sebuah jawaban—melainkan sebuah proses. Sebuah percakapan yang hidup dan terus bergulir. Dan kami merasa terhormat bahwa Anda bersedia berbagi momen dari perjalanan ini bersama kami. Pameran berlangsung pada tanggal 18 April 2025 - 18 Juli 2025 di Kotak : Art Collective 12A Jalan Gunung Sahari II, Level 4 Jakarta 10610.

(Dikutip dari Kotak Unboxed Booklet : Joel Harumal, Founder & Director Kotak : Art Collective)

Saya menghadiri pameran pada tanggal 09 Mei 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Sunday, May 11, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 44)

Happy to Connect

ROH Jakarta kembali menyapa para pencinta seni kontemporer dengan pameran terbarunya “Happy to Connect”, yang menampilkan kolaborasi dua seniman berbakat, Dusadee Huntrakul dan Faisal Habibi. Melalui karya-karya mereka, pengunjung diajak melihat bagaimana berbagai material dan cerita bisa saling terhubung lewat karya seni. 

Dusadee Huntrakul adalah seniman asal Bangkok yang telah berpartisipasi dalam banyak pameran internasional, termasuk Bangkok Art Biennale 2024 dan Singapore Biennale 2019. Ia menempuh pendidikan seni di University of California, Los Angeles (BFA) dan University of California, Berkeley (MFA). Karyanya banyak mengeksplorasi hubungan manusia dengan benda, budaya, dan sejarah. Sedangkan, Faisal Habibi, seniman asal Jakarta, menempuh pendidikan seni patung di Institut Teknologi Bandung. Ia dikenal lewat karyanya yang menantang bentuk dan fungsi benda sehari-hari. Beberapa karya Faisal pernah dipamerkan di pameran bergengsi seperti Art Basel Hong Kong, dan ia juga pernah mengikuti program residensi di ZK/U Berlin. Karya-karyanya banyak mengangkat tema konsumerisme, perubahan material, dan kehidupan urban. 

Dalam pameran “Happy to Connect”, Faisal Habibi banyak menggunakan material sisa dari Bali, seperti potongan plastik, logam, dan limbah lainnya. Bahan-bahan tersebut dipanaskan, dilelehkan, lalu dibentuk ulang menjadi karya baru. Dengan cara ini, Faisal ingin menunjukkan bahwa benda-benda bekas pun masih punya kemungkinan untuk berubah dan membentuk hubungan baru satu sama lain. Sementara itu, Dusadee Huntrakul membawa karya patung berbahan kuningan yang sarat makna. Ia membuat tokek berkepala dua sebagai simbol sahabat perjalanan, telur yang dijaga dengan jari sebagai lambang harapan, dan kaki ayam yang dirangkai menjadi kalung untuk menghormati leluhur. Lewat karya-karya ini, Dusadee mengajak pengunjung merenungkan hubungan antarmanusia, tradisi, dan kenangan yang diwariskan dari generasi ke generasi. 

Pameran ini semakin istimewa dengan kehadiran gambar-gambar karya Prinn Seeumpornroj Huntrakul, anak Dusadee. Gambar-gambar ini tidak hanya melengkapi karya ayahnya, tapi juga menjadi semacam pengingat tentang pentingnya ikatan keluarga dalam perjalanan hidup dan berkarya. Selain karya visual, pengunjung juga bisa menikmati puisi berjudul “Mud Garden” karya Samuel Lee. Puisi ini memperkuat tema utama tentang bagaimana material bekas, kenangan, dan hubungan manusia tidak pernah benar-benar statis. Seperti lumpur yang basah dan terus berubah bentuk, benda-benda di sekitar kita – termasuk hubungan dan pengalaman hidup – terus bergerak, saling bertemu, berpisah, dan menciptakan sesuatu yang baru. 

Pameran “Happy to Connect” berlangsung pada tanggal 26 April 2025 - 25 Mei 2025. ROH berlokasi di Jalan Surabaya 66, Jakarta, dan buka setiap Rabu hingga Jumat pukul 13.00-19.00, serta Sabtu dan Minggu pukul 11.00-19.00. 

Saya menghadiri pameran pada tanggal 08 Mei 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Sunday, May 04, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 43)

Mumool

Choi Sang-chul adalah seniman kontemporer Korea yang terus-menerus mempertanyakan hakikat seni melalui metode kerja, tantangan, dan eksperimennya yang unik. Dalam aliran seni abstrak Korea yang terus berkembang sejak tahun 1970-an, Choi telah membangun dunia seninya sendiri yang unik. Selama 50 tahun terakhir berkarya dengan penuh pengabdian, pertanyaan mendasar tetap menjadi inti karyanya, yakni hakikat seni itu sendiri. 

