Thursday, October 10, 2024

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 24)

Meta Realism : Fictional Landscape

Jagad Gallery kembali menghadirkan karya seni kontemporer melalui pameran tunggal bertajuk ‘Meta Realism: Fictional Landscape’ karya Ipan Lasuang, seorang seniman muda berbakat asal Padang. Ipan Lasuang adalah pemuda kelahiran Padang yang merupakan lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) yang sudah aktif berkontribusi di Art Exhibition sejak 2012 dan ini merupakan pameran tunggal ke-6 sejak pertama kali pada tahun 2016 di Yogyakarta, “Mash Paper” Study.

Pameran yang dikuratori oleh Asmudjo J. Irianto ini menampilkan koleksi lukisan lanskap fiksi yang memadukan realisme dengan elemen-elemen imajinatif. Lasuang membawa konsep meta-realisme dalam karyanya dengan menggabungkan teknik mimesis – yang meniru objek dunia nyata – dengan lanskap fiksi. Dalam setiap karyanya, Lasuang menggunakan remasan kertas untuk menciptakan lanskap yang tidak langsung mengacu pada alam, tetapi kepada konstruksi imajinatif yang dibentuk dari susunan kertas itu sendiri. Pendekatan ini menciptakan dua lapis persepsi : di satu sisi kita melihat kertas sebagai objek fisik, sementara di sisi lain, lanskap yang dihasilkan tampak seperti dunia fiksi yang hidup di kanvas.

Pengunjung pameran diberi kesempatan untuk menyaksikan bagaimana setiap karya menuntut perhatian terhadap dua lapis persepsi. Lapis pertama adalah kertas yang secara harfiah muncul di kanvas, sementara lapis kedua menggambarkan lanskap yang lahir dari imajinasi. Sensasi taktil yang dihasilkan karya Lasuang seolah membuat penonton bisa merasakan tekstur kertas dalam lukisan. Total ada 14 karya yang ditampilkan pada pameran ini. Di mana sebagian besar karyanya menunjukan dan menyorot suasana pepohonan dan perairan serta hewan-hewan yang hidup di sana. Pameran ini dibuka akhir Agustus lalu dan akan berlangsung hingga 22 September 2024 di Wisma Geha, Menteng, Jakarta Pusat.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 13 September 2024.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Tuesday, October 08, 2024

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 23)

Everything Must Go

Pameran tunggal karya Mohammad Taufiq (Emte) yang bertajuk Everything Must Go menampilkan ratusan karya seni yang menawarkan sekilas pandang yang unik ke dalam ekspresi kreatif yang beragam. Dalam pameran ini, Emte menampilkan ratusan karya seni, yang mencerminkan keyakinannya bahwa seni harus dapat diakses oleh semua orang, bukan hanya kalangan elit. Galeri ini disulap secara unik menjadi ruang seperti supermarket, tempat pengunjung dapat menikmati pengalaman "berbelanja" seni yang santai dan bersahaja. 

Pameran tunggal ini menandai tonggak penting dalam perjalanan artistik Emte, yang menampilkan evolusinya dari seorang anak muda dengan hasrat menggambar menjadi seniman terkenal yang dikenal karena beragam medianya dan kolaborasi inovatif. Bagi mereka yang menghargai seni yang beresonansi dengan kehidupan sehari-hari dan berkembang melalui eksperimen, pameran ini adalah kesempatan ideal untuk mengeksplorasi dan mungkin membawa pulang sepotong dunia kreatif Emte.  Pameran berlangsung pada tanggal 01 September - 22 September 2024 Di Rachel Gallery, Wisma Geha Lantai 3.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 13 September 2024.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Friday, October 04, 2024

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 22)

Menjabat Tangan Ingatan

“Menjabat Tangan Ingatan adalah pameran tunggal pertama Haiza Putti. Ia mengunjungi waktu yang hilang, menelusuri ingatan tentang mendiang ibunya. Dari kepingan-kepingan peninggalan, ia muncul dengan gagasan “ingatan yang tertanam.” Haiza Putti, Runni akrabnya, punya sapuan kuas yang ekspresif dengan warna-warna yang kerap lembut dan empuk. Pada "Menjabat Tangan Ingatan", ia gunakan kekhasan karya itu untuk menggambarkan kekaburan dan ingatan yang berlapis-lapis bak kain. Pameran ini membicarakan keibuan, kekeluargaan juga tradisi turun-temurun.”

