Wednesday, July 30, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 55)

The brighter, the sweeter

Pameran tunggal seniman resin asal Korea, Iurum, bertajuk The brighter, the sweeter berlangsung pada tanggal 28 Juni 2025 hingga 03 Agustus 2025 di Kendys Gallery, Jakarta. Pameran ini dibuka melalui kolaborasi antara Kendys Gallery serta B-tree Gallery dari Seoul dan Busan. "Huruf 'b' dan 's' sengaja memakai huruf kecil untuk terlihat lebih bersahabat. Maknanya bisa berarti makin terik musim panas, maka makin manis makanan penutupnya. Bisa juga bermakna makin bersinar dan manis dibanding kapan pun," ungkap Denny Yustana, direktur Kendys Gallery. 

Pameran ini menjadi pameran tunggal kesepuluh Iurum secara global sekaligus debut pertamanya di Indonesia. Karya-karya yang ditampilkan tidak hanya memikat secara visual, tetapi juga menyimpan filosofi mendalam yang berakar pada konsep SWEETCH, yakni gabungan kata sweet dan switch. SWEETCH adalah gagasan artistik yang menjadi inti karya Iurum sebagai sebuah upaya untuk mengubah pengalaman pahit dan kecemasan sehari-hari menjadi bentuk harapan yang lembut dan penuh kehangatan. Resin bening dan warna pastel menjadi medium utama yang digunakan untuk membekukan kenangan sehingga menjadikannya arsip emosi yang bisa dirasakan kembali dengan cara yang lebih ringan. 

Melalui resin, pastel, dan kenangan yang dikemas dalam bentuk tak terduga, pameran ini menunjukkan bahwa seni tidak perlu besar untuk menjadi bermakna. Kadang, justru dalam miniatur dan potongan manis, kita menemukan kekuatan untuk memahami diri sendiri.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 17 Juli 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Tuesday, July 29, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 54)

Emotional Resonance

Berubah memang tidak mudah, baik bagi yang melakukannya maupun yang menyaksikannya. Ada yang mungkin menyukai hasilnya, ada pula yang mungkin lebih menyukai versi lama. Siapa yang akan memutuskan mana yang terbaik untuk Anda? Buku The Courage to be Disliked karya Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga menjadi inspirasi utama perjalanan Jonathan Hadipranata dalam mengeksplorasi praktik seninya. Seperti yang dikatakan sang seniman, "Salah satu klaim utama buku ini adalah bahwa semua masalah muncul dari hubungan interpersonal, yang sangat selaras dengan refleksi saya sebagai seniman dan pribadi." Emotional Resonance adalah visualisasi perjalanan dan refleksi Jonathan dalam merangkul perubahan dalam praktik seninya, menampilkan jati dirinya.


Kisah Karat Besi

Cat dinding yang terkelupas, kabel listrik yang berantakan, serta pamflet dan stiker yang berserakan adalah elemen-elemen yang familiar dalam kehidupan sehari-hari Asmoadji. Rumah-rumahnya juga sangat berdekatan, seperti yang dikatakan sang seniman, "bertumpuk". Ada yang menyebutnya ramai dan pengap, ada pula yang menganggapnya hangat dan sederhana. Hal-hal inilah yang kemudian menjadi inspirasi utama praktik seninya, di mana ia memanfaatkan benda-benda yang ada di sekitarnya, karena ia percaya benda-benda terbengkalai ini memiliki kisah untuk diceritakan. Kisah Karat Besi mengajak Anda untuk merasakan kehidupan di sisi lain Jakarta melalui mata sang seniman, mengenang masa lalu dalam lingkungan modern.

Kedua pameran ini berlangsung pada tanggal 26 Juni - 26 Juli 2025 di Baik Art. 

Saya menghadiri pameran pada tanggal 22 Juli 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Sunday, July 27, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 53)

Continuum

Pameran Continuum merupakan kolaborasi antara dosen-doser Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta dan Universitas Maranatha Bandung. Tema ini dipilih untuk menggambarkan kesinambungan ruang dan waktu sebagai bagian tak terpisahkan dari kesadaran manusia. Dalam era perubahan yang cepat, seni menjadi medium reflektif untuk mengeksplorasi bagaimana pengalaman, memori, dan identitas terjalin dalam suatu alur yang berkelanjutan. Seni selalu mampu menangkap, merefleksikan, dan menghubungkan dimensi ruang dan waktu dalam berbagai lapisan makna. Melalui pameran ini, kesinambungan dipahami bukan sekadar linearitas waktu, tetapi sebagai proses dinamis yang terus berkembang. 

Kolaborasi ini bertujuan untuk membangun dialog yang memperkaya wawasan seni rupa kontemporer. Continuum menyoroti kesinambungan ide, teknik, serta pendekatan artistik dari berbagai perspektif. Pameran ini tidak hanya menghubungkan dua institusi akademik, tetapi juga menjadi wadah untuk merayakan keberlanjutan dalam proses kreatif yang melampaui batas geografis dan temporal. Melalui karya-karya yang dihadirkan, para seniman diajak untuk mengeksplorasi bagaimana ruang dan waktu menjadi elemen yang aktif dan transformatif dalam praktik seni. 