"Apa hakikat melukis? Saya ingin menyaksikan momen ketika sebuah lukisan pertama kali lahir ke dunia ini." Pertanyaan ini mencerminkan kerinduan untuk mengalami momen yang tepat saat sebuah lukisan pertama kali muncul. Sebuah lukisan berasal dari kekacauan—suatu keadaan di mana segala sesuatunya terjerat, tak terbentuk, dan terkompresi dengan energi yang sangat besar. Kemudian, menerobos kekacauan itu seperti sebuah ledakan, sebuah lukisan menampakkan dirinya sendiri. Choi telah menamai penyelidikan ontologis ini ke dalam makna eksistensial seni "Mumool" (Ketiadaan dan Objektivitas). Ia melanjutkan karyanya dalam kesabaran yang hening, menunggu apa yang belum terjadi (Moo) untuk mewujud (Mul). 

Choi menemukan semacam kebebasan dalam ruang kosong yang tidak tersentuh oleh kuas. Kesadaran ini mendorongnya untuk menciptakan dan bereksperimen dengan berbagai alat, dan menolak alat yang dirancang untuk memudahkan melukis. Ia tidak lagi menggunakan kuas, tetapi memperkenalkan alat yang tidak dikenal, tidak terduga, dan tidak dapat dikontrol, sehingga kanvas menjadi ruang untuk kejadian yang tidak disengaja. Dengan mengabaikan keinginan untuk melukis dengan cermat, dengan melepaskan kebutuhan untuk berekspresi, Choi akhirnya menyerahkan peran seniman kepada objek itu sendiri. Dalam tindakan penyerahan diri inilah dunia baru terlihat. 

Untuk seri terbarunya "Mumool", Choi meletakkan kerikil kecil di atas kanvas kosong. Kerikil yang bentuknya tidak beraturan itu menggelinding bebas di atas permukaan yang miring, meninggalkan jejak saat bergerak. Ia mendengarkan getaran batu saat menggelinding di atas kanvas yang kencang dan suara tajam namun berirama saat batu menghantam bingkai kayu di tepinya. Ia mendengarkan bunyi tanda-tanda yang memekakkan telinga ini dalam lintasannya, merasakan munculnya lukisan yang "diciptakan tanpa melukis." 

Karya Choi dipenuhi dengan energi yang mencerminkan tatanan inheren di mana semua hal ada dengan caranya sendiri. Untuk menghadapi dunia yang teratur ini melalui tindakan mengosongkan diri, dibutuhkan perjuangan yang sulit dengan diri sendiri. Dunia tempat kita hidup terus-menerus menuntut lebih banyak hal untuk diisi, dikumpulkan, diciptakan tanpa henti, demi kenyamanan. Namun, Choi dengan keras kepala bergerak ke arah yang berlawanan. Dia secara aktif memilih ketidaknyamanan, merangkul pengurangan, pembuangan, dan pengosongan. Dia bahkan tidak membiarkan dirinya berambisi untuk melukis dengan baik. 

Berdiri di hadapan kemungkinan tak terbatas dari hal yang tidak diketahui, Choi melanjutkan praktiknya dalam keheningan—bukan menginginkan, tetapi menanggapi. Melalui karyanya, orang akan menjumpai dunia seni abstrak kontemporer Korea—dunia yang tidak muncul melalui penegasan, tetapi melalui penyerahan diri kepada apa yang belum terungkap. Pameran karya Choi Sang-chul "Mumool" ini berlangsung pada tanggal 24 April 2025 - 24 Mei 2025 di Baik Art.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 02 Mei 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Sunday, April 27, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 42)

We Begin with Everything

Galeri seni terbaru di Jakarta, Ara Contemporary, hadirkan pameran perdananya bertajuk “We Begin with Everything” pada tanggal 12 April hingga 4 Mei 2025. Ara Contemporary sendiri merupakan galeri seni yang baru diresmikan pada tanggal 12 April 2025. Berlokasi di Jalan Tulodong Bawah 1 Nomor 163, Senayan, Jakarta Pusat, galeri ini berfokus untuk mengenalkan seni rupa di Asia Tenggara ke kancah global. Pameran seni ini menampilkan karya-karya dari 17 seniman terkemuka dari Asia Tenggara. Pameran ini dimeriahkan oleh Agan Harahap, Albert Yonathan Setyawan, Alisa Chunchue, Carmen Ceniga Prado, Condro Priyoaji, Dawn Ng, Enggar Rhomadioni, Irfan Hendrian, Ipeh Nur, Iwan Effendi, Kelly Jin Mei, Mar Kristoff, Marcos Kueh, Natalie Sasi Organ, S Urubingwaru, Wedhar Riyadi, dan Xiuching Tsay.