Menjabat Tangan Ingatan adalah cara Runni mengafirmasi secara emosional ketimbang mencari-cari mana kisah yang benar. Barangkali itulah watak memori : tersebar-sebar, terkandung dalam benda-benda, hingga suatu saat kita dapat menguak dan membebaskannya dari penjara benda itu. Sedangkan ingatan dalam diri, terlebih jika ia adalah ingatan pertama, akan senantiasa tak lengkap. Pembaca, barangkali, punya pengalaman mengingat-ingat yang serupa. Pameran ini berlangsung pada tanggal 25 Agustus 2024 - 22 September 2024 di Rubanah Underground Hub Wisma Geha - Basement Jl. Timor No. 25 Menteng, Jakarta Pusat. 

Saya menghadiri pameran pada tanggal 13 September 2024.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Sunday, September 22, 2024

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 21)

Infinity Yin Yang

Pameran tunggal Infinity Yin Yang dari perupa Lini Natalini Widhiasi resmi dibuka di Galeri Nasional (GNI) Indonesia, Jakarta. Pameran ini berlangsung pada tanggal 3 September sampai 3 Oktober 2024 di Gedung A Galeri Nasional. Seteleng ini menampilkan karya-karya tiga dimensi berukuran semi gigantik. Karya Lini kali ini berbeda dengan karya-karya sebelumnya. Alih-alih menggunakan kanvas sebagai media untuk berkarya, perupa asal Surabaya itu bakal menghadirkan sejumlah karya yang lebih banyak menggunakan media alumunium dengan ukuran yang cukup besar.

Kurator pameran Citra Smara Dewi mengatakan berbeda dari karya-karya sebelumnya, kali ini sang seniman lebih memilih aluminium dan stainless sebagai gagasan berkarya. Momentum ini menururutnya tak lepas dari pola pencarian artistik Lini yang tak pernah terbendung untuk tetap mengaktualisasikan diri seturut zaman. Citra menjelaskan, Lini selalu mencari hal-hal baru dalam berkarya dan tak mengenal kata akhir. Di mana dia bermutasi dari satu bentuk kreativitas ke kreativitas lainnya. Bahkan, bidang kanvas juga tak mampu membendung petualangan karyanya yang terus bergulir dari satu medium ke medium yang lain.

Karya berjudul Infinity Yin Yang melambangkan keseimbangan dan harmoni antar sesuatu yang tampaknya berlawanan, tapi saling melengkapi. Menjadi karya yang dibuat dalam ukuran gigantik, karya tersebut seharusnya dipasang menjadi satu bentuk yang utuh. Namun, karena keterbatasan ruang, akhirnya dipisah menjadi beberapa bagian yang semuanya masih berkaitan, dan berakhir laiknya perjalanan hidup manusia dari lahir hingga meninggal.

Total, pada seteleng kali ini Lini menampilkan 13 karya instalasi dengan ukuran besar, rata-rata tinggi karya sekitar 2-4 meter, dan lebar karya bervariasi mulai dari 2 meter hingga 18 meter. Ihwal penggunaan medium tersebut menurut sang seniman juga terjadi tanpa kesengajaan, yakni saat bertemu dengan tukang patri. "Banyak media yang saya coba saat itu, mulai dari resin, batang kayu, dan grafir di atas kaca, tapi tidak ada yang cocok dengan saya. Sampai suatu saat saya bertemu pak Aris, seorang pembuat dandang dan plat nomor. Dari sinilah saya belajar banyak darinya dengan pendekatan artistik yang saya eksplorasi sendiri," kata Lini. 

