Sunday, July 27, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 53)

Continuum

Pameran Continuum merupakan kolaborasi antara dosen-doser Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta dan Universitas Maranatha Bandung. Tema ini dipilih untuk menggambarkan kesinambungan ruang dan waktu sebagai bagian tak terpisahkan dari kesadaran manusia. Dalam era perubahan yang cepat, seni menjadi medium reflektif untuk mengeksplorasi bagaimana pengalaman, memori, dan identitas terjalin dalam suatu alur yang berkelanjutan. Seni selalu mampu menangkap, merefleksikan, dan menghubungkan dimensi ruang dan waktu dalam berbagai lapisan makna. Melalui pameran ini, kesinambungan dipahami bukan sekadar linearitas waktu, tetapi sebagai proses dinamis yang terus berkembang. 

Kolaborasi ini bertujuan untuk membangun dialog yang memperkaya wawasan seni rupa kontemporer. Continuum menyoroti kesinambungan ide, teknik, serta pendekatan artistik dari berbagai perspektif. Pameran ini tidak hanya menghubungkan dua institusi akademik, tetapi juga menjadi wadah untuk merayakan keberlanjutan dalam proses kreatif yang melampaui batas geografis dan temporal. Melalui karya-karya yang dihadirkan, para seniman diajak untuk mengeksplorasi bagaimana ruang dan waktu menjadi elemen yang aktif dan transformatif dalam praktik seni. 


Tujuan Pameran

Pameran ini menjadi platform bagi dosen seni rupa dari kedua institusi untuk berbagi gagasan, eksplorasi, dan ekspresi artistik. Karya-karya yang dihadirkan diharapkan mampu mencerminkan kesinambungan ruang, waktu, dan kesadaran dalam berbagai medium seni rupa. Selain itu, pameran ini bertujuan membangun dialog dan kolaborasi berkelanjutan antara seniman akademik dari berbagai latar belakang serta pendekatan artistik yang beragam. Pameran ini juga menjadi upaya untuk menggali lebih dalam hubungan antara konsep waktu dan ruang dalam praktik seni kontemporer, sekaligus menawarkan pengalaman estetis yang memperkaya pemahaman audiens terhadap kesinambungan dalam seni rupa. 

Konsep

Continuum menyoroti bagaimana kesinambungan ruang dan waktu dapat direpresentasikan dalam seni melalui berbagai pendekatan visual dan konseptual. Representasi tersebut dapat berupa narasi visual tentang transisi waktu, eksplorasi medium yang mencerminkan perubahan, atau penggunaan teknologi yang menghubungkan masa lalu dan masa depan. Seni tidak pernah hadir dalam ruang dan waktu yang terisolasi; ia selalu berkembang dalam dialog dengan konteksnya. Oleh karena itu, kesinambungan di sini juga mencakup interaksi antara tradisi dan inovasi, material dan immaterial, serta pengalaman individual dan kolektif. 

Beberapa pendekatan yang dapat diangkat dalam pameran ini antara lain: eksplorasi medium yang menciptakan efek kesinambungan dalam bentuk dan makna; karya yang merepresentasikan transisi secara visual maupun konseptual; penggabungan elemen tradisional dengan pendekatan kontemporer; serta karya yang merefleksikan memori kolektif dan pengalaman individu. Melalui pendekatan-pendekatan tersebut, Continuum menjadi ruang reflektif yang mengajak audiens untuk mempertanyakan peran seni sebagai jembatan antara masa lalu, kini, dan masa depan. 

Penutup

Kolaborasi dua institusi ini diharapkan mampu memperkuat hubungan akademik dan artistik serta memperluas wacana tentang seni sebagai proses yang berkesinambungan. Continuum bukan hanya menjadi panggung ekspresi artistilk para dosen seni rupa, tetapi juga menjadi ruang dialog yang memperkaya pemahaman terhadap peran seni dalam merespons realitas yang terus bergerak. Lebih dari sekadar menghadirkan karya, pameran ini membuka ruang diskusi dan refleksi mengenai keberlanjutan dalam seni rupa. 