Megan Arlin, salah satu founder Ara Contemporary mengatakan, visi utama mereka membuka galeri ini adalah untuk mendukung seniman di kawasan Asia Tenggara dan mengadvokasi praktik mereka baik secara lokal maupun internasional agar semakin dikenal publik. Pemilihan Ara Contemporary juga bukan tanpa alasan. Nama tersebut merupakan kombinasi nama belakang dari para pendirinya, yakni Megan Arlin, Fiesta Ramadanti, dan Fredy Chandra. Frasa Ara juga berasal dari bahasa Sanskerta, yang berarti tempat berlindung. “Ini merupakan pameran perdana kami dan menjadi perayaan atas karya-karya para seniman dari Asia Tenggara. Pameran ini juga sebagai bentuk hajatan untuk melihat proses kreatif dari para seniman tersebut,” ujar Danti begitu sapaan akrab Fiesta di Jakarta.

We Begin with Everything mengambil inspirasi dari The Creative Act: A Way of Being karya Rick Rubin yang kemudian dituangkan dalam sebuah pameran seni. Judul pameran mencerminkan prinsip utama filosofi Rubin: bahwa tindakan menciptakan adalah sumber yang tak ada habisnya dan selalu ada. Tak hanya itu, We Begin with Everything merayakan sebuah konsep yang berubah menjadi manifestasi nyata dan proses berkelanjutan untuk menjadi sesuatu tercermin. Tidak hanya pada awal galeri tetapi juga nilai dari proses yang dilakukan seniman.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 24 April 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Saturday, April 26, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 41)

DreamScape

Ultra Milk membuat Exhibition bertema #JustMove in DreamScape yang berkolaborasi dengan Indah Oei. Terinspirasi oleh mimpi Indah Oei, konsep ini mengeksplorasi perpaduan antara kesadaran dan imajinasi, mengaburkan batas antara kesadaran dan alam kreativitas yang tak terbatas. Setiap karya seni berfungsi sebagai portal menuju lanskap surealis, tempat elemen-elemen yang familiar terjalin dengan distorsi seperti mimpi, mengundang penonton untuk menjelajahi ruang tempat realitas dan fantasi hidup berdampingan. Melalui detail yang rumit, warna-warna cerah, dan komposisi yang cair, karya-karya ini mengungkap hubungan mendalam antara dunia luar dan kemungkinan pikiran yang tak terbatas. Dengan membenamkan diri dalam perjalanan visual ini, penonton didorong untuk melakukan introspeksi, mempertanyakan persepsi, dan membuka potensi kreatif mereka sendiri. Pameran Just Move in DreamScape ini berlangsung mulai tanggal 19 April 2025 - 18 Mei 2025 di C'Project by MoT, Wisma Geha 2nd Floor, Jl. Timor No. 25, Menteng, Jakarta Pusat. 

Saya menghadiri pameran pada tanggal 23 April 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Sunday, March 30, 2025

BERBAGAI TULISAN (ACAK) : AKHIRNYA KE HOKKAIDO

Akhirnya harapan saya terwujud untuk pergi ke Hokkaido saat musim dingin tahun 2025 ini sesuai tulisan sebelumnya pada tanggal 12 April 2024 yaitu Berbagi Tulisan (Acak) : Destinasi Impian Hokkaido.

16-17 Februari 2025

Pada tanggal 16 Februari 2025, saya berangkat dari rumah di Bekasi menuju ke Bandara Soekarno Hatta. Saya berangkat pada pukul 15.30 dan sampai di bandara sekitar pukul 17:00. Peserta tour kali ini berjumlah 22 orang dan kami diminta untuk tiba di bandara pada pukul 18:30. Singkat cerita, penerbangan kami menggunakan maskapai All Nippon Airways (ANA) sebagai berikut :

NH856 16FEB CGK - HND 21:45 - 06:50

NH055 17FEB HND - CTS 09:05 - 10:40

Penerbangan berjalan dengan ontime dari Bandara Soekarno Hatta (CGK) ke Haneda Airport (HND) dan juga sampai ke New Chitose Airport (CTS). Sekitar pukul 11:00, kami sudah tiba di Hokkaido dan langsung berganti pakaian yang tebal karena udaranya sangatlah dingin. Lalu, dilanjutkan dengan makan siang bersama. Seluruh perjalanan di Hokkaido adalah menggunakan fasilitas bus.

