Sunday, August 25, 2024

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 18)

Pameran Legasi : Meniti Masa Menuju Gemilang Budaya

PT MRT Jakarta (Perseroda) dan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi melalui Direktorat Perlindungan Kebudayaan menggelar Pameran dan Gelar Wicara bertajuk “LEGASI” (Kaleidoskop Keberagaman Indonesia). Kegiatan ini diselenggarakan pada Kamis—Rabu (15—21-8-2024) di Stasiun Bundaran HI bertepatan dengan momentum peringatan HUT ke-79 RI. Tema yang diusung ialah “Meniti Masa Menuju Gemilang Budaya”. Tema ini dipilih sebagai bentuk penghargaan dan kebanggaan terhadap negara atas pencapaian yang telah diraih sejak masa kemerdekaan bahkan sejak zaman prasejarah.

Dalam sambutannya pada acara pembukaan pameran, Direktur Pengembangan Bisnis PT MRT Jakarta (Perseroda) Farchad Mahfud menuturkan bahwa dengan angka keterangkutan lebih dari 100 ribu orang per hari, stasiun MRT Jakarta menjadi lokasi yang tepat untuk kegiatan pameran dan seni budaya lainnya. “Pameran dan Gelar Wicara ini adalah perwujudan dari semangat kebhinekaan dan kekayaan budaya Indonesia yang sejalan dengan visi kami di MRT Jakarta, yaitu membangun transportasi publik yang tidak hanya berfungsi sebagai sarana mobilitas, melainkan sebagai tempat berkumpulnya berbagai elemen masyarakat dan budaya,” ungkapnya.

Direktur Pelindungan Kebudayaan, Judi Wahjudin mengatakan “Pameran dan Gelar Wicara ini diselenggarakan sebagai upaya untuk menampilkan, mengenalkan, dan menjaga kekayaan budaya yang kita miliki agar tetap hidup dan dapat diwariskan kepada generasi mendatang,” jelasnya. Ia juga menambahkan bahwa kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang untuk mengenal dan mengagumi warisan budaya, tetap juga menjadi momentum untuk menumbuhkan kesadaran kita semua akan pentingnya pelestarian budaya dalam kehidupan sehari-hari,” tuturnya.

Beragam kegiatan dalam acara ini mencakup pameran warisan budaya, diskusi interaktif, dan panggung kreasi budaya yang menampilkan pertunjukan seni. Melalui kombinasi ini, memperkenalkan warisan budaya tidak hanya melalui visual dan narasi pameran, tetapi juga memungkinkan pengunjung berinteraksi langsung dengan seni yang disajikan. Selain itu, dalam ruang pameran, koleksi peninggalan sejarah yang dipajang merupakan hasil kurasi bersama beberapa kurator sehingga terjamin tinggi nilai sejarah dan budayanya. Pameran tersebut merupakan hasil kolaborasi dari Museum dan Cagar Budaya, Unit Pelaksana Museum Kebaharian, Unit Pengelola Museum Seni Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), PT MRT Jakarta, dan Komunitas Indonesian Archaeology.

Saya menghadiri pameran pada tanggal 20 Agustus 2024.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Saturday, August 03, 2024

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 17)

2Madison Summer Collective Exhibition

What is real ? (Katarsis)

Sebuah Dunia Tanpa Batas Definisi

Hingga saat ini, perjalanan peradaban manusia terus mengalami transformasi seiring perputaran waktu. Pada mulanya, manusia purba yang bermukim di gua hanya mengandalkan naluri dan intuisi untuk berburu, mencari makan, dan bertahan hidup. Kini, dengan pesatnya perkembangan teknologi, manusia mampu melampaui berbagai hal yang dahulu tak terbayangkan. Namun, satu hal yang tak pernah berubah adalah rasa dan kepekaan yang dimiliki manusia sebagai individu, terhadap kemampuan mengamati dan merasakan berbagai hal di dunia sekitarnya. Pertanyaan yang kerap muncul dalam benak adalah bagaimana kita bisa berada disini, apa yang terjadi dengan dunia sebelum kehadiran kita, apakah dunia yang kita lihat ini benar-benar apa adanya, atau masih banyak hal lain yang belum kita ketahui. Realitas bergerak dinamis, menuntut percepatan, dan menghadirkan semakin banyak pilihan yang kompleks setiap harinya. Ketika batas antara kenyataan dan imajinasi menjadi kabur, saat itulah sensor persepsi akan berbicara untuk mengartikulasikan pesan yang diterima oleh indra penglihatan.