Pameran ini dapat dinikmati oleh publik mulai dari pukul 09.00 hingga 19.00 WIB setiap hari, dengan tarif masuk sebesar Rp10.000 untuk anak usia 3 hingga 12 tahun, Rp20.000 untuk dewasa, dan Rp50.000 untuk warga negara asing. Anak-anak di bawah usia tiga tahun dan orang dewasa berusia di atas 60 tahun tidak dikenakan biaya.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 11 September 2024.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Monday, September 16, 2024

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 20)

Pameran Tur Internasional Seni Rupa Tradisional Tiongkok : Irama Baru Jalur Sutra Mandiri

Indonesian Heritage Agency (IHA) bersama dengan Shanghai Art Collection Museum menggelar pameran seni rupa tradisional China di Galeri Nasional Indonesia (GNI) pada tanggal 6 September sampai 6 Oktober 2024 di Gedung D, GNI. Mengambil tajuk Irama Baru Jalur Sutra Maritim, seteleng ini merupakan bagian dari Pameran Tur Internasional Seni Rupa Tradisional China, yang menjadi pemberhentian terakhir Tanah Air, setelah sebelumnya dihelat di Alexandria (Mesir), Istanbul (Turki), dan Bratislava (Slovakia).

Eksibisi ini menampilkan total 87 karya seni yang mencerminkan kekayaan warisan budaya takbenda China. Sejumlah karya yang dipamerkan berasal dari unit pelindung dan pewaris budaya takbenda Shanghai, yang telah menyediakan lebih dari seratus karya unggulan representatif. President of Shanghai Art Collection Museum, Mr. Hu Muqing, mengatakan, pameran Irama Baru Jalur Sutra Maritim hadir sebagai ruang dialog budaya antara Indonesia dan China. Ihwal diadakannya ekshibisi ini untuk menggali lebih dalam kekayaan warisan budaya dari kedua negara, khususnya warisan budaya takbenda. Menurut Muqing, interaksi dengan budaya asing tidak hanya memperkaya wawasan, tetapi juga menjadi peluang berharga untuk mendapatkan inspirasi serta menghargai warisan budaya sendiri. "Lewat pemahaman lintas budaya yang lebih luas, pameran ini diharapkan juga dapat memperkuat identitas nasional serta meningkatkan rasa kebanggaan terhadap kekayaan budaya Indonesia," katanya. 

Secara umum, pameran ini menghadirkan empat bagian utama yang menggambarkan kekayaan budaya dan keindahan seni rupa tradisional Shanghai. Momen tersebut terefleksi lewat berbagai karya seni mulai dari patung, lukisan, benda kriya, atau warisan tradisi China yang dihadirkan dengan pendekatan termutakhir. Bagian pertama yang bertajuk Keindahan dalam Kerajinan-Harta Karun Seni Kerajinan Shanghai, misalnya. Ruang ini memamerkan hampir empat puluh karya kerajinan tradisional seperti keramik, enamel, lacquer, ukiran giok, ukiran batu, dan patung logam dalam berbagai ukuran, variabel, dan material bercorak khas. Bagian kedua, adalah tema Keajaiban dari Timur-Kerajinan Tangan Gaya Shanghai, yang  menampilkan lebih dari 20 karya kerajinan tangan yang mencerminkan perkembangan pesat kerajinan di Shanghai, serta mengekspresikan karakteristik dan ciri khas budaya regionalnya, yang sarat akan pendekatan artistik tradisi. Sementara itu, dua bagian lain menyoroti warisan budaya yang lebih spesifik dari China. Yaitu lewat Seni Opera Peking-Pilihan Seni Teater Tiongkok. Kemudian ada juga Lukisan Kehidupan dan Nostalgia-Pilihan Lukisan Petani Shanghai, menampilkan lebih dari 20 lukisan petani Jinshan dalam berbagai pendekatan estetika. Pada ruang, Seni Opera Peking Genhype akan diajak melihat representasi seni rakyat tradisional yang mencerminkan tradisi yang berlangsung sejak dinasti Qing (1790). Keunikan pada bagian ini adalah hadirnya kostum, potret, dan rias wajah, yang menggambarkan seni Opera Peking, yang diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO pada 2010. Sedangkan, bagian kisah Petani Shanghai menampilkan berbagai elemen kebijaksanaan dan sentimen estetika para petani dengan cara yang sederhana tapi ekspresif.