Diharapkan pameran ini dapat menginspirasi pertukaran pemikiran dan metode penciptaan di lingkungan akademik dan profesional. Dengan semangat eksplorasi dan inovasi, seluruh partisipan diundang untuk menyumbangkan karya yang dapat memberikan wawasan serta inspirasi bagi audiens yang lebih luas. 

Penyelenggara

Fakultas Seni Rupa, Institut Kesenian Jakarta

Fakultas Humaniora dan Industri Kreatif, Universitas Maranatha Bandung 

Lokasi dan Waktu

Galeri Cipta I, Taman Ismail Marzuki

14 -26 Juli 2025 

Saya menghadiri pameran pada tanggal 21 Juli 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Saturday, July 26, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 52)

Ara Contemporary dengan bangga mempersembahkan pameran ganda pertamanya, 'Doorway', sebuah pameran tunggal karya Carmen Ceniga Prado di Main Gallery, yang ditampilkan bersamaan dengan pameran kelompok 'Ruins and Blueprints' di Focus Gallery. Kedua pameran ini berlangsung pada tanggal 05 Juli - 03 Agustus 2025 di Ara Contemporary.

Doorway

'Doorway' karya Carmen Ceniga Prado menawarkan eksplorasi meditatif tubuh melalui abstraksi, menelusuri sensasi sekilas dan keadaan liminal. Lukisan-lukisannya mencerminkan ritme yang berubah-ubah melalui gradasi tonal. Fragmen-fragmen kanvas yang dijahit dan pembuatan tanda ritmis mencerminkan proses menyatukan pemahaman yang mewujud—sensasi demi sensasi. Alih-alih mengilustrasikan tubuh, lukisan-lukisannya menelusuri ritmenya yang tenang, membangkitkan bahasa yang terbentang perlahan, di antara ruang-ruang di antaranya. 


Ruins and Blueprints

Pameran kelompok ini mencerminkan dialog berkelanjutan antara masa lalu dan masa kini—di mana sejarah tidak tetap, melainkan terus-menerus dibayangkan kembali melalui lensa masa kini. Dibingkai oleh metafora 'reruntuhan' sebagai sisa dan 'cetak biru' sebagai proposisi, pameran ini mempertemukan 7 seniman :
- Agan Harahap
- Dita Gambiro
- Enka Komariah
- Ipeh Nur
- Irfan Hendrian
- Lai Yu Tong
- Natalie Sasi Organ 

Melalui gambar, material, dan narasi, setiap karya merefleksikan jalinan antara masa lalu dan masa kini, menelusuri bagaimana sejarah yang diwariskan terus membentuk imajinasi kita di masa kini. 

Saya menghadiri pameran pada tanggal 18 Juli 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Monday, June 09, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 51)

Unearth

Dalam merenungkan keterhubungan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta, pikiran manusia kerap mengembara tidak hanya pada keniscayaan esensi penciptaan, tetapi juga pada bagaimana segala sesuatu dapat tumbuh dan berkembang dalam ikatan ruang dan waktu. Ruang dan waktu secara terus-menerus melahirkan berbagai persilangan dan pertemuan yang menjadikan kehidupan manusia sangat kompleks, meskipun tampak begitu singkat. Menelaah kembali makna penciptaan, kelahiran, dan pertumbuhan manusia dalam koeksistensi dengan alam telah menjadi tema mendasar dalam praktik artistik Jessica Soekidi selama beberapa tahun terakhir. Prinsip-prinsip keberlanjutan yang ia tekuni melalui latar belakang akademisnya di bidang arsitektur jelas memengaruhi perspektifnya dalam memahami asal-usul dan tujuan siklus kehidupan demi mencapai harmoni antara manusia dan alam.