Tujuan Pameran

Pameran ini menjadi platform bagi dosen seni rupa dari kedua institusi untuk berbagi gagasan, eksplorasi, dan ekspresi artistik. Karya-karya yang dihadirkan diharapkan mampu mencerminkan kesinambungan ruang, waktu, dan kesadaran dalam berbagai medium seni rupa. Selain itu, pameran ini bertujuan membangun dialog dan kolaborasi berkelanjutan antara seniman akademik dari berbagai latar belakang serta pendekatan artistik yang beragam. Pameran ini juga menjadi upaya untuk menggali lebih dalam hubungan antara konsep waktu dan ruang dalam praktik seni kontemporer, sekaligus menawarkan pengalaman estetis yang memperkaya pemahaman audiens terhadap kesinambungan dalam seni rupa. 

Konsep

Continuum menyoroti bagaimana kesinambungan ruang dan waktu dapat direpresentasikan dalam seni melalui berbagai pendekatan visual dan konseptual. Representasi tersebut dapat berupa narasi visual tentang transisi waktu, eksplorasi medium yang mencerminkan perubahan, atau penggunaan teknologi yang menghubungkan masa lalu dan masa depan. Seni tidak pernah hadir dalam ruang dan waktu yang terisolasi; ia selalu berkembang dalam dialog dengan konteksnya. Oleh karena itu, kesinambungan di sini juga mencakup interaksi antara tradisi dan inovasi, material dan immaterial, serta pengalaman individual dan kolektif. 

Beberapa pendekatan yang dapat diangkat dalam pameran ini antara lain: eksplorasi medium yang menciptakan efek kesinambungan dalam bentuk dan makna; karya yang merepresentasikan transisi secara visual maupun konseptual; penggabungan elemen tradisional dengan pendekatan kontemporer; serta karya yang merefleksikan memori kolektif dan pengalaman individu. Melalui pendekatan-pendekatan tersebut, Continuum menjadi ruang reflektif yang mengajak audiens untuk mempertanyakan peran seni sebagai jembatan antara masa lalu, kini, dan masa depan. 

Penutup

Kolaborasi dua institusi ini diharapkan mampu memperkuat hubungan akademik dan artistik serta memperluas wacana tentang seni sebagai proses yang berkesinambungan. Continuum bukan hanya menjadi panggung ekspresi artistilk para dosen seni rupa, tetapi juga menjadi ruang dialog yang memperkaya pemahaman terhadap peran seni dalam merespons realitas yang terus bergerak. Lebih dari sekadar menghadirkan karya, pameran ini membuka ruang diskusi dan refleksi mengenai keberlanjutan dalam seni rupa. 

Diharapkan pameran ini dapat menginspirasi pertukaran pemikiran dan metode penciptaan di lingkungan akademik dan profesional. Dengan semangat eksplorasi dan inovasi, seluruh partisipan diundang untuk menyumbangkan karya yang dapat memberikan wawasan serta inspirasi bagi audiens yang lebih luas. 

Penyelenggara

Fakultas Seni Rupa, Institut Kesenian Jakarta

Fakultas Humaniora dan Industri Kreatif, Universitas Maranatha Bandung 

Lokasi dan Waktu

Galeri Cipta I, Taman Ismail Marzuki

14 -26 Juli 2025 

Saya menghadiri pameran pada tanggal 21 Juli 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Saturday, July 26, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 52)

Ara Contemporary dengan bangga mempersembahkan pameran ganda pertamanya, 'Doorway', sebuah pameran tunggal karya Carmen Ceniga Prado di Main Gallery, yang ditampilkan bersamaan dengan pameran kelompok 'Ruins and Blueprints' di Focus Gallery. Kedua pameran ini berlangsung pada tanggal 05 Juli - 03 Agustus 2025 di Ara Contemporary.

Doorway

'Doorway' karya Carmen Ceniga Prado menawarkan eksplorasi meditatif tubuh melalui abstraksi, menelusuri sensasi sekilas dan keadaan liminal. Lukisan-lukisannya mencerminkan ritme yang berubah-ubah melalui gradasi tonal. Fragmen-fragmen kanvas yang dijahit dan pembuatan tanda ritmis mencerminkan proses menyatukan pemahaman yang mewujud—sensasi demi sensasi. Alih-alih mengilustrasikan tubuh, lukisan-lukisannya menelusuri ritmenya yang tenang, membangkitkan bahasa yang terbentang perlahan, di antara ruang-ruang di antaranya. 


Ruins and Blueprints

Pameran kelompok ini mencerminkan dialog berkelanjutan antara masa lalu dan masa kini—di mana sejarah tidak tetap, melainkan terus-menerus dibayangkan kembali melalui lensa masa kini. Dibingkai oleh metafora 'reruntuhan' sebagai sisa dan 'cetak biru' sebagai proposisi, pameran ini mempertemukan 7 seniman :
- Agan Harahap
- Dita Gambiro
- Enka Komariah
- Ipeh Nur
- Irfan Hendrian
- Lai Yu Tong
- Natalie Sasi Organ 

Melalui gambar, material, dan narasi, setiap karya merefleksikan jalinan antara masa lalu dan masa kini, menelusuri bagaimana sejarah yang diwariskan terus membentuk imajinasi kita di masa kini. 

Saya menghadiri pameran pada tanggal 18 Juli 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.