Jejak Perlawanan Sang Presiden 2001
Raden Soehardi Adimaryono atau yang akrab disapa Hardi, memiliki kontribusi besar dalam perkembangan arah seni rupa Indonesia. Meski telah tiada, karya-karya seniman yang meninggal pada 2023 lalu, tetap dikenang lewat pameran Jejak Perlawanan "Sang Presiden 2001" Tribut untuk Hardi (1951-2023). Pameran ini menampilkan total 78 karya yang terdiri dari 69 koleksi lukisan dan sketsa, lima jangker, empat keris, dan arsip-arsip pribadi yang menceritakan proses kreatif dan perjalanan hidup Hardi.
Hardi adalah salah satu pendiri Gerakan Seni Rupa Baru (GSRB), Hardi dikenal dengan semangat juangnya dalam menyuarakan kritik sosial dan politik melalui seni. Hardi dikenal sebagai perupa yang menjadikan seni sebagai alat perlawanan, ruang dialog, dan refleksi atas realitas sosial-politik Indonesia. Dia kerap menggabungkan tradisi dengan inovasi, dan dinamika perjalanan bangsa. Kurator pameran, Dio Pamola C, mengatakan setiap karya seni Hardi adalah saksi bisu perjuangan. "Pameran ini adalah ruang dialog antara seni, sejarah, dan semangat perlawanan yang diwariskannya," ungkap Dio.
Melalui karya-karya yang dipamerkan, publik diajak untuk memahami bagaimana Hardi menciptakan narasi alternatif yang mengungkap wajah kekuasaan pada masanya. Dialog yang dibangun melalui karyanya tetap relevan hingga saat ini. Pameran Jejak Perlawanan "Sang Presiden 2001" Tribut untuk Hardi (1951-2023) tengah dibuka untuk publik pada 10 Januari sampai 26 Januari 2025 di Gedung A, Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat, pukul 09.00 WIB-19.00 WIB.
Saya menghadiri pameran pada tanggal 20 Januari 2025.
Note :
Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.