Pameran ini menghadirkan ruang tafsir bebas makna, ruang dimana kenihilan menemukan eksistensinya, dan hal yang mutlak menjadi terasingkan. Pada akhirnya, semua bermuara pada perspektif setiap individu dalam menginterpretasikannya. Tak ubahnya ketika kita berada di tengah padang luas tanpa sudut pandang yang terhalang, tanpa ruang yang membatasi gerak, bermain-mainlah dengan imajinasi sejauh yang kita mampu.

Presenting : Gandari Irianti (Bandung), Qoyim Bana Nasution (Bandung), dan Rieswandi (Bandung)


Home (UNSeRA Project)

Sebuah Perayaan Kreativitas dan Kehangatan Rumah

Di era dimana kreativitas berpadu erat dengan kehidupan sehari-hari, muncullah gagasan unik tentang rumah yang lebih dari sekadar tempat tinggal. Kami meyakini bahwa rumah bukan hanya struktur fisik yang tersusun dari bahan bangunan, melainkan perwujudan semangat bersama dalam berkarya. Rumah bukan lagi sekadar konsep fisik, melainkan titik temu bagi ide-ide yang saling berpaut, meciptakan gambaran unik dari semangat bersama dalam berkarya.

Pameran ini berfokus pada narasi rumah sebagai sumber inspirasi dan semangat berkarya. “HOME” menjadi judul yang menggambarkan perasaan kedamaian, kreativitas, dan kebersamaan yang tercipta dalam setiap karya kami. Melalui pameran ini, kami tidak hanya ingin berbagi hasil karya, tetapi juga mengundang pengunjung untuk melihat rumah dengan sudut pandang baru : sebagai sumber inspirasi tak terbatas.

“Rumah” bukan hanya tentang struktur fisik, tetapi juga tentang hubungan emosional dan spiritual yang kita miliki dengan tempat yang kita sebut rumah. Pameran ini menjadi perayaan kekayaan dan keindahan dalam kesederhanaan, mengajak kita semua untuk mengenali dan menghargai nilai-nilai yang terkandung di dalam rumah kita masing-masing.

Presenting : Alfaen Billy Najmi (Surabaya), Bayu Firnanda (Surabaya), Dimas Fajar Pratama (Surabaya), Firyal Muhammad (Surabaya), dan Rahmadhan S. Hardanu (Surabaya)


History (Brawijaya)

Sejarah :  Jejak Masa Lampau, Refleksi Diri, dan Proyeksi Masa Depan

Sejarah adalah peristiwa masa lampau yang hadir kembali dalam diri dengan bentuk kenangan, perasaan, sensasi, dan citraan lingkungan. Secara esensial, sejarah adalah tentang diri dan keterlibatan dengan dunia sekitar. Pertanyaannya, bagaimana seniman memaknainya di era modern ini ?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, selain memamerkan karya, tentunya perlu melibatkan kesadaran. Dengan adanya kesadaran, kita tidak hanya dapat menggali kembali momen-momen masa lalu, tetapi juga dapat menikmati dan mempelajari keterkaitan arus pergantian waktu. Meskipun sejarah telah menciptakan keraguan dalam diri orang lain, para ahli kini telah memaparkan secara jelas tentang keterkaitan dan alur untuk memahami konsep ini.

Sejarah dalam konteks pameran kelompok Brawijaya dipahami sebagai aktivitas yang berelasi dalam diri. Osyadha, sang seniman, melibatkan peran memori masa lalu yang berkelindan dengan peristiwa hari ini dan proyeksi masa depan. Refleksi dan kontradiksi tentang “diri” itu sendiri menjadi fokus utama. Dengan demikian, kita dapat melihat bagaimana pengaruh sejarah secara mendalam, tak terputus, dan berkelanjutan dengan pergantian dan perubahan yang fluktuatif.

Kesamaan tersebut menghasilkan dua kecenderungan dalam berkarya, yaitu “berkarya tentang” sejarah dan “berkarya melalui” sejarah. Pertanyaan tentang bagaimana seniman memaknai sejarah tampaknya sudah terjawab. Tawaran visual seperti apa yang dihadirkan ? Silahkan menikmati pameran ini.

Presenting : Anindya Asmara Bidhari (Purwokerto), Happy Wahyu Firdaus (Lamongan), M. Afrizal Romadhoni (Malang), Osyadha Ramadhanna (Malang), dan Rozaana Afifah (Trenggalek)


Pameran 2Madison Cummer Collective Exhibition ini berlangsung pada tanggal 22 Juni 2024 – 22 Juli 2024. Saya menghadiri pameran pada tanggal 20 Juli 2024.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.