Pameran ini, secara keseluruhan, membawa pengunjung dalam perjalanan mendalam melalui sejarah dan keindahan budaya Shanghai. Pameran Irama Baru Jalur Sutra Maritim, ini terbuka untuk umum mulai tanggal 7 September hingga 6 Oktober 2024 setiap hari, dari pukul 09.00 hingga 19.00 WIB. Harga tiket masuk adalah Rp10.000 untuk anak-anak usia 3-12 tahun, Rp20.000 untuk dewasa, dan Rp50.000 untuk Warga Negara Asing (WNA). 

Saya menghadiri pameran pada tanggal 11 September 2024.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Sunday, September 15, 2024

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 19)

Spray and Soul : Art and The Mirror Stage

Seniman kontemporer Indonesia, Ade Habibie, menghadirkan pameran tunggal bertajuk Spray and Soul : Art and the Mirror Stage di D Gallerie Jakarta. Pameran ini berlangsung dari 30 Agustus hingga 11 September 2024 dan menampilkan karya-karya terbaru Ade yang mengeksplorasi kompleksitas identitas manusia, merefleksikan dinamika kehidupannya melalui seni visual.

Tema pameran ini merujuk pada teori psikoanalisis “Mirror Stage,” fase penting dalam pembentukan ego dan kesadaran diri saat seorang anak mengenali bayangannya di cermin. Ade menyajikan interpretasinya tentang momen krusial ini melalui karya-karya yang menggabungkan elemen figuratif dan abstrak.

Ade Habibie, yang dikenal dengan teknik cat semprotnya, menciptakan komposisi warna dan garis yang unik, menggambarkan emosi yang berubah dari kegelisahan menuju ketenangan, dan dari ketidakpastian menuju penerimaan diri. Selain lukisan, pameran ini juga menyajikan instalasi interaktif dari SAE Indonesia, yang menampilkan kolaborasi visual-audio oleh Adi Blak dan Geddi Jaddi Membummi, memperkuat pengalaman sensorik pengunjung.

Puncak acara akan diadakan pada 6 September 2024, menampilkan live performance dari Ellga dan Introvertical, serta lelang amal yang dipandu oleh selebriti Wulan Guritno, Janna Soekasah, dan Amanda Soekasah. Hasil lelang akan disumbangkan untuk pelestarian gajah di Sumatra melalui Yayasan Dunia Kasih Harapan.

Kurator pameran, Sudjud Dartanto, menyebut karya Ade sebagai cermin atas perjalanan identitas kita sendiri, menghadirkan seni kontemporer yang personal dan relevan. Pameran Spray and Soul: Art and the Mirror Stage adalah kesempatan unik untuk menyaksikan evolusi artistik Ade Habibie dan mendalami refleksi emosional serta spiritual melalui karya seninya.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 10 September 2024.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Sunday, August 25, 2024

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 18)

Pameran Legasi : Meniti Masa Menuju Gemilang Budaya

PT MRT Jakarta (Perseroda) dan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi melalui Direktorat Perlindungan Kebudayaan menggelar Pameran dan Gelar Wicara bertajuk “LEGASI” (Kaleidoskop Keberagaman Indonesia). Kegiatan ini diselenggarakan pada Kamis—Rabu (15—21-8-2024) di Stasiun Bundaran HI bertepatan dengan momentum peringatan HUT ke-79 RI. Tema yang diusung ialah “Meniti Masa Menuju Gemilang Budaya”. Tema ini dipilih sebagai bentuk penghargaan dan kebanggaan terhadap negara atas pencapaian yang telah diraih sejak masa kemerdekaan bahkan sejak zaman prasejarah.