Pameran tunggal Jessica Soekidi dalam gagasan utama Unearth menawarkan kilasan atas refleksi, perenungan, dan spekulasinya mengenai kefanaan material organik dan kehidupan manusia. Dalam Unearth, Jessica berupaya mengungkap berbagai perkembangan dalam praktik artistiknya melalui siklus kehidupan tanah—sebuah elemen yang secara fisik merepresentasikan alam dan secara simbolik berkaitan dengan penciptaan manusia. Bagi Jessica, mengeksplorasi gagasan-gagasan yang berkaitan dengan tanah adalah seperti menelusuri kembali perjalanan kreatifnya dari sudut pandang yang sangat manusiawi.

Dasar dari karya yang dipresentasikan dalam Unearth berakar pada simbol-simbol yang merepresentasikan lapisan-lapisan pemikiran dan perkembangan manusia. Lapisan terbawah, yang digambarkan sebagai bentuk persegi, merujuk pada kehidupan yang berpijak pada adat, kepercayaan, dan tradisi. Bentuk lingkaran pada lapisan tengah melambangkan siklus dan dinamika perubahan. Sementara itu, lapisan teratas dipenuhi dengan bentuk segitiga yang menyimbolkan hubungan antara manusia, alam, dan entitas tertinggi dari Penciptaan. Ketiga bentuk utama ini dalam komposisi Unearth dihadirkan oleh Jessica Soekidi sebagai upaya untuk mengeksplorasi gagasan tentang kemanusiaan. Apa sesungguhnya arti menjadi manusia? Dan bagaimana seharusnya manusia menjalani keberadaannya? 

Sekumpulan figur tiga dimensi berukuran kecil berbentuk manusia juga hadir dalam berbagai pose yang melambangkan sindiran terhadap kehidupan sehari-hari dan kesederhanaan—secara ironis, di tengah kompleksitas keberadaan manusia saat ini. Sang seniman seolah ingin menekankan bagaimana manusia berpijak pada tanah, yakni materi dasar dari mana mereka diciptakan. Hal ini mencerminkan pendekatan artistik Jessica Soekidi yang konsisten dan selalu dibangun di atas fondasi karya-karya sebelumnya.

Kehadiran figur manusia yang utuh dan penggunaan tanah sebagai material simbolik penciptaan manusia—menurut ajaran agama-agama Abrahamik—menjadi titik awal eksplorasi Jessica Soekidi terhadap keberagaman umat manusia. Figur-figur manusia yang berdiri di atas gundukan tanah tampak merepresentasikan pandangan umum terhadap kompleksitas manusia. Penggunaan tanah yang berasal dari berbagai lokasi menjadi metafora atas keberagaman karakter dan latar belakang manusia. Tanah tidak lagi sekadar simbol penciptaan manusia, tetapi juga simbol keberagaman. Demikian pula, material organik yang tumbuh dari tanah merefleksikan keterbatasan ruang fisik dan kefanaan waktu, sekaligus menjadi renungan atas singkatnya kehidupan manusia.

Unearth merupakan karya terbaru Jessica Soekidi, yang memosisikan tanah sebagai material inti dalam praktik kreatifnya. Tanah tidak hanya diproses secara fisik—melalui teknik pembakaran keramik yang dikombinasikan dengan elemen organik dan perkembangan teknologi pencetakan 3D terkini—tetapi juga dikaji secara simbolik, dengan merujuk pada berbagai gagasan konseptual tentang penciptaan manusia dan alam semesta. Pameran ini berlangsung pada tanggal 24 Mei 2025 - 30 Juni 2025 di Sal Project Artspace, Ranuza, JI. H. Agus Salim, RT.9/RW.4, Gondangdia, Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus lbukota Jakarta 10350.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 03 Juni 2025.

Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Sunday, June 08, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 50)

Subliminal Maya : In Flux and Forms of Being

Secara harfiah, kata subliminal berarti pesan yang disampaikan di bawah kesadaran seseorang. Sudjud Dartanto sebagai kurator cerita subliminal jadi ruang bagi mereka melalukan sublimasi lewat simbol atau tanda dalam karya masing-masing.

Pameran “Subliminal Maya: In Flux and Forms of Being” adalah sebuah bentuk seni yang mengeksplorasi kedalaman psikologis, sosial, dan spiritual yang terus berubah. Di tengah pusaran globalisasi, multipolaritas dan disrupsi digital, pemahaman kita tentang realitas bergeser, membuka ruang untuk pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang siapa kita. Makna spiritualitas di era ini, dan bagaimana kita memposisikan diri era ini, dan bagaimana kita memposisikan diri kita di tengah arus perubahan dan transformasi yang tak terelakkan.

Menurut Sudjud judul “Subliminal Maya” sendiri adalah referensi implisit pada realitas berlapis, di mana permukaan yang terlihat—karya seni fisik—memberi petunjuk pada kebenaran atau ilusi yang lebih dalam yang sering tersembunyi, seperti bisikan dari bawah sadar. Setiap karya seni dalam pameran yang diadakan di Ruci Art Space dari tanggal 28 Mei – 29 Juni 2025 ini bagaikan sebuah cermin, merefleksikan diri kita sendiri dalam perubahan ini, mengungkap ketegangan transformasi, dan menguji potensi seni sebagai ruang dialog dan pendalaman yang lebih dalam. Pameran ini menampilkan tiga seniman muda – Khadir Supartini, Kuncir Sathya Viku, dan M.S. Alwi – tidak hanya memperkaya wacana seni rupa kontemporer dan global. Lebih dari itu, mengungkap makna yang mengalir dari pengalaman individu dan kolektif. Judul “Subliminal Maya” sendiri merupakan referensi implisit terhadap realitas berlapis, di mana permukaan yang terlihat-fisik karya seni mengisyaratkan kebenaran yang lebih dalam. Karya seni yang terlihat mengisyaratkan kebenaran yang lebih dalam atau ilusi yang sering kali tersembunyi, seperti bisikan dari alam bawah sadar.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 02 Juni 2025.

Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Saturday, June 07, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 49)

Das Genesis -- Room 404

Alih-alih menetapkan pendekatan mereka secara jelas sejak awal, Ayudhia Virga dan Yura Kenn Kusnar—dua sahabat yang berbagi ketertarikan terhadap subkultur bawah tanah—menemukan jalan mereka ke dunia seni secara organik. Sebagai respons terhadap lingkungan seni yang sering kali terasa steril dan tersanitasi, sejak 2017 hingga 2022, mereka bereksperimen dengan ruang-ruang kota yang jarang dimanfaatkan, dari gedung kosong hingga tempat cuci mobil, sebagai ruang sementara yang menolak struktur kontrol formal. Kasar, mendesak, dan belum terdefinisi, mereka terus berada di pinggiran. Alternatif, luar arus utama, dan eksis di sela-sela.

Meski sempat berhenti sejenak, keheningan itu tak pernah benar-benar bertahan lama. Pada 2025, mereka membentuk DAS GENESIS, sebuah kolektif yang cair dan lintas disiplin, menggabungkan seni, teknologi, dan suara. Perjalanan kreatif mereka yang terbaru melahirkan ROOM 404, pameran perdana di Sewu Satu pada tanggal 17 Mei 2025 - 15 Juni 2025. Sekali lagi ‘membajak ruang’, karya-karya ini mendisrupsi galeri baik secara fisik maupun filosofis, mempertanyakan sistem kepercayaan, kebenaran dan kebohongan, serta nilai-nilai seni. Di sini, karya dan objek tidak dilihat sebagai komoditas, melainkan fragmen dari dunia lain yang terdistorsi—hilang, dicari, dan direbut kembali.