Pada hari pertama, kami diantar menuju Noboribetsu Date Jidai Village. Tempat ini merupakan taman tematik yang menggambarkan kondisi Jepang di zaman Edo (1603 - 1867), baik dari pakaian hingga budayanya. Saat memasuki kawasan ini, pengunjung langsung disambut orang-orang berpakaian ninja dan samurai. Taman ini menyajikan sejumlah pertunjukan yang mengasyikan dan dramatis termasuk tari tradisional serta peragaan ninja dan samurai yang menarik. Kami menghabiskan waktu disini sampai dengan pukul 15:00 waktu setempat.

Lalu, kami melanjutkan perjalanan menuju Noboribetsu Jigokudani Hell Valley. Wilayah ini termasuk ke dalam Taman Nasional Danau Shikotsu dan Danau Toya. Dikenal sebagai "Lembah Kematian" atau "Lembah Neraka", wilayah ini merupakan kaldera yang muncul setelah letusan dahsyat Gunung Kuttara 20.000 tahun lalu. Uap vulkanik yang mengepul dari dalam kawah dan bau belerang membuat warga kerap menyebut Jigokudani sebagai "Pintu Gerbang Menuju Neraka". Masyarakat sekitar juga mempercayai bahwa kawah tersebut merupakan tempat sekelompok iblis yang dapat hidup dalam suhu teramat panas. 

Setelah itu, dilanjutkan menuju ke Seicomart untuk berbelanja cemilan dan makanan-makanan lainnya. Seicomart adalah minimarket (convenience store) yang lahir di Hokkaido pada tahun 1971. Bisa dikenali dari papan reklame berwarna oranye dan gambar burung Phoenix. Setelah berbelanja, kami menuju ke Hotel Toya Sun Palace Resort & Spa untuk makan malam dan beristirahat. Sebelum tidur, saya mencoba pengalaman berendam di onsen untuk pertama kalinya. Kata onsen (温泉) dalam bahasa Jepang berarti sumber air panas atau mata air panas. "On" (温) berarti panas, dan "sen" (泉) berarti sumber air atau mata air. Kemudian, onsen digunakan untuk istilah pemandian yang airnya berasal dari sumber air panas alami. Rasanya badan terasa rileks kembali dan membuat pikiran menjadi tenang. Selesai berendam, saya langsung beristirahat di kamar.


18 Februari 2025

Pada hari kedua, saya sengaja bangun pagi sekali, kemudian mandi, lalu mulai mengeksplor hotel dan sekitarnya. Hari ini, mulai turun salju dengan intensitas ringan - sedang. Ini adalah harapan saya karena memang momen bersalju inilah yang saya cari. Kemudian, saya sarapan pagi sekitar pukul 07:00. Pukul 08:30, kami check out hotel dan kemudian menuju destinasi selanjutnya.

Destinasi yang dikunjungi hari ini adalah Lake Toya. Lake Toya adalah danau di Jepang yang berasal dari kaldera gunung berapi dan terletak di kawasan Taman Nasional Shikotsu, Distrik Abuta, Hokkaido, Jepang. Menariknya, danau ini tidak pernah membeku karena di bawah danau ini masih merupakan sisa dari gunung berapi yang aktif. Danau ini memiliki karakteristik yang sama dengan salah satu danau di Indonesia bernama Danau Toba, walaupun Danau Toya tidak seluas Danau Toba.

Kemudian, dilanjutkan mengunjungi Showa Shinzan Bear Ranch. Tempat ini memiliki lebih dari 100 beruang coklat Hokkaido. Disini, pengunjung dapat membeli beberapa kantong buah apel dan kue untuk memberi mereka makan. Tidak lupa saya juga membeli souvenir berupa boneka beruang sebagai kenang-kenangan. Sekitar pukul 10:30, kami pergi ke destinasi selanjutnya.

Pukul 11:00 kami sampai di Snow World Toya. Hari ini, saya akan merasakan pengalaman bermain snow mobile disini. Tiket bermain snow mobile seharga 10.000 Yen, bagi saya tergolong cukup mahal. Namun terbayarkan karena ini merupakan petualangan seru dengan menjelajahi pemandangan musim dingin yang menakjubkan selama kurang lebih 1 jam. 