Dalam sambutannya pada acara pembukaan pameran, Direktur Pengembangan Bisnis PT MRT Jakarta (Perseroda) Farchad Mahfud menuturkan bahwa dengan angka keterangkutan lebih dari 100 ribu orang per hari, stasiun MRT Jakarta menjadi lokasi yang tepat untuk kegiatan pameran dan seni budaya lainnya. “Pameran dan Gelar Wicara ini adalah perwujudan dari semangat kebhinekaan dan kekayaan budaya Indonesia yang sejalan dengan visi kami di MRT Jakarta, yaitu membangun transportasi publik yang tidak hanya berfungsi sebagai sarana mobilitas, melainkan sebagai tempat berkumpulnya berbagai elemen masyarakat dan budaya,” ungkapnya.

Direktur Pelindungan Kebudayaan, Judi Wahjudin mengatakan “Pameran dan Gelar Wicara ini diselenggarakan sebagai upaya untuk menampilkan, mengenalkan, dan menjaga kekayaan budaya yang kita miliki agar tetap hidup dan dapat diwariskan kepada generasi mendatang,” jelasnya. Ia juga menambahkan bahwa kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang untuk mengenal dan mengagumi warisan budaya, tetap juga menjadi momentum untuk menumbuhkan kesadaran kita semua akan pentingnya pelestarian budaya dalam kehidupan sehari-hari,” tuturnya.

Beragam kegiatan dalam acara ini mencakup pameran warisan budaya, diskusi interaktif, dan panggung kreasi budaya yang menampilkan pertunjukan seni. Melalui kombinasi ini, memperkenalkan warisan budaya tidak hanya melalui visual dan narasi pameran, tetapi juga memungkinkan pengunjung berinteraksi langsung dengan seni yang disajikan. Selain itu, dalam ruang pameran, koleksi peninggalan sejarah yang dipajang merupakan hasil kurasi bersama beberapa kurator sehingga terjamin tinggi nilai sejarah dan budayanya. Pameran tersebut merupakan hasil kolaborasi dari Museum dan Cagar Budaya, Unit Pelaksana Museum Kebaharian, Unit Pengelola Museum Seni Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), PT MRT Jakarta, dan Komunitas Indonesian Archaeology.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 20 Agustus 2024.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Saturday, August 03, 2024

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 17)

2Madison Summer Collective Exhibition

What is real ? (Katarsis)

Sebuah Dunia Tanpa Batas Definisi

Hingga saat ini, perjalanan peradaban manusia terus mengalami transformasi seiring perputaran waktu. Pada mulanya, manusia purba yang bermukim di gua hanya mengandalkan naluri dan intuisi untuk berburu, mencari makan, dan bertahan hidup. Kini, dengan pesatnya perkembangan teknologi, manusia mampu melampaui berbagai hal yang dahulu tak terbayangkan. Namun, satu hal yang tak pernah berubah adalah rasa dan kepekaan yang dimiliki manusia sebagai individu, terhadap kemampuan mengamati dan merasakan berbagai hal di dunia sekitarnya. Pertanyaan yang kerap muncul dalam benak adalah bagaimana kita bisa berada disini, apa yang terjadi dengan dunia sebelum kehadiran kita, apakah dunia yang kita lihat ini benar-benar apa adanya, atau masih banyak hal lain yang belum kita ketahui. Realitas bergerak dinamis, menuntut percepatan, dan menghadirkan semakin banyak pilihan yang kompleks setiap harinya. Ketika batas antara kenyataan dan imajinasi menjadi kabur, saat itulah sensor persepsi akan berbicara untuk mengartikulasikan pesan yang diterima oleh indra penglihatan.

Pameran ini menghadirkan ruang tafsir bebas makna, ruang dimana kenihilan menemukan eksistensinya, dan hal yang mutlak menjadi terasingkan. Pada akhirnya, semua bermuara pada perspektif setiap individu dalam menginterpretasikannya. Tak ubahnya ketika kita berada di tengah padang luas tanpa sudut pandang yang terhalang, tanpa ruang yang membatasi gerak, bermain-mainlah dengan imajinasi sejauh yang kita mampu.