Angka "404" merujuk pada kode kesalahan internet "404 Not Found"; sebuah pesan yang menunjukkan bahwa sesuatu yang seharusnya ada, justru tidak ditemukan. Ini mencerminkan logika dari pameran ini: penolakan terhadap kejelasan. Seperti kolektifnya, ROOM 404 adalah ruang yang licin dan sukar didefinisikan. Ia hadir, tetapi sulit ditemukan.

Setiap karya dalam pameran ini merupakan kontradiksi terhadap keindahan dalam makna konvensionalnya. Sebuah kritik terhadap kriteria dan norma yang mengatur produksi dan konsumsi seni. Karya-karya ini memainkan hubungan antara material fisik dan ranah metafisik, banyak di antaranya menggunakan teknik cetak 3D sebagai pendekatan pembuatan yang canggih dan kontemporer, sambil menghadapkan penonton pada pertanyaan-pertanyaan mendasar yang mengguncang, namun perlu:

Bisakah kepercayaan ada tanpa pemahaman penuh?
Bagaimana kita mendefinisikan kekuatan ketika menolak kategorisasi?
Apa yang terjadi ketika ambisi manusia berhadapan dengan yang tidak dikenal?

Disertai dengan teks-teks pendamping, karya-karya ini menantang asumsi kita tentang kepercayaan, kekuasaan, penciptaan, dan batas pemahaman manusia—menarik kita ke dalam ruang yang mencerminkan ketegangan di antara semuanya. Di tengah kondisi hari ini, yang ditandai oleh disinformasi politik yang mengaburkan fakta dan fiksi, ROOM 404 menantang kita untuk menghadapi ketidakstabilan realitas kita. Pameran ini menghadirkan ruang yang terpecah untuk merefleksikan secara kritis sistem-sistem yang membentuk pemahaman kita tentang kebenaran. Sebagai ruang sementara, ROOM 404 adalah tempat untuk berdiam dalam ketidaknyamanan karena tidak tahu; untuk berada bersama hal-hal yang menolak ditemukan; dan untuk berpikir tanpa janji akan jawaban.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 04 Juni 2025.

Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Friday, June 06, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 48)

Beyond Imagination

Indonesian Artists menggelar pameran Contemporary Art Exhibition bertajuk Beyond Imagination di Gedung Jakarta Design Center (JDC) Lantai 5. Indonesian Artists adalah Wadah Pengembangan Seni Rupa indonesia, yang merupakan gerakan sosial seni rupa Indonesia dalam rangka turut andil memberikan kontribusi positif dalam kemajuan seni rupa Indonesia, menciptakan dan meningkatkan mutu karya serta mencetak kader perupa yang handal,” ungkap Tato Kastareja, Ketua Indonesian Artist, kepada awak media. Indonesian Artist adalah komunitas perupa yang aktif berkarya dan jumlahnya lebih dari 500 anggota. Karya yang dipamerkan saat ini ada beberapa jenis seperi lukisan, patung, seni instalasi dan karya mix media lainnya.

Sebanyak 56 seniman yang tergabung dalam Indonesian Artists berpartisipasi dalam pameran seni rupa kontemporer tersebut. Beyond Imagination memiliki makna tentang sebuah karya yang melampaui sebuah imajinasi dan dapat di ekspresikan di dalam berbagai konsep, gaya dan teknik seni rupa. Berangkat dari rasa kegelisahan atas kepedulian kami terhadap perkembangan seni rupa Indonesia bagi generasinya, dimana Indonesia memiliki beragam keunikan dari seni budaya dan alam nusantara yang indah molek serta kearifan lokal lainnya yang unik, hal ini dapat kita angkat sebagai tema-tema seni rupa untuk pemperkenalkan kepada dunia melalui medium seni rupa yang dikonversi kembali melalui pandangan seni rupa modern, kontemporer menarasikan kembali sebagai manifestasi kehidupan yang lebih bermakna bagi masyarakat dan bangsanya,” ungkap Heri Kris, Kurator Kegiatan. Melalui karya-karya seni inilah merupakan cermin dari bangsa yang memiliki kecerdasan berbudaya dan berbudi luhur,” lanjutnya.