Sekitar pukul 13:00, kami melanjutkan perjalanan menuju ke Hokkaido Government Office, Sapporo TV Tower, dan juga Sapporo Clock Tower. Lokasi ketiga destinasi ini tergolong berdekatan saja. Selesai mengeksplor seluruh lokasi ini, kami melanjutkan dengan makan malam bersama. Hari ini kami pindah penginapan ke Apa Hotel & Resort Sapporo. Sama dengan hari sebelumnya, malam ini saya juga merasakan kembali pengalaman berendam di onsen. Kemudian, dilanjutkan dengan beristirahat.


19 Februari 2025

Pada hari ketiga, saya juga sengaja bangun lebih awal untuk mengeksplor hotel dan sekitarnya terlebih dahulu. Kemudian dilanjutkan dengan sarapan pagi. Pada pukul 09:00, kami baru melanjutkan perjalanan menggunakan bus. Lokasi pertama yang kami tuju adalah Hokkaido Jingu dimana kami tiba disana sekitar pukul 09:30. Hokkaido Jingu merupakan kuil tradisional Shinto yang terletak di tengah Taman Maruyama. Hokkaido Jingu mengabadikan empat dewa yaitu Okunitama, Onamuchi, Sukunahikona, dan tempat pengabdian arwah Kaisar Meiji. Di tempat ini, tidak lupa saya berdoa agar permohonan atau harapan saya dapat dikabulkan. Salah satu doa saya adalah saya berharap bisa kembali ke Hokkaido lagi suatu hari nanti. Kami berada di lokasi ini sampai dengan pukul 11:00.

Kemudian dilanjutkan menuju Shiroi Koibito Park. Shiroi Koibito Park merupakan sebuah taman yang dioperasikan oleh produsen penganan manis lokal, Ishiya. Taman ini dibuka pada tahun 1995 oleh perusahaan coklat Ishiya. Shiroi koibito artinya "cinta putih" atau "kekasih putih" berbentuk kotak, terbuat dari kue lidah kucing yang ditangkupkan, dengan coklat putih di dalamnya. Kue lidah kucing yang dibuat di Hokkaido ini menggunakan adonan dari mentega dan gula yang dilembutkan sebelum dicampur tepung, putih telur, dan vanila. Taman ini juga menawarkan pengunjung untuk melihat proses pembuatan kue melalui tur pabrik. Tempat ini merupakan destinasi impian bagi para pecinta coklat. Kami menghabiskan waktu disini sampai dengan pukul 12:30.

Lalu, dilanjutkan dengan makan siang. Hari ini saya menikmati makan siang di Ganso Sapporo Ramen Yokocho - Gang Ramen terkenal di Hokkaido. Gang ramen ini merupakan lorong terkenal dan menawarkan pilihan sekitar 17 restoran ramen. Hari ini saya menikmati makan ramen di Ichikura Ramen Yokocho. Rasanya sangatlah lezat. Kami selesai makan siang hingga pukul 14:00. Setelah makan siang, kami menghabiskan waktu dengan berbelanja di Tanukikoji Shopping Street dan Susukino. Tanukikoji Shopping Street merupakan salah satu jalan perbelanjaan tertua di Hokkaido yang membentang diantara Minami Nijo dan Minami Sanjo. Sedangkan, Susukino adalah kawasan hiburan terbesar di Sapporo dimana bisa ditemukan toko/pusat pembelanjaan, kafe dan bar, restoran, tempat karaoke, pachinko, dan juga bioskop. Pada hari ini, saya berbelanja Starbucks Tumbler Hokkaido, berbagai macam coklat, dan juga snack. Selesai berbelanja, kami kembali menuju hotel Apa Hotel & Resort Sapporo. Setelah itu dilanjutkan dengan makan malam di sekitaran hotel. Malam harinya, saya kembali berendam di onsen dan kemudian langsung istirahat.


20 Februari 2025

Hari ini saya tidak bangun sepagi hari sebelum-belumnya. Setelah sarapan di hotel, kami kembali melanjutkan perjalanan ke destinasi berikutnya. Pada hari keempat, destinasi pertama yang dikunjungi adalah Maruyama Zoo. Kami tiba disana sekitar pukul 09:30 bertepatan dengan waktu kebun binatang dibuka. Kebun binatang ini dibangun pada tahun 1951 dan merupakan kebun binatang tertua di Hokkaido. Kebun binatang ini memiliki luas + 22,5 Ha. Disini terdapat lebih dari 700 ekor hewan dari 168 spesies.