Presenting : Gandari Irianti (Bandung), Qoyim Bana Nasution (Bandung), dan Rieswandi (Bandung)


Home (UNSeRA Project)

Sebuah Perayaan Kreativitas dan Kehangatan Rumah

Di era dimana kreativitas berpadu erat dengan kehidupan sehari-hari, muncullah gagasan unik tentang rumah yang lebih dari sekadar tempat tinggal. Kami meyakini bahwa rumah bukan hanya struktur fisik yang tersusun dari bahan bangunan, melainkan perwujudan semangat bersama dalam berkarya. Rumah bukan lagi sekadar konsep fisik, melainkan titik temu bagi ide-ide yang saling berpaut, meciptakan gambaran unik dari semangat bersama dalam berkarya.

Pameran ini berfokus pada narasi rumah sebagai sumber inspirasi dan semangat berkarya. “HOME” menjadi judul yang menggambarkan perasaan kedamaian, kreativitas, dan kebersamaan yang tercipta dalam setiap karya kami. Melalui pameran ini, kami tidak hanya ingin berbagi hasil karya, tetapi juga mengundang pengunjung untuk melihat rumah dengan sudut pandang baru : sebagai sumber inspirasi tak terbatas.

“Rumah” bukan hanya tentang struktur fisik, tetapi juga tentang hubungan emosional dan spiritual yang kita miliki dengan tempat yang kita sebut rumah. Pameran ini menjadi perayaan kekayaan dan keindahan dalam kesederhanaan, mengajak kita semua untuk mengenali dan menghargai nilai-nilai yang terkandung di dalam rumah kita masing-masing.

Presenting : Alfaen Billy Najmi (Surabaya), Bayu Firnanda (Surabaya), Dimas Fajar Pratama (Surabaya), Firyal Muhammad (Surabaya), dan Rahmadhan S. Hardanu (Surabaya)


History (Brawijaya)

Sejarah :  Jejak Masa Lampau, Refleksi Diri, dan Proyeksi Masa Depan

Sejarah adalah peristiwa masa lampau yang hadir kembali dalam diri dengan bentuk kenangan, perasaan, sensasi, dan citraan lingkungan. Secara esensial, sejarah adalah tentang diri dan keterlibatan dengan dunia sekitar. Pertanyaannya, bagaimana seniman memaknainya di era modern ini ?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, selain memamerkan karya, tentunya perlu melibatkan kesadaran. Dengan adanya kesadaran, kita tidak hanya dapat menggali kembali momen-momen masa lalu, tetapi juga dapat menikmati dan mempelajari keterkaitan arus pergantian waktu. Meskipun sejarah telah menciptakan keraguan dalam diri orang lain, para ahli kini telah memaparkan secara jelas tentang keterkaitan dan alur untuk memahami konsep ini.

Sejarah dalam konteks pameran kelompok Brawijaya dipahami sebagai aktivitas yang berelasi dalam diri. Osyadha, sang seniman, melibatkan peran memori masa lalu yang berkelindan dengan peristiwa hari ini dan proyeksi masa depan. Refleksi dan kontradiksi tentang “diri” itu sendiri menjadi fokus utama. Dengan demikian, kita dapat melihat bagaimana pengaruh sejarah secara mendalam, tak terputus, dan berkelanjutan dengan pergantian dan perubahan yang fluktuatif.

Kesamaan tersebut menghasilkan dua kecenderungan dalam berkarya, yaitu “berkarya tentang” sejarah dan “berkarya melalui” sejarah. Pertanyaan tentang bagaimana seniman memaknai sejarah tampaknya sudah terjawab. Tawaran visual seperti apa yang dihadirkan ? Silahkan menikmati pameran ini.

