Sunday, January 19, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 36)

Liminal Realities

Pameran Seni Rupa Murni "Liminal Realities" adalah sebuah pameran yang memadukan karya seni lukis, grafis, dan patung hasil eksplorasi kreatif para dosen Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Istilah "liminal" berasal dari kata Latin limen yang berarti "ambang" atau "batas". Dalam konteks seni rupa, Liminal Realities digunakan untuk menggambarkan pengalaman estetika, emosional, atau simbolis yang ada di wilayah ambang, tidak sepenuhnya berada di satu sisi atau sisi lainnya.

Liminitas, sebuah konsep yang berasal dari filsafat dan antropologi, merujuk pada keadaan transisi di mana batas-batas tradisional menjadi kabur. Dalam seni, liminitas menawarkan kesempatan bagi seniman untuk mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan tentang identitas, perubahan, dan hubungan. Pameran ini memperlihatkan bagaimana seniman—melalui permainan bentuk, tekstur, dan narasi—mampu membingkai ulang pengalaman sehari-hari menjadi sesuatu yang bermakna. Seni lukis menyajikan lanskap emosional yang kaya, seni grafis menggambarkan detail dan struktur yang mengundang interpretasi, sementara seni patung menawarkan perspektif fisik hubungan manusia dengan alam, menciptakan dialog yang saling melengkapi.

Pameran ini dihadirkan sebagai wadah untuk menelaah ambang batas ruang, waktu, dan kesadaran dimensi-dimensi yang terus berinteraksi dan melahirkan narasi baru. Dalam menggali batasan antara dunia nyata dan ruang liminal—dimensi yang terletak diantara yang nyata dan tidak pasti serta hadir untuk menggambarkan keadaan transisi, perubahan, dan ambiguitas yang seringkali menjadi refleksi dari kehidupan modern. Melalui karya-karya yang dipamerkan sebagai media komunikasi yang menghubungkan seniman dengan para penikmat seni, pemirsa diajak untuk merenungkan berbagai makna keberadaan, pergerakan, dan batasan yang seringkali tidak terlihat, tetapi dapat dirasakan. 

Seniman yang berpartisipasi dalam pameran ini adalah Agoes Salim, Budi Panca Mulia Tobing, Deny Rusanto, Dolorosa Sinaga, Fachriza Jayadimansyah, Firman Lie, Guntur Wibowo, Jimmy Ivan Suhendro, Munadinanur, Supriyanto, Walid Syarthowi Basmalah, dan Wina Luthfiya Ipnayati. Pameran berlangsung pada tanggal 11 - 25 Januari 2025 di D'Gallerie Jakarta. 

Saya menghadiri pameran pada tanggal 13 Januari 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.

Saturday, January 18, 2025

PAMERAN KARYA SENI (BAGIAN 35)

Figure A

RUCI Art Space kembali menghadirkan pameran yang menarik, kali ini dengan karya-karya dari Adine Halim, yang lebih dikenal dengan nama Aharimu. Berlangsung mulai 7 Desember 2024 hingga 20 Januari 2025, pameran bertajuk ‘Figure A’ ini merupakan eksplorasi mendalam tentang tubuh manusia, yang dihadirkan bukan hanya sebagai subjek visual, tetapi juga sebagai medium tekstur, komposisi, dan warna yang dinamis, melampaui batasan seni figuratif tradisional.

Dalam karyanya, Aharimu menafsirkan ulang tubuh manusia sebagai bentuk yang terus berubah dan beralih antara keakraban dan ambiguitas. Melalui pendekatan ini, ia mengundang audiens untuk terlibat secara mendalam dengan elemen-elemen seperti warna, tekstur, dan bentuk. Baginya, tubuh manusia adalah ruang transformasi tanpa batas, yang dapat membawa pengalaman visual dan emosional yang lebih mendalam. Kurator Zarani Risjad mengatakan, seteleng ini memang menghadirkan evolusi artistik Aharimu, termasuk pendalamannya terhadap eksplorasi tentang potensi metaforis tubuh. Dalam fase ini, sang seniman berusaha menerjemahkan bentuk-bentuk manusia ke dalam objek-objek fungsional, tapi tetap memberikan emosi di dalamnya.

Pameran ini menghadirkan 25 karya yang mencakup lukisan, gambar, dan patung. Lukisan-lukisan Aharimu didominasi oleh penggunaan cat minyak yang dipadukan dengan teknik eksperimental. Melalui ‘Figure A’ Aharimu menunjukkan bahwa dasar-dasar seni lukis klasik, seperti gambar figur dan lukisan alam benda, tidak harus kaku atau terjebak dalam tradisi. Sebaliknya, ia membebaskan prinsip-prinsip ini untuk menciptakan bentuk-bentuk baru yang lebih fleksibel dan imajinatif. 

Sebagai seniman yang memiliki latar belakang pendidikan seni rupa formal, Aharimu telah menempuh perjalanan kreatif yang panjang. Ia menyelesaikan studinya di Nanyang Academy of Fine Arts Singapura, School of the Art Institute of Chicago, dan Visual Effects di Vancouver Film School. Pengalaman ini memberikan dasar teknis yang kuat sekaligus memperluas wawasannya dalam menciptakan karya seni. Seni, baginya, adalah medium yang mampu menghubungkan orang dari berbagai latar belakang, menciptakan ruang dialog yang terbuka dan inklusif. ‘Figure A’ bukan hanya sekadar pameran seni, tetapi sebuah undangan untuk menyelami tubuh manusia dari perspektif yang segar dan berani. 

Saya menghadiri pameran pada tanggal 13 Januari 2025.


Note :

Jika ingin melihat foto-foto atau video-video selengkapnya, dapat mengunjungi YouTube saya di https://www.youtube/com/@afindrapermana.