Sekitar pukul 11:00 kami melanjutkan perjalanan menuju Kota Otaru. Kami menikmati makan siang di Otaru pada pukul 12:00. Lalu, pada pukul 13:30 menuju ke Otaru Canal. Kanal Otaru ini dibangun pada tahun 1923. Berdasarkan situs resmi Otaru Tourism Association, zaman dulu kapal-kapal memakai tongkang untuk menurunkan barang-barang dari luar pantai. Kanal Otaru ini dibuat untuk memudahkan proses penurunan barang dari kapal tersebut. Panjang Kanal Otaru adalah sekitar 1.140 m. Sekarang, Kanal Otaru memiliki lebih banyak jalanan dan taman untuk para pengunjung. 

Kemudian, dilanjutkan menuju ke Sakaimachi Shopping Street. Disini terdapat banyak kedai cendramata, restoran, hotel, butik, dan sebagainya. Kota Otaru terkenal dengan pabrik kaca sehingga barang pecah belah adalah salah satu tempat wisata utama kota ini. Disini terdapat Kitaichi Glass Otaru yang memiliki 3 toko kaca dengan gaya jepang, gaya pedesaan, dan gaya barat. Selain itu, juga terdapat Otaru Music Box Museum yang dibangun pada zaman Meiji. Museum ini tersebar di sejumlah bangunan di kawasan Ironai-dori, yang semuanya berisi lebih dari 25.000 kotak musik. Disini terdapat berbagai koleksi kotak musik serta kita dapat mendengar beragam suara dan melodi yang indah. 

Sekitar pukul 16:30, kami kembali menuju hotel. Sebelum menuju hotel, kami makan malam bersama terlebih dahulu. Kami tiba di hotel sekitar pukul 19:00. Lalu, saya memutuskan untuk mengunjungi 2nd Street dan Book Off Plus dekat hotel. Saya berbelanja beberapa pakaian dan mainan disana. Pukul 20:30, saya kembali ke penginapan. Kemudian, saya pun berendam di onsen dan dilanjutkan istirahat. 


21-22 Februari 2025

Hari ini adalah hari terakhir kami menginap disini karena malam ini kami akan pulang ke Indonesia. Selesai sarapan pagi, lalu kami check out hotel. Hari ini, kami berangkat pukul 08:30 menggunakan bus. Pada hari kelima, destinasi yang dikunjungi hari ini adalah Sapporo Olympic Museum. Sapporo Olympic Museum berlokasi di Okurayama Ski Jump Stadium merupakan tempat penyelenggaraan Olimpiade Musim Dingin dengan pemandangan kota Sapporo. Disini, kita dapat menaiki ski lift (kereta gantung) ke Observatorium Okurayama. Ini merupakan pertama kalinya saya menaiki ski lift. Tempat ini menawarkan pemandangan kota di bawahnya seperti Sapporo Dome, dataran Ishikari, dan Pelabuhan Ishikari. Kami berada disini hingga pukul 11:00.

Selanjutnya, kami melanjutkan perjalanan menuju Nijo Market. Pasar Nijo terletak di ujung timur pusat belanja Tanukikoji. Pasar ini merupakan pasar tradisional paling terkenal di Sapporo. Produk utama yang dijual disini adalah makanan laut seperti berbagai jenis ikan, kepiting, tiram, cumi-cumi, teripang, dan lainnya. Disini kami hanya sebentar saja, yaitu sampai pukul 12:00.

Perjalanan selanjutnya adalah menuju Mitsui Outlet Park (MOP) - Sapporo Kitahiroshima. Merupakan salah satu mall terbesar di Hokkaido yang memiliki hampir 130 toko dan food court besar dengan 650 kursi. Tempat ini merupakan surga belanja yang menawarkan deretan merk Internasional dan Jepang yang mengesankan. MOP dioperasikan oleh perusahaan real estate Mitsui. Kami menghabiskan waktu disini sampai pukul 16:30.