Harapan dari pameran ini adalah agar apresiasi seni rupa dapat tumbuh berkembang diwilayah dimana tempat para perupa berasai di seluruh Indonesia. Pameran karya seni rupa bertajuk Beyond Imagination dapat dikunjungi secara gratis yang berlangsung mulai 3 Mei hingga 31 Mei 2025 mendatang.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 28 Mei 2025.

Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Sunday, June 01, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 47)

Once Was

Pameran "Once Was" di Ara Contemporary berlangsung dari tanggal 17 Mei 2025 hingga 21 Juni 2025 menampilkan karya Iwan Effendi berupa gambar bergerak, lukisan, dan ilustrasi di atas kertas. Iwan Effendi yang punya background di Papermoon Puppet Theater sebagai dalang berhasil memadukan resonansi emosional dari dunia boneka. Iwan Effendi, dikenal dengan latar belakangnya sebagai seniman wayang, kembali mengangkat dunia pewayangan dalam bahasa visual yang segar. Ia membawa semangat dan filosofi pertunjukan boneka ke dalam karya-karyanya yang penuh makna.

Namun, Once Was tidak hanya menampilkan boneka sebagai objek. Kali ini, Iwan mengarahkan perhatian pada hal yang lebih halus—sosok sang dalang yang justru menghilang agar boneka bisa hidup. Dalam beberapa karya di atas kertas, jejak gerakan dan kehadiran tokoh-tokoh ditelusuri, kemudian dihapus, dan digambar ulang. Proses ini menciptakan dinamika antara yang terlihat dan yang lenyap, antara diam dan gerak. Pergeseran fokus ini menjadi bagian penting dari pencarian artistik Iwan. Ia mengajak kita merenungkan bahwa sesuatu yang tak terlihat justru punya peran besar dalam menciptakan kehidupan dan makna.

Melalui Once Was, Iwan menghadirkan pengalaman visual yang lembut namun dalam. Ia menyentuh tema tentang ingatan dan keberadaan—tentang hal-hal yang pernah ada, mungkin telah berubah, tapi tak benar-benar hilang. Melalui “Once Was”, Iwan Effendi mengukir narasi tentang memori yang tak pernah benar-benar hilang—ia hanya berubah wujud. Isi pameran ini bukan tentang apa yang pernah ada, tetapi tentang proses tak kasatmata di balik perubahan itu sendiri: bagaimana sang dalang merelakan dirinya larut dalam boneka, lalu menghilang agar kisahnya tetap hidup. Di ruang antara yang tampak dan yang tersembunyi, Iwan seperti mengajak kita merenungi keindahan paradoks: bahwa seni paling mengharukan justru lahir dari ketiadaan.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 30 Mei 2025.

Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Wednesday, May 21, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 46)

Semesta Arkiv

Seniman kontemporer asal Bandung Arkiv Vilmansa menggelar pameran tunggal bertajuk "Semesta Arkiv" di Galeri Nasional Indonesia, menghadirkan eksplorasi seni, teknologi, dan kemanusiaan. Pameran ini merupakan hasil kolaborasi antara Galeri Nasional Indonesia, Studio Arkiv, dan Galeri Zen1. Dalam pameran ini, Arkiv menampilkan kolaborasi dengan sejumlah seniman, seperti Sunaryo, Darbotz, Erwin Windu Pranata, dan Mulyana (Mangmoel). Menampilkan lebih dari 100 karya, termasuk lukisan, patung, instalasi, dan art toys, pameran ini mengajak pengunjung menjelajahi perjalanan kreatif Arkiv yang dikenal dengan eksplorasi warna dan karakter imajinatifnya. Dibungkus tajuk Semesta Arkiv, pameran ini menyoroti jejak baru perupa kontemporer asal Bandung itu dalam mengeksplorasi tema biota laut di Indonesia. "Tema biota laut ini sebenarnya berangkat dari trauma. Saat kecil saya pernah berenang di laut Ancol dan disengat ubur-ubur. Tapi orang tua saya mengatakan mereka juga makhluk hidup. Dari sinilah saya lalu mengeksplorasinya," katanya.