Presenting : Anindya Asmara Bidhari (Purwokerto), Happy Wahyu Firdaus (Lamongan), M. Afrizal Romadhoni (Malang), Osyadha Ramadhanna (Malang), dan Rozaana Afifah (Trenggalek)


Pameran 2Madison Cummer Collective Exhibition ini berlangsung pada tanggal 22 Juni 2024 – 22 Juli 2024. Saya menghadiri pameran pada tanggal 20 Juli 2024.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Sunday, July 21, 2024

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 16)

Mixed Feelings : Ad Maiora

Seniman pendatang baru Clasutta, Zita Nuella, dan Tusita Mangalani menggelar pameran perdana mereka berjudul “Ad Maiora” di D Gallerie, Jakarta Selatan mulai 13 Juli sampai 1 Agustus mendatang. Pameran ini menampilkan tiga rangkaian seri lukisan hasil karya masing-masing seniman, dengan berbagai medium. Mulai dari cat minyak, arang, cat akrilik, manik, dan sulam; menampilkan ragam eksplorasi media di atas kanvas sekaligus menggambarkan pemikiran intim masing-masing seniman.

Judul pameran ini terinspirasi dari frasa “ad maiora natus sum” yang memiliki arti “kita dilahirkan untuk mencapai hal-hal yang lebih besar”. Oleh sebab itu, narasi visual yang dipamerkan dalam pameran “Ad Maiora” selaras dengan definisi tersebut dan terinspirasi dari pengalaman pribadi setiap seniman. Misalnya, pengamatan pribadi Clasutta mengenai rutinitas di tempat kerja, renungan introspektif Zita Nuella tentang rasa sepi, hingga cara Tusita Mangalani menghadapi kegaduhan pikirannya. Berbagai pengalaman berbeda itu menghasilkan warna dan sapuan kuas yang merepresentasikan visualisasi hal besar yang dibangun dari himpunan hal kecil, seperti pengalaman sehari-hari tersebut. 

Pada akhirnya, Ad Maiora adalah perayaan akan harapan dan kesadaran tentang tujuan besar sekaligus bentuk penghormatan pada sebuah awal yang sederhana. Untuk segala cita-cita besar yang kita impikan, mari kita wujudkan satu demi satu, dari sekarang. 

Saya menghadiri pameran pada tanggal 16 Juli 2024.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Sunday, July 14, 2024

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 15)

Sabda Air - The Word of Water

Seri lukisan subak menandai fase baru penting dalam karier seni rupa Putu Winata. Berbeda dengan karya-karya periode sebelumnya yang bertema alam secara umum, lukisan-lukisan mutakhir Putu mengangkat pokok persoalan yang spesifik, yaitu subak. Proses kreatif yang ditempuh juga berbeda, melibatkan riset lapangan dan riset pustaka yang intensif. Putu turun ke sentra subak, menyelami lingkungan dan praktik subak, berdiskusi dengan petani dan pemangku kepentingan lainnya, mencicipi hasil pertanian lokal, serta banyak mempelajari literatur subak. 

Subak yang masuk dalam Daftar Warisan Dunia (UNESCO) pada tahun 2012, merupakan sistem irigasi yang dikelola oleh petani yang telah menopang persawahan di Bali selama hampir satu milenium. Ekosistem subak meliputi sawah dan saluran air, desa pura, dan hutan yang menjaga pasokan air. Integrasi yang harmonis antara pertanian, agama, dan alam ini mencerminkan kearifan tradisional Bali, yang mempromosikan cara hidup yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. 

Dalam seri lukisan subak yang dihadirkan dalam pameran bertajuk "Sabda Air" ini, Putu Winata menyelami warisan budaya kuno untuk menggali nilai-nilainya yang relevan dengan situasi kontemporer. Karya-karyanya mengangkat kearifan lokal menjadi pesan universal tentang pentingnya menjaga alam dan merawat nilai spiritual di dunia yang dihantui problem ekologis dan krisis kemanusiaan. Putu mengambil inspirasi dari khazanah dunia lokal untuk menciptakan karya yang menginspirasi dunia global ke arah kehidupan bersama yang lebih bersahabat dengan alam dan bermartabat.  Pameran berlangsung pada 08 Juni 2024 - 06 Juli 2024.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 01 Juli 2024.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.