Pada akhirnya, kami melanjutkan perjalanan menuju Bandara New Chitose Airport (CTS). Kami tiba di bandara sekitar pukul 17:30. Di bandara saya berbelanja boneka Pokemon di Pokemon Store. Singkat cerita, penerbangan kami menggunakan maskapai All Nippon Airways (ANA) sebagai berikut :

NH082 21FEB CTS - HND 20:30 - 22:10

NH871 22FEB HND - CGK 00:05 - 06:00

Seluruh perjalanan berjalan dengan ontime dan akhirnya saya sampai di Indonesia. Sebelum pulang ke rumah, saya dan beberapa peserta tour menikmati secangkir kopi dan mengobrol-obrol terlebih dahulu. Akhirnya, saya tiba di rumah sekitar pukul 10:15. Perjalanan trip selama beberapa hari di Hokkaido ini sangatlah mengesankan. Saya sangat bersyukur karena bisa menikmati musim dingin ataupun salju untuk pertama kalinya di Hokkaido. Impian saya benar-benar terwujud di tahun 2025 ini yaitu dapat mengunjungi Hokkaido. Saya berharap suatu hari nanti bisa kembali menikmati musim dingin di Hokkaido karena masih banyak lokasi yang belum bisa dijelajahi seperti Furano, Biei, Asahiyama Zoo, dan sebagainya.

Tuesday, February 25, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 40)

Sh!ttin' in the Head

Sh!ttin' in the Head adalah tentang kekuatan pesan yang kuat dalam seni kontemporer. Dalam dunia seni yang serba cepat saat ini, yang penting bukan hanya tentang bagaimana sesuatu terlihat tetapi apa yang dikatakannya dan bagaimana perasaan Anda. Pameran ini merupakan keseimbangan yang baik antara konsep di balik karya dan dampak visualnya.

Seniman yang ditampilkan di sini sebagian besar masih muda, tetapi mereka sudah menjadi pusat perhatian. Mereka telah menarik perhatian juri senior, memenangkan penghargaan utama seperti UOB Painting of the Year dan Basoeki Abdullah Art Award. Mengapa? Karena mereka tidak takut untuk melampaui batas; mereka tidak bermain aman.

Beberapa seniman ini baru mulai melihat hasil kerja keras mereka selama bertahun-tahun. Mereka telah diakui sebagai finalis atas perkembangan pesat dan evolusi karya mereka. Pameran ini bukan sekadar pajangan. Pameran ini merupakan batu loncatan bagi para seniman ini saat mereka menaiki tangga untuk menjadi tokoh utama dalam kancah seni kontemporer.

Pameran ini merupakan undangan untuk memamerkan beberapa karya yang secara visual memukau sekaligus memiliki kekuatan konseptual. Pameran ini tentang melibatkan diri dengan seni yang menantang dan memprovokasi, mendorong kita untuk berpikir dan merasakan dengan cara baru. Pameran ini berlangsung pada tanggal 25 Januari 2025 - 09 Februari 2025 di Unicorn Gallery, Wisma Geha Lantai 4, Jakarta Pusat. 

Saya menghadiri pameran pada tanggal 07 Februari 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Monday, February 24, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 39)

Vibes Don't Lie

Adi Dharma, yang biasa dikenal dengan nama Stereoflow, merupakan seniman yang memulai eksplorasi dari seni budaya street art dan hip-hop. Kedua hal tersebut menjadi landasan dalam pendekatannya terhadap lukisannya. Pada pameran tunggalnya sepuluh tahun lalu - Beatscape, ia memperkenalkan pendekatannya dalam menggabungkan prinsip penciptaan musik ke dalam bentuk visual. Melalui warna neon yang berani dengan komposisi yang dinamis, karya dalam Beatscape mencerminkan energi yang sesuai dengan tempo dan ritme yang disusun dalam musik.

Kini dalam pameran tunggal berjudul "Vibes Don't Lie", Stereoflow menampilkan sebuah evolusi artistik. Perubahan yang terjadi karena adanya pertumbuhan usia dan bertambahnya pengalaman. Penggunaan warna yang sebelumnya berani dan mencolok berubah menjadi palet warna yang lebih tenang. Bentuk refleksi atas pendewasaan. 

Dalam pameran ini, Stereoflow mengangkat kota sebagai subjek dalam karyanya. Jakarta sebagai kota tempat ia hidup dan berkarya, menjadi pusat dari eksplorasinya. Kota adalah ruang yang penuh paradoks - melalui struktur fisiknya yang menampilkan keteraturan dalam satu sisi, dan penuh kekacauan di sisi lainnya. Melalui komposisi yang terkesan tidak teratur, Stereoflow justru menemukan pola dan harmoni yang tidak terduga. Kedua elemen itu tidak hanya berdampingan tetapi juga saling menguatkan, menciptakan sebuah narasi visual. 