Laut Semua Warna yang terletak di Gedung A menampilkan karya-karya Arkiv yang terinspirasi oleh kehidupan laut, menandai fase perubahan dan pembaruan dalam karyanya. Bagian ini juga terkait dengan proyek seni "Widya Segara" dan kolaborasi dengan seniman lain. Sintesa yang berada di Gedung B menampilkan hasil kolaborasi kreatif Arkiv dengan seniman seperti Sunaryo, Darbotz, Erwin Windu Pranata, dan Mulyana (Mangmoel). Bagian ini mencerminkan perkembangan karier Arkiv dan wacana seni rupa Indonesia. Metaphor of Memory di Gedung D menyajikan karya-karya yang menggambarkan perjalanan Arkiv sebagai seniman dan desainer serta menjadi penanda dalam penciptaan karakter khas Mickiv. Bagian ini juga menampilkan "Monument of Sense", hasil kolaborasi Arkiv dengan Sunaryo.

Menurut Arkiv, pameran ini merupakan penghormatannya pada laut, warna, dan kolaborasi. “Saya ingin mengajak penikmat seni untuk tidak hanya melihat, tetapi ‘merasakan’ bagaimana seni bisa menjadi medium yang membebaskan, bahkan di tengah kompleksitas zaman,” imbuhnya. Pameran ini berlangsung pada tanggal 22 Februari 2025 - 22 Mei 2025.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 20 Mei 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Monday, May 12, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 45)

Unboxed : Rethink Asian Art

Pameran ini berawal dari sebuah pertanyaan : Apa artinya berkarya sebagai seniman Asia hari ini—ketika identitas kita berakar, namun terus bergerak? UNBOXED lahir dari berbagai dialog, kunjungan studio, dan niat tulus untuk memandang seni Asia bukan sebagai sebuah kategori yang sempit, melainkan sebagai ruang yang senantiasa berkembang dan terbuka untuk ditafsir ulang.

Judul pameran ini mencerminkan sebuah pernyataan penolakan—terhadap pelabelan, penyederhanaan, dan pembatasan. Kami ingin menciptakan ruang bagi para seniman yang berani bertanya, berpikir kritis, dan mencipta dengan ciri khas mereka sendiri.

Setiap seniman dalam UNBOXED berasal dari latar geografis dan budaya yang beragam—Surabaya, Yogyakarta, Batu, Malang, Bali, dan Singapura. Kota-kota ini bukan sekadar titik di peta ; mereka adalah ruang hidup yang berdenyut, penuh sejarah, warisan, memori, dan proses pencarian. Kami tidak memilih seniman hanya untuk mewakili kotanya, tetapi karena karya mereka menggugah cara kita memandang ruang hidup, identitas, dan rasa kebersamaan.

Pameran ini tidak dikurasi melalui lensa tunggal. Ia tumbuh secara perlahan dan penuh kehati-hatian—melalui dialog, kepercayaan, dan semangat kolaborasi. Kami mengundang seniman yang tidak hanya menghadirkan karya yang kuat, tetapi juga membawa pembaruan cara berpikir tentang makna ‘Asia’ dan ‘kontemporer’—tanpa harus membuktikan atau membela nilai dirinya di hadapan siapa pun.

UNBOXED bukanlah sebuah jawaban—melainkan sebuah proses. Sebuah percakapan yang hidup dan terus bergulir. Dan kami merasa terhormat bahwa Anda bersedia berbagi momen dari perjalanan ini bersama kami. Pameran berlangsung pada tanggal 18 April 2025 - 18 Juli 2025 di Kotak : Art Collective 12A Jalan Gunung Sahari II, Level 4 Jakarta 10610.