Stereoflow menggunakan bentuk dan warna yang acak sebagai hasil dari interpretasi atas tata ruang. Penggunaan warna yang berbenturan, mencerminkan keanekaragaman visual yang ditemuinya dalam keseharian hidup di Jakarta. Tidak hanya dari segi warna, bentuk dalam karya Stereoflow juga mencerminkan dualitas ini. Garis-garis tegas yang diciptakan dengan teknik hard edge menunjukkan keteraturan yang khas dari kehidupan urban, sementara semprotan spray paint mencerminkan kebebasan dan spontanitas yang menggambarkan energi liar kota. Komponen bentuk dan warna yang saling tumpang tindih ini pada akhirnya melahirkan sebuah keserasian. There is chaos in order and order in chaos. 

Pameran ini hadir sebagai interpretasi Stereoflow sebagai seniman sekaligus individu dalam sebuah ekosistem. Pola dan warna yang dituangkan di atas kanvas dan tembok digambarkan berdasar pada pengalaman individu dan struktur sosial tempatnya berada. Dalam setiap karya, Stereoflow menangkap esensi kota sebagai ruang yang hidup dan terus bergerak. Tidak ada pesan eksplisit atau narasi tunggal dalam karya-karyanya - hanya interpretasi jujur dari apa yang ia lihat dan rasakan. 

Melalui "Vibes Don't Lie", Stereoflow ingin mengajak audiens untuk terlibat dalam pengalaman sensoris, dimana karya tidak sekedar hanya dilihat, melainkan juga dirasa. Stereoflow ingin memberikan ruang untuk kita mengeksplorasi perasaan atas keragaman dari kota, entah dalam bentuk fisik maupun perasaan. Pameran ini adalah sebuah ajakan untuk menemukan sinestesia dari sebuah karya seni yang ekspresif. Pameran ini berlangsung pada tanggal 25 Januari 2025 - 16 Februari 2025 di Rachel Gallery.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 07 Februari 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Sunday, February 23, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 38)

Souls of Protopia

Ruang-ruang geografis (topos) sering dianggap sebagai medan faktual yang memberi jeda intelektual untuk dibaca. Informasi diterima sebagai hasil, an sich, yang sifatnya tidak mungkin keliru. Wilayah-wilayah geografis bahkan lebih dianggap lebih nyata dari kenyataannya sendiri. Peta (chart) menjadi sebuah kendaraan nominal dari sebuah struktur peradaban teknologis. Apa yang dipetakan (charted) adalah hasil pemetaan (charting) yang tinggal diterima begitu saja. 

Budayawan Kevin Kelly keberatan dengan dikotomi topos dalam u topos (utopia) dan dys topos (distopia). Ruang-ruang geografis adalah ruang yang sedang dibentuk - pro topos. Protopia adalah sebuah ruang yang dipetakan dengan memetakan. Sejalan dengan ide Yuval Noah Harari dalam Nexus, informasi adalah in-formation; informasi bukan tentang kebenaran. Informasi membentuk realitas karena bertalian kuat dengan jejaring. Informasi adalah bahan baku pembentuk jejaring yang akhirnya merajut lembaran-lembaran sejarah. 

Apa yang dihadirkan Sandy Tisa dalam pameran tunggal "Souls of Protopia" kali ini adalah peta yang sejalan dengan geliat yang ditukaskan Simonetta Moro; sebagai oleh-oleh dari dunia mitik yang mengisi kepala manusia, sebagai hasil dokumentasi (yang bersifat sangat personal), dan sebagai bentuk realitas relasional yang bersifat intersubjektif. Dengan memetakan batinnya, Sandy berusaha untuk tidak terjebak dalam pseudo-faktualitas yang mengabsolutkan keroposnya realitas artifisial. Karya-karya Sandy adalah catatan perjalanan dari protopia yang ia bangun dari kegigihan dan ketekunan ekspresiensialnya. 

Lewat pameran tunggalnya, Sandy Tisa mengajak kita melihat peta bukan sebagai sesuatu yang statis, tapi bagian dari proses yang terus bergerak. Ini bukan soal benar atau salah, tapi bagaimana realitas dibentuk dari cara kita membaca dan memaknainya. Pameran ini berlangsung pada tanggal 25 Januari 2025 - 16 Februari 2025 di Lantai 1, Wisma Geha Lantai, Jakarta Pusat. 

Saya menghadiri pameran pada tanggal 07 Februari 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.