(Dikutip dari Kotak Unboxed Booklet : Joel Harumal, Founder & Director Kotak : Art Collective)

Saya menghadiri pameran pada tanggal 09 Mei 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Sunday, May 11, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 44)

Happy to Connect

ROH Jakarta kembali menyapa para pencinta seni kontemporer dengan pameran terbarunya “Happy to Connect”, yang menampilkan kolaborasi dua seniman berbakat, Dusadee Huntrakul dan Faisal Habibi. Melalui karya-karya mereka, pengunjung diajak melihat bagaimana berbagai material dan cerita bisa saling terhubung lewat karya seni. 

Dusadee Huntrakul adalah seniman asal Bangkok yang telah berpartisipasi dalam banyak pameran internasional, termasuk Bangkok Art Biennale 2024 dan Singapore Biennale 2019. Ia menempuh pendidikan seni di University of California, Los Angeles (BFA) dan University of California, Berkeley (MFA). Karyanya banyak mengeksplorasi hubungan manusia dengan benda, budaya, dan sejarah. Sedangkan, Faisal Habibi, seniman asal Jakarta, menempuh pendidikan seni patung di Institut Teknologi Bandung. Ia dikenal lewat karyanya yang menantang bentuk dan fungsi benda sehari-hari. Beberapa karya Faisal pernah dipamerkan di pameran bergengsi seperti Art Basel Hong Kong, dan ia juga pernah mengikuti program residensi di ZK/U Berlin. Karya-karyanya banyak mengangkat tema konsumerisme, perubahan material, dan kehidupan urban. 

Dalam pameran “Happy to Connect”, Faisal Habibi banyak menggunakan material sisa dari Bali, seperti potongan plastik, logam, dan limbah lainnya. Bahan-bahan tersebut dipanaskan, dilelehkan, lalu dibentuk ulang menjadi karya baru. Dengan cara ini, Faisal ingin menunjukkan bahwa benda-benda bekas pun masih punya kemungkinan untuk berubah dan membentuk hubungan baru satu sama lain. Sementara itu, Dusadee Huntrakul membawa karya patung berbahan kuningan yang sarat makna. Ia membuat tokek berkepala dua sebagai simbol sahabat perjalanan, telur yang dijaga dengan jari sebagai lambang harapan, dan kaki ayam yang dirangkai menjadi kalung untuk menghormati leluhur. Lewat karya-karya ini, Dusadee mengajak pengunjung merenungkan hubungan antarmanusia, tradisi, dan kenangan yang diwariskan dari generasi ke generasi. 

Pameran ini semakin istimewa dengan kehadiran gambar-gambar karya Prinn Seeumpornroj Huntrakul, anak Dusadee. Gambar-gambar ini tidak hanya melengkapi karya ayahnya, tapi juga menjadi semacam pengingat tentang pentingnya ikatan keluarga dalam perjalanan hidup dan berkarya. Selain karya visual, pengunjung juga bisa menikmati puisi berjudul “Mud Garden” karya Samuel Lee. Puisi ini memperkuat tema utama tentang bagaimana material bekas, kenangan, dan hubungan manusia tidak pernah benar-benar statis. Seperti lumpur yang basah dan terus berubah bentuk, benda-benda di sekitar kita – termasuk hubungan dan pengalaman hidup – terus bergerak, saling bertemu, berpisah, dan menciptakan sesuatu yang baru. 

Pameran “Happy to Connect” berlangsung pada tanggal 26 April 2025 - 25 Mei 2025. ROH berlokasi di Jalan Surabaya 66, Jakarta, dan buka setiap Rabu hingga Jumat pukul 13.00-19.00, serta Sabtu dan Minggu pukul 11.00-19.00. 

Saya menghadiri pameran pada tanggal 08 Mei 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.